13 Oktober 2023

Muhasabah (Introspeksi diri) - 07 - Tazkiyatun nafs

 محاسبة النفس

Muhasabah (Introspeksi diri)


وعلاج استيلاء النفس الأمارة على قلب المؤمن محاسبتها ومخالفتها

Metode untuk mengatasi kekuasaan nafsu ammarah atas hati seorang mukmin adalah dengan selalu mengintrospeksi dan menyelisihinya.

كما روى الإمام أحمد

Imam Ahmad meriwayatkan,

«الكيّس من دان نفسه وعمل لما بعد الموت؛

Orang yang berakal itu adalah orang yang mengendalikan nafsunya dan beramal sebagai persiapan sesudah kematian.

والعاجز من أتبع نفسه هواها وتمنّى على الله». ودان نفسه : - أي حاسبها

Sedangkan orang yang lemah itu adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya lalu berangan-angan kepada Allah (bahwa Dia akan mengampuninya)

وذكر الإمام أحمد عن عمر بن الخطاب - رضي الله عنه أنه قال 

Imam Ahmad meriwayatkan, Umar bin Khaththab berkata,

«حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا، وزنوا أنفسكم قبل أن توزنوا فإنه أهون عليكم في الحساب غداً أن تحاسبوا أنفسكم اليوم، وتزينوا للعرض الأكبر

"Hisablah dirimu sebelum dihisab! Timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang! Sesungguhnya berinstropeksi bagi kalian pada hari ini lebih ringan daripada hisab di kemudian hari. Begitu juga dengan hari 'aradl (penampakan amal) yang agung."

«يومئذٍ تعرضون, لا تخفى منكم خافية

Pada hari itu akan tersingkap, tidak ada rahasiamu yang akan disembunyikan...

وقال الحسن

Hasan Al-Bashri berkata,

«المؤ من قَوامُ على نفسه؛

Seorang mukmin itu pemimpin bagi dirinya sendiri.

يحاسب نفسه الله؛

Ia mengintrospeksi dirinya karena Allah


وإنما خف الحساب يوم القيامة على قوم حاسبوا أنفسهم في الدنيا

Sesungguhnya hisab pada hari kiamat nanti akan menjadi ringan, bagi mereka yang telah telah melakukan introspeksi di dunia.

وإنما شق الحساب يوم القيامة على قوم أخذوا هذا الأمر على غير محاسبة

Sebaliknya, hisab akan terasa berat bagi mereka yang tak pernah berintrospeksi ...

إن المؤمن يفاجئه الشيء ويعجبه

Seorang mukmin bisa saja dikejutkan oleh sesuatu dan ia takjub kepadanya.

فيقول : والله إني لأشتهيك، وإنك لمن حاجتي

Lalu berkata, "Demi Allah, aku benar- benar menginginkanmu. Begitupun kamu adalah bagian dari kebutuhanku

ولكن الله ما من حيلة إليك هيهات حيل بيني وبينك، ويفرط منه الشيء فيرجع إلى نفسه

Tetapi, Allah tidak memberi alasan bagiku untuk mencapaimu. Duhai, ada jurang diantara kau dan aku!' Maka sesuatu itupun lenyap dari hadapannya ...

فيقول

Kemudian si mukmin akan kembali kepada dirinya dan berkata,

ما أردت إلى هذا مالي ولهذا ؟!

Aku tidak menginginkan hal ini!

والله لا أعود إلى هذا أبداً

Apa peduliku dengan semua ini! Demi Allah aku tidak akan mengulanginya selama-lamanya! ...

إن المؤمنين قوم أوقفهم القرآن

Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang ditopang oleh Al-Qur'an.

وحال بين هلكتهم

Al-Qur'an menghalangi kehancurannya

إن المؤمن أسير في الدنيا يسعى من فكاك رقبته

Seorang mukmin adalah tawanan di dunia yang berusaha membebaskan diri (kembali menuju negerinya, akhirat).

لا يأمن شيئاً حتى يلقى الله

Dia tidak merasa aman sampai berjumpa dengan Allah.

يعلم أنه مأخوذ عليه في سمعه, وفي بصره، وفي لسانه، وفي جوارحه، مأخوذ عليه في ذلك كلّه

Dia tahu bahwa pendengaran, penglihatan, lisan, dan anggota badan, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban."

قال مالك بن دینار رحم الله عبداً قال لنفسه

Malik bin Dinar bertutur, "Semoga Allah merahmati seseorang yang berkata kepada diri (nafsu)nya,

ألستِ صاحبة كذا، ألستِ صاحبة كذا

Bukankah kamu pelaku ini? Bukankah kamu pelaku itu?"

ثم ذمّها ثم خَطَمَها، ثم ألزمها كتاب الله عز وجل؛ فكان لها قائداً

Lalu ia mencelanya dan mengalahkannya. Kemudian dia mengkonsistenkan dirinya kepada kitab Allah, sehingga menjadi pemimpinnya."

فحق على الحازم المؤمن بالله وباليوم الآخر أن لا يغفل عن محاسبة نفسه

Sudah menjadi keharusan bagi setiap orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk tidak lupa mengintrospeksi nafsu;

والتُضَيِيقِ عليها من حركاتها وسكناتها وخطراتها

menyempitkan ruang geraknya, dan menahan gejolaknya.

فكل نفس من أنفاس العمر جوهرة نفسية يمكن أن يشتري بها كنزاً من الكنوز لا يتناهى نعيمه أبدُ الآبادِ

Sehingga, setiap hembusan nafas adalah mutiara bernilai tinggi, dapat ditukar dengan perbendaharaan yang kenikmatannya tak akan pernah sirna sepanjang masa.

فإضاعة هذه الأنفاس أوِ اشْتراء صاحبها بها ما يجلب هلاکه خُسْرانٌ عظيم

Menyia-nyiakan nafas ini, atau menukarnya dengan sesuatu yang mendatangkan kecelakaan adalah kerugian yang sangat besar.

لا يسمح بمثله إلاّ أجهل الناس وأحمقهم وأقلهم عقلاً

Tidak dapat ditolerir, kecuali oleh manusia paling bodoh dan paling tolol.

وإنما يظهر له حقيقة هذا الخسران يوم التغابُن

Hanyasaja, hakekat kerugian ini baru benar-benar tampak nanti di hari kiamat.

قال تعالى : يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَّا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُّحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِن سُوَءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا

Pada hari setiap jiwa mendapati segala kebaikan yang dilakukannya dihadirkan dan juga segala kejahatan yang dilakukannya. Ia ingin ada penghalang masa yang panjang antara dia dan kejahatannya. Ali Imran : 30

ومحاسبة النفس نوعان : - نوع من قبل العمل ونوع بعده

Muhasabah (mengintrospeksi diri) itu ada dua macam sebelum dan sesudah beramal.

أما النوع الأول : فهو أن يقف عند أول همّه وإرادته

Muhasabah sebelum beramal yaitu hendaknya seseorang berhenti sejenak, merenung di saat pertama munculnya keinginan untuk melakukan sesuatu.

ولا يبادر بالعمل حتى يتبين له رجحانُه على تركه

Tidak bersegera kepadanya sampai benar-benar jelas baginya bahwa melakukannya lebih baik daripada meninggalkannya.

قال الحسن رحمه الله

Hasan Al-Bashriy berkata,

رحم الله عبداً وقف عند همه؛

Semoga Allah merahmati seorang hamba yang berpikir di saat pertama ia ingin melakukan sesuatu.

فإن كان لله أمضاه، وإن كان لغيره تأخّر

Jika itu karena Allah, ia lanjutkan, dan jika bukan karenaNya, ia menangguhkannya."


∷∷∷∷∷ catatan: 

من حديث أبي هريرة مرفوعاً

dari sahabat Abu Hurairah secara marfu',

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيراً أو ليصمت

Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata yang baik atau diam

قال النووي

Imam Nawawi berkata,

معناه أنه إذا أراد أن يتكلم فإن كان ما يتكلم به خيراً محققاً يثابُ عليه واجباً أو مندوباً فليتكلم

Artinya jika seseorang ingin berbicara dan pembicaraannya adalah sesuatu yang baik, benar, berpahala, baik wajib atau pun sunnah, maka silakan ia berbicara.

وإن لم يظهر له أنه خيرٌ ثياب عليه فيمسك, عن الكلام سواء ظهر له أنه حرام أو مكروه أو مباح مستوي الطرفين

Tetapi jika belum jelas baginya bahwa pembicaraan itu baik dan berpahala, maka hendaknya la diam, baik itu pembicaraan yang haram, makruh, atau pun mubah.

ثم قال : وقد أخذ الإمام الشافعي معنى الحديث فقال

Beliau melanjutkan, "Imam Syafi'i telah memahami makna hadits itu, berkata :

إذا أراد أن يتكلم فليُفْكَرُ, فإن ظهر له أنه لا ضرر عليه تكلم

Jika seseorang ingin berbicara hendaknya ia merenungkannya. Bila jelas tidak ada mudharatnya, ia berbicara.

وإن ظهر له فيه ضرر أو شك فيه أمسك

Sebaliknya bila jelas ada mudharatnya atau masih diragukan, hendaknya ia diam."

∷∷∷∷∷

وشرح بعضهم هذا فقال

Sebagian ulama menjelaskan penuturan Al-Hasan ini dengan

إذا تحركت النفس لعمل من الأعمال وهمّ به العبد، وقْفُ أولاً ونظر هل ذلك العمل مقدور عليه، أو غير مقدور

Apabila diri tergerak untuk melakukan sesuatu, pertama-tama ia harus merenung; apakah amalan itu mampu ia kerjakan atau tidak.

ولا مستطاع، فإن لم يكن مقدوراً لم يقدم عليه

Jika tidak ada kemampuan untuk itu hendaknya ia berhenti.

وإن كان مقدوراً عليه وقف وقفة أخرى، ونظر هل فعله خير له من تركه أم تركه خير له من فعله

Tetapi jika ia mampu, hendaknya ia berpikir; apakah melakukannya lebih baik daripada meninggalkannya, ataukah sebaliknya.

فإن كان الثاني تركه ولم يقدم عليه

Jika yang ada adalah kemungkinan yang kedua, maka ia mesti meninggalkannya.

وإن كان الأول وقف وقفة ثالثة

Tetapi jika yang pertama, hendaknya ia bertanya;

هل الباعث عليه إرادة وجه الله عز وجلّ وثوابه

apakah faktor pendorongnya adalah untuk mendapatkan keridhaan Allah dan pahalanya,

أم إرادة الجاه والثناء والمال من المخلوق

ataukah untuk mendapatkan kehormatan, pujian, harta benda dan makhluq.

فإن كان الثاني لم يقدم

Jika jawaban yang kedua yang muncul, hendaknya ia meninggalkannya.

وإن أفضى به إلى مطلوبه؛

Meskipun jika ia melakukannya, ia akan mendapatkan apa yang dicarinya.

لئلا تعتاد النفس الشرك، ويخف عليها العمل لغير الله

Ini sebagai pelatihan bagi diri agar tidak terbiasa dengan kesyirikan dan supaya takut beramal untuk selain Allah.

فبقدر ما يخف عليها ذلك يثقل عليها العمل الله تعالى حتى يصير أثقل شيء عليها

Semakin takut seseorang untuk beramal karena selain Allah semakin ringan baginya untuk beramal karena Allah.

وإن كان الأول وقف وقفة أخرى

Tetapi jika yang muncul adalah jawaban yang pertama, sekali lagi ia harus bertanya,

ونظرهل هو معان عليه وله أعوان يساعدونه وينصرونه

apakah ia mendapatkan bantuan untuk itu? Atau adakah teman-teman yang akan membantu dan menolongnya

إذا كان العمل محتاج إلى ذلك أم لا؟

jika amalan itu tidak bisa dikerjakan sendirian?

 فإن لم يكن له أعوان أمسك عنه كما أمسك النبي - عن الجهاد بمكة حتى صار له شوكة وأنصار

Jika tidak ada, ia harus menahan diri sebagaimana Nabi telah menahan diri dari memerangi musyrikin Mekah sampai terkumpul kekuatan dan kaum penolong.

وإن وجده معاناً عليه قليقدم عليه فإنه منصور بإذن الله

Adapun jika ia dibantu, hendaknya ia maju beramal, dengan izin Allah ia akan mendapat kemenangan.

ولا يفوت النجاح إلاّ من فوت خصلة من هذه الخِصال

Dan kemenangan itu tidak akan terlepas kecuali jika salah satu dari perkara- perkara di atas terlepas.

وإلا فمع اجتماعها لا يفوته النجاح

Sekali lagi, dengan mengadakan hal-hal di atas, kemenangan tidak akan terlepas.

فهذه أربعة مقامات يحتاج العبد إلى محاسبة نفسه عليها قبل العمل

Itulah perkara yang harus dicermati oleh seorang hamba sebelum ia beramal.


والنوع الثاني : محاسبة النفس بعد العمل وهو ثلاثة أنواع

Muhasabah sesudah beramal itu ada tiga:

أحدها: محاسبتها على طاعة قصرت فيها من حقِّ الله تعالى؛ 

1. Introspeksi diri atas berbagai ketaatan yang telah dilalaikan, yang itu adalah hak Allah.

فلم توقعها على الوجه الذي ينبغي

Bahwa ia telah melaksanakannya dengan serampangan, tidak semestinya.

وحق الله في الطاعة ستة أمور وهي

Padahal hak Allah berkaitan dengan satu bentuk ketaatan itu ada enam, yaitu,

الإخلاص في العمل, والنصيحة الله فيه

Ikhlas dan setia kepada Allah di dalamnya;

ومتابعة الرسول ﷺ، وشُهودُ مشهُد الإحسان وشهود مِنّةَ الله عليه

mengikuti Rasulullah; menyaksikannya dengan persaksian ihsân, menyaksikannya sebagai anugerah Allah baginya;

وشهود تقصيره فيه بعد ذلك كله فيحاسب نفسه

dan menyaksikan kelalaian dirinya di dalam mengamalkannya.

هل وفّى هذه المقامات حقها؟ وهل أتى بها في هذه الطاعة؟

Demikianlah, ia harus melihat apakah dirinya telah memenuhi keseluruhannya, atau Apakah telah menghadirkan didalamnya ketaatan ?

الثاني : أن يحاسب نفسه على كل عمل كان تركه خيراً له من فعله

2. Introspeksi diri atas setiap amalan yang dikerjakan selain kepada Allah, yang lebih baik ditinggalkan daripada dikerjakan.

الثالث: أن يحاسب نفسه على أمر مباح لِمَ فعله

3. Introspeksi diri atas perkara yang mubah, atas dasar apa ia melakukannya.

وهل أراد به الله تعالى والدارَ الآخرة؛ فيكون رابحاً

Apakah dalam rangka mengharap Allah dan akhirat, sehingga ia beruntung?

أو أراد به الدنيا وعاجلَها ؛ فيخسر ذلك الربح ويفوته الظفر به

 Ataukah untuk mengharapkan dunia dan kebinasaannya, sehingga ia merugi?

وآخر ما عليه ،الإهمال وترك المحاسبة، والإسترسال، وتسهيل الأمور وتمشيتها، فإن هذا يؤول به إلى الهلاك

Akhir dari perkara yang dilalaikan, tidak disertai dengan muhasabah, dibiarkan begitu saja, dianggap mudah dan disepelekan adalah kehancuran.

وهذه حال أهل الغرور

Ini adalah keadaan orang-orang yang tertipu.

يغمض الواحد عينيه عن العُواقب ويتكل على العفو؛

Ia pejamkan matanya dari berbagai akibat kebejatannya sambil berharap Allah mengampuninya.

فيهمل محاسبة نفسه والنظر في العاقبة

Ia tidak pernah peduli kepada muhasabah dan akibat kejahatannya.

وإذا فعل ذلك سهل عليه مواقعةُ الذنوب، وأنِسَ بها وعسر عليه فِطامُها

Pun, jika ia melakukannya, dengan segera ia akan berbuat dosa, menekuninya dan ia akan sangat kesulitan meninggalkannya.

وجماعُ ذلك أن يحاسِبَ نفسَه أولاً على الفرائض

Kesimpulan dari uraian ini, hendaknya seseorang mengintrospeksi diri lebih dahulu pada hal-hal yang fardhu (wajib).

فإن تذكَّر فيها نقصاً تداركَه إما بقضاءٍ أو إصلاح

Bila ia melihat ada kekurangan padanya, ia akan melengkapinya dengan qadla' (penggantian) atau ishlah (perbaikan).

ثم يحاسِبُها على المناهي

Kemudian kepada hal-hal yang diharamkan.

فإن عرف أنـه ارتكب منها شيئاً تداركه بالتوبة والاستغفار والحسنات الماحية

Bila ia merasa pernah melakukannya, ia pun bersegera untuk bertaubat, beristighfar, dan mengamalkan perbuatan-perbuatan baik yang dapat menghapuskan dosa.

ثم يحاسب نفسه على الغفلة

Kemudian kepada kealpaan.

فإن كان قد غفل عما خُلِق, له تداركه بالذكر والإقبال على الله تعالى

Bila ia mendapati dirinya telah alpa berkenaan dengan tujuan penciptaannya, maka ia segera memperbanyak dzikir dan menghadap Allah.

ثم يحاسِبُها بما تكلم به أو مشت به رجلاه

Lalu kepada ucapan-ucapannya, atau ke mana saja kakinya pernah berjalan,

أو بطشت يداه، أو سمعته أذناه؛

atau apa saja yang tangannya pernah memegang atau telinganya pernah mendengar.

ماذا أردتُ بهذا، ولم فعلتُه، ولمن فعلتُه

Apa yang diinginkan dari semua ini? Mengapa ia melakukannya? 

وعلى أي فعلتُه ويعلم أنه لا بدَّ

Untuk siapa beramal?, dan sudah sesuaikah dengan petunjuk?

أن يُنْشَر لكل حركةٍ وكلمةٍ ديوانان

Sesungguhnya setiap gerakan atau ucapan itu akan dihadapkan pada dua pertanyaan;

لمن فعلتَه؟ وكيف فعلتَه؟

Untuk siapa dikerjakan? Dan bagaimana cara pengerjaannya?

فالأول سؤال عن الإخلاص، والثاني سؤال عن المتابعة

Pertanyaan pertama tentang ikhlas dan yang kedua tentang mutaba'ah (kesesuaian dengan sunnah).

قال الله تعالى (١)

Allah berfirman,

ليَسْئَلَ الصَّدِقِينَ عَن صِدْقِهِمْ

Supaya (Allah) memintai pertanggungjawaban orang-orang yang benar tentang kebenaran mereka" Al-Ahzab 8

فإذا سُئل الصادقون عن صِدْقهم، وحوسِبوا على صدقهم، فما الظنُّ بالكاذبين

Apabila orang-orang yang benar saja dimintai pertanggungjawaban atas kebenarannya, dan dihisab atasnya, lalu bagaimana dengan orang-orang yang dusta?


فوائد محاسبة النفس

Mengapa harus ber Muhasabah?

۱ - الإطلاع على عيوب نفسه

1. Mengetahui aib diri.

ومن لم يطلع على عيوب نفسه لم يمكنه إزالته

Barangsiapa tidak mengetahui aib dirinya sendiri, tidak mungkin mampu membuangnya.

قال يونس بن عبيد

Yunus bin Ubaid berkata,

إني لأجد مائة خصْلة من خِصالِ الخير ما أعلم أن فن نفسي منها واحدةً

 "Aku benar-benar mendapati seratus bentuk kebajikan. Tetapi kulihat, tidak ada satu pun yang ada pada diriku."

وقال محمد بن واسع

Muhammad bin Wasi' berkata,

ولو كان للذنوب ريحٌ ما قدر أحدٌ أن يجلسَ إلىَّ

Seandainya dosa-dosa itu mempunyai bau, sungguh tidak ada seorang pun yang sanggup duduk di dekatku.

وروى الإمام أحمد عن أبي الدرداء

Imam Ahmad meriwayatkan, Abu Darda' berkata,

لا يفقه الرجل كل الفقه حتى يمقت الناس من جنب الله ، ثم يرجع إلى نفسه فيكون أشدّ لها مقتاً

"Seseorang itu tidak memahami agama ini dengan baik sampai ia membenci orang lain karena Allah, kemudia ia kembali kepada nafsunya dan ia lebih membencinya lagi."

٢ - أن يعرف حق الله تعالى عليه؛

2. Mengetahui hak Allah terhadapnya.

فإن ذلك يورثه مقت نفسه، والإزراء عليها ويخلصه من العجب ورؤية العمل

Hal itu akan membuatnya mencela nafsunya sendiri serta membebaskannya dari ujub dan riya' dalam beramal.

 ويفتح له باب الخضوع والذل والإنكسار بين يدي ربه واليأس من نفسه

Juga membukakan pintu ketundukan, penghinaan diri, kepasrahan di hadapanNya, dan keputusasaan terhadap dirinya sendiri.

وأن النجاة لا تحصل له إلا بعفوِ الله ومغفرته ورحمته

Sesungguhnya keselamatan itu hanya dapat dicapai dengan ampunan dari Allah dan rahmatNya.

فإن من حقه أن يطاع فلا يعصى، وأن يذكر فلا ينسى، وأن يشكر فلا يكفر

Merupakan hak Allah untuk ditaati dan tidak dimaksiati, diingat dan tidak dilupakan, serta disyukuri dan tidak dikafiri.


♥♥♥

Sumber:

تزكية النفوس وتربيتها كما يقرره علماء السلف

Tazkiyatun Nafs konsep pensucian jiwa menurut ulama' salaf


Ibnu Qayyim Aljauziah

Ibnu Rajab Al Hambali

Imam Alghazali


∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞

Catatan 

Silahkan bila ada masukan atau kesalahan - tinggalkan di kolom komentar dalam rangka penyempurnaan.


Dipersilahkan - share

Semoga bermanfaat



#muhassabah

#mawas diri

#introspeksi diri


Tidak ada komentar: