AKHLAK YANG HARUS DIMILIKI DALAM BERSAUDARA
الحب والتآخي
Pertama: Mencintai dan Bersaudara
وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهُ إِخْوَانَا
"Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara."
العلاقة بين الحب والتآخي علاقة وثيقة، لحمتها العقيدة
Hubungan antara cinta dan persaudaraan adalah hubungan yang sangat erat dan terikat oleh akidah.
فكل من عقد الله بينك وبينه عقد الأخوة
Setiap orang yang mengikatkan diri pada Allah, maka antara dirimu dengannya mempunyai ikatan persaudaraan.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إخوة .. [ الحجرات : ١٠ ]
Allah subhanallah wa ta'ala berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara." al-Hujuraat [49] : 10
يستحق منك مبادلته بلوازم الحب في الله
Oleh karena itu, engkau wajib membalasnya dengan cinta karena Allah.
وكل من يعاملك بالمحبة الإيمانية، يستوجب عليك حقوق الأخوة الإسلامية
Setiap orang yang memperlakukanmu dengan cinta karena Allah, maka ia mempunyai hak ukhuwah islamiyah pada dirimu.
في مقام النهي عن بعض صور الإساءة إلى المسلم، أو الأمر ببعض صور التكافل والتعاون والتراحم ni
Dalam masalah larangan dari sebagian bentuk-bentuk yang dapat menyakiti sesama muslim atau perintah untuk melakukan takaful, kerja sama dan saling menyayangi,
كان رسول الله ﷺ يشفع توجيهاته تلك بقوله
maka Rasulullah ﷺ mengarahkan hal tersebut dalam sabdanya,
وكونوا عباد الله إخوانا (۱)
"Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara."
Shahih Bukhari, kitab Bad'ul wahyu, bab 3, hadits no. 3 (al-Fat-h, jilid 1, hlm. 22).
ويبين القرطبي معنى الأخوة المقصود في الحديث بقوله
Al-Qurtubi menjelaskan makna ukhuwah yang dimaksud dalam hadits di atas,
اكتسبوا ما تصيرون به كإخوان النسب؛ في الشفقة والرحمة والمواساة والمعاونة والنصيحة (٢)
"Bersikaplah seperti saudara kandung dengan belas kasih, sayang menyayangi, meringankan, membantu dan memberi nasihat."
Shahih Bukhari, kitab asy-Syuruth, bab 5, hadits no. 2719 (al-Fat-h, jilid V, hlm. 322).
والميزان الضابط لمفهوم الأخوة والذي لا يتم الإيمان إلا به، ما بينه رسول الله ﷺ بقوله
Adapun standar pengertian ukhuwah, di mana iman tidak akan sempurna kecuali dengan ukhuwah, adalah gambaran yang dijelaskan Rasulullah ﷺ
والذي نفسي بيده، لا يؤمن عبد حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه من الخير (۳)
"Demi diriku yang ada dalam genggaman- Nya, tidaklah seorang hamba beriman kecuali apabila ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri dalam hal kebaikan."
Shahih Bukhari, dalam Kitab at-Tafsir, bab 7, hadits no. 3 4580 (al-Fat-h, jilid VIII, hlm. 247).
ويعلق الكرماني بقوله
Al-Karmani mengomentari hadits tersebut,
ومن الإيمان أيضاً أن يبغض لأخيه ما يبغض لنفسه من الشر، ولم يذكره؛ لأن حب الشيء مستلزم لبغض نقيضه، فترك التنصيص عليه اكتفاء
"Sebagian dari iman adalah membenci saudaranya sebagaimana membenci dirinya sendiri dalam hal keburukan walaupun hal itu tidak disebutkan, karena mencintai sesuatu berarti membencinya, maka meninggalkan yang tidak tercantum pun sudah cukup"
Shahih Bukhari, dalam Kitab an-Nafaqat, bab 15, hadits no. 5371 (al-Fat-h, jilid IX, hlm. 515).
ويعرف النووي المحبة بأنها : الميل إلى ما يوافق المحب (۱)
An-Nawawi mendefinisikan cinta sebagai "Kecenderungan kepada apa yang diinginkan oleh si pecinta,"
Musnad Ahmad, 6/125, dan Shahih Bukhari, dalam Kitab asy-Syuruth, bab 3, hadits no. 2717.
ويزيد ابن حجر
Kemudian Ibnu Hajar menambahkannya, "
والمراد بالميل هنا الاختياري دون الطبيعي والقسري
Yang dimaksud dengan kecenderungan di sini adalah kecenderungan yang diusahakan oleh manusia bukan karena kecenderungan alami ataupun paksaan.
والمحبة إرادة ما يعتقده خيرا
Jadi cinta itu adalah keinginan pada sesuatu yang dianggapnya baik,"
ومن القديم كان الناس يحرصون على أخوة صادق في المحبة؛
Pada masa lampau, orang-orang berusaha untuk melakukan ukhuwah yang sungguh-sungguh dalam mencintai.
ليؤثروه على أنفسهم
Mereka mendahulukan kepentingan saudaranya daripada kepentingannya sendiri.
ومما أدرجه رسول الله من العبارات المتداولة في عصره
Dan di antara ungkapan-ungkapan yang sering diucapkan Rasulullah ﷺ adalah,
اللَّهُمَّ أَبْغِنِي حَبِيْبًا هُوَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِهِ (۳)
"Ya Allah, berilah aku seorang kekasih, yang lebih kucintai dari diriku sendiri."
وكان الحرص على المحبة والتآخي، يدفع رجلاً مثل أبي هريرة رضي الله عنه ؛
Motivasi untuk mendapatkan cinta dan persaudaraan telah menjadikan dirinya sebagai seorang laki-laki, seperti Abu Hurairah r.a.
لطلب الدعاء من رسول الله ﷺ ، لنفسه ولأمه
Meminta doa kepada Rasulullah ﷺ untuk dirinya dan ibunya
بالمحبة المتبادلة مع المؤمنين، فدعا له رسول الله ﷺ
agar dikarunia cinta yang dibalas oleh orang-orang yang beriman. Maka, Rasulullah ﷺ mendoakannya,
اللَّهُمَّ حَبِبْ عَبِيدُكَ هَذَا وَأُمُهُ إِلَى عِبَادِكَ الْمُؤْمِنِينَ, وَحَبِبْ إِلَيْهِمُ الْمُؤْمِنِينَ
"Ya Allah, jadikanlah hamba-Mu ini dan ibunya menjadi kekasih hamba-hamba-Mu yang beriman, dan jadikanlah mereka sebagai kekasih keduanya."
والأصل في الحب أو البغض أن يكون لكل ما يحبه اللّه، أو يبغضه
Mencintai dan membenci harus dilandasi dengan sesuatu yang dicintai Allah atau dibenci-Nya.
فاللّه عزوجل يحب التوابين والمتطهرين، والمحسنين والمتقين
Allah mencintai orang-orang yang bertobat, menyucikan diri, orang-orang yang berbuat baik, orang- orang yang bertakwa,
والصابرين والمتوكلين، والمقسطين والمقاتلين في سبيله صفاً
Orang-orang yang bersabar, orang-orang yang bersikap adil, dan pejuang-pejuang yang bersatu di jalan-Nya.
ولا يحب الظالمين والمعتدين والمسرفين
Allah membenci orang-orang yang zalim, orang-orang yang melanggar hukum, orang-orang yang berlebihan,
والمفسدين، والخائنين والمستكبرين
orang-orang yang melakukan kerusakan, orang-orang yang berkhianat, dan orang-orang yang sombong.
كما أن الأصل في الحب أن يكون عاماً لجميع المؤمنين
Cinta pada dasarnya bersifat umum untuk orang-orang yang beriman,
ويتفاوت تبعاً لصلاحهم، فلا نستطيع أن نناصب العداء لمن وقع في معاصٍ تاب منها
dan menjadi berbeda-beda dengan ketakwaannya. Kita tidak boleh mencaci-maki orang yang bertobat.
أو حُدّ فيها، ومازال رغم معاصيه في دائرة الإسلام
Walaupun ia melakukan maksiat, ia masih berada dalam keislamannya.
فقد نهى رسول الله ﷺ عن لعن صحابي أقيم عليه حدّ الخمر - مراراً فقال
Rasulullah ﷺ telah melarang mengutuk sahabat yang sedang menjalani had (hukuman), karena meminum arak berulang kali. Beliau bersabda,
لا تلعنوه، فو اللّه ما علمت أنه يحب اللّه ورسوله
"Janganlah engkau mengutuknya. Demi Allah, yang aku ketahui bahwa ia mencintai Allah dan Rasul-Nya."
Musnad Ahmad 2/345, dan sanadnya adalah baik, (Bulugh al-Amani 22/126).
واستنبط منه ابن حجر
Ibnu Hajar menyimpulkan hadits tersebut,
أن لا تنافي بين ارتكاب المنهي وثبوت محبة اللّه ورسوله في قلب المرتكب .. وأن من تكررت منه المعصية، لا تنزع منه محبة اللّه ورسوله (۲)
"Tidak ada pertentangan dalam diri pelaku yang melakukan perbuatan dosa dan cintanya antara Allah dan Rasul-Nya. Dan orang yang berulang-ulang melakukan maksiat, rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya tidak akan dicabut." Hayyatu-sshohsbah Jilid II, hal 408, ketika memerangi Abi syaibah.
وفي حديث آخر دعا بعض الصحابة على رجل سكران أن يخزيه اللّه
Dalam hadits lain disebutkan, sebagian sahabat mendoakan orang yang suka mabuk agar dihukum oleh Allah,
فكانت لفتة النبي ﷺ المفعمة بالحب والأخوة أن
tetapi Nabi ﷺ menyikapinya dengan penuh cinta dan persaudaraan dengan bersabdanya,
لا تَكُونُوا عَوْنُ الشَّيْطَانِ عَلَى أَخِيْكُمْ (۳)
"Janganlah kalian menjadi pembantu setan dalam menjerumuskan saudaramu."
Shahih Bukhari, dalam Kitab Nafaqat, bab 1, hadits no. 5353 (al-Fat-h jilid IX, hlm. 497).
ليلفت أنظارهم للدعوة له بالمغفرة والتوجه إليه بالنصح، بدل الدعوة عليه فيما يُفرح الشيطان، ويقويه عليه
Beliau menyampaikan hal itu untuk mengalihkan sikap mereka agar mendoakannya dengan memberi ampunan dan nasihat sebagai ganti dari doa yang hanya akan membuat setan senang dan semakin kuat.
وفي الأثر : أن أبا الدرداء رضي الله عنه مرّ على رجل قد أصاب ذنباً
Dalam atsar disebutkan, "Abu Darda' r.a. melewati seorang laki- laki yang sedang dimaki-maki oleh orang-orang karena telah melakukan perbuatan dosa.
فكانوا يسبّونه فقال : أرأيتم لو وجدتموه في قليب، ألم تكونوا مستخرجيه؟
Ia berkata, 'Hai kalian, bagaimana pendapat kalian apabila ia berada dalam sebuah kumbangan lumpur? Apakah kalian tidak ingin mengeluarkannya?"
قالوا : بلى، قال : فلا تسبوا أخاكم، واحمدوا اللّه الذي عافاكم
Mereka menjawab, "Ya, kami ingin mengeluarkannya." Abu Darda' berkata lagi, "Janganlah kalian memaki-maki saudara kalian, dan pujilah Allah subhanallah wa ta'ala yang telah memaafkan kalian."
قالوا : أفلا تبغضه ؟ قال : إنما أبغض عمله، فإذا تركه فهو أخي (٤)
Mereka bertanya, "Apakah engkau tidak membencinya?" Abu Darda' menjawab, "Sesungguhnya aku membenci perbuatannya. Namun, apabila ia meninggalkannya, ia adalah saudaraku."
Hayah ash-Shahabah, jilid II, hal 222, ketika memerangi Abi Na'im, demikian pula disebutkan dalam al-Huliyah, jilid III, hlm. 355.
وكم من أواصر الأخوة قطعت وكم حقنت القلوب بالعداوة والغيظ لاجتهاد خاطئ !
Betapa banyak ikatan persaudaraan terputus dan betapa banyak hati-hati dipenuhi rasa permusuhan dan kemarahan hanya karena ijtihad yang salah.
مع أن في الأمر سعة للحفاظ على مودة وأخوة من وقع في المعصية
Padahal, masalah tersebut masih memungkinkan untuk tetap ada dalam ikatan kasih sayang dan persaudaraan sehingga tidak terjerumus dalam kemaksiatan.
فكيف بأخوة من زلّ في رأي أو انزلق في اجتهاد ؟
Bagaimana persaudaraan akan ada bagi orang yang berbeda pendapat dan salah dalam berijtihad?
ذلك لأن مصدر الأخوة ومنبع الحب مازال قائماً فيه؛ ألا وهو إِكرام عقيدة الإيمان التي يحملها، وكلمة التوحيد التي يدعو إليها
Hal itu dikarenakan sumber persaudaraan dan intinya masih ada, yakni rasa hormat terhadap akidah yang dianutnya dan kalimat tauhid yang diucapkannya.
وقد جاء في الحديث : ما أحبّ عبد عبدًا للّه إلا أكرم ربه
Dalam sebuah hadits disebutkan, "Tidak ada seorang hamba penyembah Allah yang paling aku cintai kecuali hamba yang memuliakan Rabb-nya."
Diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Daud, dan at-Tirmidzi dalam Jami' al-ushul, jilid VI, hlm. 562, hadits no. 4793.
إن الله عز وجل جعل الحب في الله والبغض في الله أوثق عرى الإسلام
Sesungguhnya Allah telah menjadikan cinta karena Allah dan benci karena Allah sebagai tali yang paling kuat dalam Islam.
وفي رواية : أوثق عرى الإيمان : الموالاة في الله، والمعاداة في الله، والحب في الله، والبغض في الله عز وجل (۲)
Dalam sebuah riwayat disebutkan, "Tali yang paling kuat dalam keimanan adalah membantu karena Allah, memusuhi karena Allah, mencintai karena Allah dan membenci karena Allah subhanallahu wa ta'ala."
Lihat Musnad Ahmad, 5/441-444. Dalam kitab al-Ishabah al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, "Telah banyak riwayat tentang keislaman Salman. Akan tetapi, yang paling shahih adalah apa yang diriwayatkan Ahmad." (Bulugh al-Amani 22/260-266).
إن الإيمان لا يكمل إلا بصدق هذه العاطفة، وإخلاص هذه الرابطة
Iman tidak akan sempurna kecuali dengan adanya kesungguhan dalam perasaan dan keikhlasan dalam ikatan. Rasulullah bersabdanya,
من أحب الله، وأبغض الله ، وأعطى الله، ومنع الله، فقد استكمل الإيمان (۳)
"Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan melarang karena Allah maka sempurnalah imannya,"
Musnad Ahmad, 3/137
ومن أراد أن يشعر بلذة مجاهدة الشيطان وحلاوة التجرد من الأهواء، وعظمة معاني الولاء الله والرسوله وللمؤمنين، فهذا هو الطريق
Barangsiapa yang ingin merasakan nikmatnya berjuang melawan setan, indahnya mengosongkan diri dari hawa nafsu, agungnya makna loyalitas (kesetiaan) kepada Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman, maka inilah jalannya.
ثلاث من كن فيه وجد حلاوة الإيمان
Sabda beliau, "Ada tiga perkara. Apabila tiga perkara itu ada dalam diri seorang mukmin, maka ia akan merasakan indahnya iman.
أن يكون الله ورسوله أحبّ إليه مما سواهما، وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله، وأن يكره أن يعود في الكفر - بعد إذ أنقذه الله منه .. كما يكره أن يُلقى في النار (٤)
Tiga perkara itu adalah, yaitu menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada yang lainnya, mencintai seseorang karena Allah, dan benci untuk kembali kepada jalan kekafiran, setelah ia diselamatkan Allah dari jalan tersebut sebagaimana ia benci bila dimasukkan ke dalam api."
Shahih Bukhari, kitab Manaqib al-Anshar, bab 3, hadits no. 3780 dan 3781 al-Fat-h jilid VII, hlm. 112
وقد جعل رسول الله ﷺ المفاضلة بين الأخوين المتحابين، بمدى حبّ كل منهما لأخيه
Rasulullah telah menilai persaudaraan antara dua saudara yang saling mencintai dengan ukuran sejauh mana kecintaan masing- masing dari mereka kepada saudaranya, sebagaimana dalam sabdanya,
ما تحابّ اثنان في الله تعالى، إلا كان أفضلهما أشدهما حباً لصاحبه (٥)
"Di antara dua orang yang saling mencintai karena Allah, maka yang paling utama adalah orang yang paling banyak mencintai saudaranya."
283 Shahih Bukhari, kitab al-Hibah, bab 35, hadits no. 2630 (al-Fat-h jilid V, hlm. 242).
وإن دخل الشيطان بينهما يوماً من الأيام، فليراجع كل منهما قلبه، وليحاسب نفسه، لقوله ﷺ
Apabila suatu saat setan masuk ke dalam diri mereka, maka kedua belah pihak harus kembali kepada hatinya dan melakukan instrospeksi diri sebagaimana dalam sabdanya ﷺ
ما توادّ اثنان في الله فيفرق بينهما إلا بذنب يحدثه أحدهما
"Dua orang yang saling bersaudara karena Allah tidak akan berpisah, kecuali karena ada dosa yang dilakukan oleh salah seorang di antara keduanya, "
Muhammad Ahmad Jad al-maula, al-Khulq al-Kamil, jilid III, hlm. 464.
ومن المداخل التي يحاول الشيطان أن يلج منها؛ للقطيعة بين الأخوين
Dan, di antara celah yang dimasuki setan untuk memutuskan silaturahmi di antara dua orang yang bersaudara
أن يوسوس لأحدهما، بإثارة أحاسيس الغيرة من العلاقة مع شخص آخر
adalah dengan membisikkan kepada salah satu saudaranya yang menimbulkan perasaan cemburu ketika ia melihat saudaranya berhubungan dengan orang lain.
وتأويل هذه العلاقة بأنها لمزيد محبة تفوق ما بينهما، وقد تكون من نوع ما ضرب له رسول الله ﷺ مثلا بقوله
Ia mengira bahwa cinta kawannya kepada orang lain lebih besar. Untuk mencegah hal itu, Rasulullah ﷺ bersabda,
إني لأعطي الرجل، وغيره أحبّ إليّ منه، خشية أن يُكَبّ في النار على وجهه (۲)
"Aku suka memberi hadiah kepada seseorang, tetapi bisa saja cintaku kepada orang lain lebih besar dibandingkan cintaku kepadanya. Hal itu kulakukan untuk menghindarkan ia (orang yang diberi) dari kobaran api yang akan menjilat mukanya."
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fat-h al-Bari, jilid X, hlm. 528.
فتألّف قلب حديثِ عهدٍ بالهداية، قد يحتاج عناية خاصة، ينبغي ألا تستثير الآخرين
Dengan itu, hati orang yang baru mendapatkan hidayah dapat menjadi lembut dan itu memerlukan perhatian khusus, yang seharusnya tidak membuat orang lain cemburu.
وقد يعتب الأخ على أخيه لم لا يستعمله، ولا يثق بقدراته ولا يؤمره ولا يكلفه ؟
Terkadang, seseorang merasa kecewa karena tidak diperlukan oleh saudaranya, kemampuannya diragukan, tidak diangkat jadi pemimpin dan tidak pula diberi tugas.
ويظن ذلك من ضعف محبته له مع أن ذلك لا علاقة له بحب أو بغض
Sehingga, ia mengira kecintaan saudaranya kepadanya lemah padahal hal tersebut tidak ada hubungannya dengan cinta dan benci.
وبصراحة المؤمن قال رسول الله ﷺ لأبي ذر
Sebagai sikap kejujuran seorang mukmin, dalam hal ini Rasulullah ﷺ bersabda kepada Abu Dzar,
يا أبا ذر! أراك ضعيفاً، وإني أحب لك ما أحب لنفسي، لا تأمّرّن على اثنين، ولا توّلينّ مال يتيم (۳)
"Wahai Abu Dzar, aku melihatmu sebagai orang lemah, dan aku mencintaimu sebagaimana aku mencintai diriku sendiri. Janganlah engkau menjadi pemimpin di antara dua orang (atau lebih) dan janganlah pula engkau mengelola harta anak yatim."
Shahih Bukhari, kitab al-Adab, bab 45, hadits no. 6051 (al-Fat-h jilid X, hlm. 468).
وللترغيب في الحب في الله بشّر الله المتحابين
Agar mencintai karena Allah lebih disukai, maka Allah memberi kabar gembira bagi mereka yang saling mencintai karena Allah.
بإكرامهم عند هول الموقف والحساب
Allah akan memuliakannya ketika mereka menghadapi kondisi yang sangat menakutkan dan saat dihisab pada hari Kiamat.
بأن يظلهم في ظل العرش، ومن الأصناف السبعة المخصوصة بهذه المزية كما في الحديث
Mereka akan diberikan perlindungan oleh Allah, karena mereka termasuk salah satu dari tujuh kelompok yang mendapatkan keistimewaan sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yaitu,
ورجلان تحابا في الله ، فاجتمعا على ذلك ، وافترقا عليه .. (٤)
"Jika dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah, maka mereka akan berkumpul dan berpisah karena-Nya pula. " Musnad Ahmad, 3/462, disebutkan oleh Ibnu Ishaq bahwa semua perawinya adalah tsiqah. Lihat Bulugh al-Amani 20/274.
ويقول الله فيهم - كما في الحديث القدسي
Allah telah berfirman tentang mereka sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits qudsi,
حُقٌت محبتي للمتحابّين فيّ، وحُقّت محبتي للمتواصلين فيّ، وحُقّت محبتي للمتناصحين فيٌ، وحُقّت محبتي للمتزاورين فيّ، وحُقّت محبتي للمتباذلين فيّ، المتحابون فيّ على منابر من نور، يغبطهم بمكانهم النبيون والصديقون والشهداء (۱)
"Aku akan berikan cinta-Ku untuk orang yang saling mencintai karena Aku, orang yang menyambungkan silaturahmi karena Aku, orang yang saling menasihati karena Aku, orang yang memberi karena Aku, dan orang yang bersedekah karena Aku. Orang yang saling mencintai karena Aku akan berada pada mimbar cahaya karena para nabi, orang-orang yang jujur, dan para syuhada mengharapkan kedudukan mereka." Lihat Akhlaquna Ijtima'iyah, hlm. 65.
هذا بالإضافة إلى البشرى لمن أحب الصالحين أنه سيحظى بالحشر معهم
Di samping itu, ada kabar gembira bagi orang yang mencintai orang-orang saleh, Mereka akan dikumpulkan bersama orang-orang saleh pada hari Kiamat,
كما في الحديث الصحيح: المرء مع من : أحب (٢)
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, "Seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya."
Shahih Bukhari, kitab al-Adab, bab 68, hadits no. 6084 (al-Fat-h jilid X, hlm. 502).
ولكي يكون مجتمع المسلمين متعاونا على البر
Dan, agar masyarakat muslim terbiasa untuk saling menolong dalam kebaikan
وغارسالمعاني الخير
dan tertanam pada dirinya makna-makna kebaikan,
فقد وردت أحاديث كثيرة، تحث على إعلام الأخ الذي له في نفسك منزلة خاصة
maka dalam hal ini, banyak hadits yang menganjurkan agar engkau memberi tahu saudaramu yang telah mendapatkan kedudukan khusus dalam dirimu
ومحبة متميزة فوق الأخوة العامة لجميع المؤمنين بأنك تحبه
dan telah mendapatkan cinta istimewa di atas cinta sesama muslim lainnya bahwa engkau mencintainya.
ومن ذلك قوله ﷺ : إذا أحب أحدكم صاحبه فليأته في منزله، فليخبره أنه يحبه للّٰه (۳)
Nabi ﷺ bersabda dalam haditsnya, "Apabila seseorang di antara kalian mencintai saudaranya, maka datangilah rumahnya dan katakanlah bahwa engkau mencintainya karena Allah."
Hayah as-Shahabah, jilid I, hlm. 240-241, dan diriwayatkan oleh Ahmad 5/224. Semua perawinya adalah tsiqah sebagaimana yang dikatakan Imam Haitsami.
وزاد في رواية ( فإنه أبقى في الألفة، وأثبت في المودة ) (٤)
Dalam riwayat lain ditambahkan, "Karena hal itu akan melanggengkan persaudaraan dan mengokohkan rasa kasih sayang." Akhlaq al-kamil, jilid IV, hlm. 248.
ومن علامات صدق الأخوة وصفاء الحب
Di antara kesungguhan dalam persaudaraan dan kesucian cinta adalah
أن تحسب حساب أخيك فيما تجره إلى نفسك من نفع، أو ترغب بدفعه عن نفسك من مكروه
memberikan manfaat kepada saudaramu sebagaimana engkau memberikan manfaat untuk dirimu sendiri dan membencinya sebagaimana engkau membenci dirimu bila melihat sesuatu yang tidak menyenangkan.
وفي وصية رسول الله ﷺ لأبي هريرة
Dalam wasiat Rasulullah ﷺ kepada Abu Hurairah, disebutkan,
وأحبّ للمسلمين والمؤمنين ما تحبّ لنفسك وأهل بيتك، واكره لهم ما تكره لنفسك وأهل بيتك، تكن مؤمنا .. (٥)
"Mencintai umat Islam dan orang yang beriman seperti engkau mencintai dirimu dan keluargamu, sedang membenci mereka sebagaimana engkau membenci dirimu dan keluargamu, maka berarti engkau telah menjadi seorang mukmin."
Al-Mughni, jilid 12, hlm. 35 dan 101. cet. Kairo tahun 1990, dan kisah terdapat dalam al-Mushannaf Abdur Razzaq, dalam Kitab al-'Uqul, bab "Man Afza'ahu asy- Syaithan".
وعندئذ ينطبق على الإخوة قول رسول الله ﷺ
Setelah engkau menjadi orang mukmin maka saudaramu itu berhak mendapatkan perlakuan sebagaimana yang disebutkan Rasulullah ﷺ dalam sabdanya,
مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم وتعاطفهم مثل الجسد، إذا اشتكى منه عضو، تداعى له سائر الجسد بالسهر والحمى (۱)
"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam persaudaraannya, kasih sayangnya, dan kepeduliannya bagaikan satu badan. Apabila salah satu anggota badannya sakit, maka seluruh anggota badannya akan ikut merasakan sakit dan demam." Shahih Bukhari, dalam kitab al-Adab, bab 25, hadits no. 6058 (al-Fat-h jilid X, hlm. 474).
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fat-h al-Bari, jilid X, hlm. 475.
[[=Sirah Ibnu Hisyam, jilid III, hlm. 305. Penjelasan tentang hal tersebut telah disebutkan dalam beberapa riwayat, di antaranya adalah sanad yang tsiqah dan yang lain adalah sanad yang shahih, as-Sirah an-Nabawiyah ash-Shahihah, jilid II hal 410.
Silsilah ahadits ash-Shahihah, hadits no. 426 (hadits hasan).
Musnad Ahmad, 2/293. Dalam sanadnya terdapat Abdul Malik Ibnu Qudamah al-Jamhi yang ditsiqahkan oleh Ibnu 'Adi dan didhaifkan oleh ad-Daraquthni dan lainnya. Lihat catatan kaki Jam' al-Fawaid jilid II, hlm. 403.
Al-Jaami' Li Ahkaam Al-Qur'an, 4/159.
♥♥♥♥
Sumber:
Mahmud Muhammad Al Hazandar
∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞
Catatan
Silahkan bila ada masukan atau kesalahan - tinggalkan di kolom komentar dalam rangka penyempurnaan.
Dipersilahkan - share
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar