العدل
Kedua: Keadilan
اعدلوا هو أقرب للتقوى
"Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat pada takwa."
مِنْ أَغْرَاضِ الْجِهَادِ فِي الْإِسْلَامِ: إِخْرَاجُ النَّاسِ مِنْ جَوْرِ الْأَدْيَانِ إِلَى عَدْلِ الْإِسْلَامِ
Salah satu tujuan jihad dalam Islam, adalah mengeluarkan manusia dari kedzaliman agama-agama kepada keadilan Islam.
وَمِنْ دَوَافِعِ الْهِجْرَةِ إِلَى الْحَبَشَةِ: أَنَّ (فِيهَا مَلِكًا لَا يُظْلَمُ عِنْدَهُ أَحَدٌ)، (۱)
Salah satu pendorong dilakukannya hijrah ke negeri Habasyah adalah, "Di sana terdapat seorang raja yang tidak menzalimi, seorang rakyat pun." Thabaqat asy-Syafi'iyyah, 1/275 dari biografi Yusuf bin Yahya al-Buwaithi.
وَمِنْ أَهَمِّ مَزَايَا دَعْوَةِ الْإِسْلَامِ أَنَّهَا نَشَرَتِ الْعَدْلَ وَعَمَّمَتْهُ
Dan, salah satu kelebihan dakwah Islam yang terpenting adalah tersebar luasnya keadilan.
بِالرُّجُوعِ إِلَى كَثِيرٍ مِنْ نُصُوصِ الْقُرْآنِ الَّتِي تَتَحَدَّثُ عَنِ الظُّلْمِ وَالظَّالِمِينَ
Ketika kita merujuk kepada teks-teks ayat suci Al-Quran yang membicarakan tentang kezaliman dan orang-orang yang zalim,
نَجِدُ أَنَّهَا: نَفَتْ عَنْهُمُ الْفَلَاحَ، وَاسْتَبْعَدَتْهُمْ مِنْ أَنْ يَنَالَهُمْ عَهْدُ اللَّهِ، وَبَشَّرَتْهُمْ بِأَنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّهُمْ
kita temukan ayat-ayat itu menjelaskan bahwa kesuksesan akan pergi meninggalkan mereka dan mereka juga terjauhkan dari datangnya janji Allah swt. Ayat-ayat itu juga mengabarkan bahwa Allah swt. tidak mencintai mereka
وَلَا يَزِيدُهُمْ إِلَّا خَسَارًا، وَحَكَمَتْ عَلَيْهِمْ بِالْخَيْبَةِ وَسُوءِ الْعَاقِبَةِ. (٢)
dan hanya akan menambahkan kerugian bagi mereka. Mereka akan senantiasa frustrasi dan mendapat akhir yang buruk. As-Sirah an-Nabawiyyah, karya Ibnu Hisyam 1/321.
وَفِي مُقَابِلِ ذَلِكَ فَإِنَّ اللَّهَ اسْمًا مُشْتَقًّا مِنَ الْعَدْلِ، وَهُوَ الَّذِي لَا يَظْلِمُ النَّاسَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ، وَأَمَرَ رَسُولَهُ بِالْعَدْلِ، وَعَمَّمَ الْأَمْرَ بِالْعَدْلِ عَلَى جَمِيعِ عِبَادِهِ، (۳)
Sebaliknya, Allah swt. memiliki sebuah nama yang lekat dengan keadilan. Dialah yang tidak pernah berbuat zalim kepada manusia walaupun sebesar biji sawi dan telah memerintahkan Rasul-Nya untuk berbuat adil dan secara umum juga memerintahkan keadilan kepada seluruh hamba-hamba-Nya.
@ Sebagai isyarat dari ayat-ayat berikut ini, "sesungguhnya orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan." (al-An'aam [6]: 21), "...Janji-Ku ini tidak mengenai orang yang zalim." (al-Baqarah [2]: (2): 124) "...dan dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim." (Ali 'Imran [3]: 57)
وَجَعَلَ فِي مُقَدِّمَةِ السَّبْعَةِ الَّذِينَ يُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ (إِمَامٌ عَادِلٌ) (٤)
Dia juga telah menjadikan pendahulu dari ketujuh golongan yang mendapatkan naungan pada hari di mana tidak ada naungan selain naungan-Nya, yaitu "Pemimpin yang adil."
Sebagai isyarat dari firman-Nya, "...dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. "(as-Syura [42]: 15), "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan." (an-Nahl [16]: 90)
كَمَا جَعَلَ الْإِمَامَ الْعَادِلَ مِنَ الثَّلَاثَةِ الَّذِينَ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ
Sebagaimana juga Dia telah menjadikan pemimpin yang adil sebagai salah satu dari tiga golongan yang doanya tidak ditolak. Shahih al-Jami', nomor 3603 (shahih) terdapat di Shahihain.
وَلِكَيْ تَقُومَ حَيَاةُ النَّاسِ عَلَى الْعَدْلِ، فَقَدْ ذَكَرَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ الْمُسْلِمَ بِأَنَّهُ: (كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ يَعْدِلُ بَيْنَ النَّاسِ صَدَقَةٌ) (۲)
Agar kehidupan manusia berdiri tegak atas keadilan, Rasulullah ﷺ telah mengingatkan orang Islam, "Selama matahari masih terbit setiap hari berbuat adil merupakan suatu sedekah." Shahih al-Jami', nomor 3064 (hasan) teksnya, "Tiga golongan yang Allah tidak menolak doanya: orang yang banyak mengingat Allah, orang yang dizalimi, dan pemimpin yang adil."
وَرَبَطَ عَدْلَهُ فِي الدُّنْيَا بِمَصِيرِهِ فِي الْآخِرَةِ، حَيْثُ يُوضَعُ الْمِيزَانُ، وَيُحَاسَبُ النَّاسُ بِالْقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيمِ، فَأَخْبَرَ اللَّهُ بِأَنَّ مِنَ الْمُنْجِيَاتِ: (الْعَدْلُ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَا) (۳)
Dan, mengaitkan keadilannya di dunia dengan perjalanannya di akhirat, yaitu ketika dihadirkan timbangan dan manusia dihisab dengan timbangan yang lurus, Rasulullah ﷺ memberitahukan bahwa yang termasuk orang-orang yang lolos adalah: "Adil di waktu marah dan di waktu senang." Shahih al-Bukhari, Kitab as-Shulh, bab 11, hadits 2707, al-Fat-h 5/309).
وَهَذِهِ أَعْلَى مَرَاتِبِ الْعَدْلِ، إِذْ قَدْ يَعْدِلُ الْمَرْءُ فِي حَالِ الرِّضَا، وَلَكِنْ يَنْدُرُ أَنْ يَعْدِلَ وَهُوَ غَاضِبٌ أَوْ سَاخِطٌ أَوْ كَارِهٌ
Inilah martabat keadilan yang tertinggi, yaitu seseorang berbuat adil dalam keadaan senang, namun yang langka adalah berbuat adil sewaktu sedang marah atau murka ataupun membenci.
وَقَدْ خَصَّ اللَّهُ أَهْلَ الْعَدْلِ فِي الدُّنْيَا، بِإِعْلَاءِ شَأْنِهِمْ فِي الْآخِرَةِ، وَتَقْرِيبِهِمْ مِنْهُ سُبْحَانَهُ، كَمَا فِي الْحَدِيثِ
Allah swt. telah mengkhususkan orang yang berlaku adil di dunia dengan ketinggian kedudukannya di akhirat dan kedekatannya dengan Allah swt. sebagaimana tersebut dalam hadits,
(إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ: الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِهِمْ وَمَا وَلَّوْا) (٤)
"Sesungguhnya, orang-orang yang adil di sisi Allah swt. berada di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya dari tangan kanan ar-Rahman kedua tangan-Nya adalah kanan-yaitu orang-orang yang berbuat adil terhadap hukum, keluarga dan orang-orang yang dipimpinnya." Silsilah al-Hadits, 4/316 hadits 1802 (hasan).
وَالْأُمَّةُ الْمُسْلِمَةُ لَا يَشْفَعُ لَهَا إِسْلَامُهَا فِي اسْتِحْقَاقِ التَّأْيِيدِ مِنَ اللَّهِ إِذَا كَانَتْ ظَالِمَةً
Keislaman umat Islam tidak akan menolong mereka untuk mewujudkan penguatan dari Allah swt. jika mereka zalim.
فَمِنْ أَسْبَابِ التَّمْكِينِ فِي الْأَرْضِ، وَالتَّأْيِيدِ مِنَ اللَّهِ، أَنْ يُحَالَ دُونَ تَفَشِّي الْمَظَالِمِ، وَأَنْ يَعُمَّ الْعَدْلُ حَيَاةَ الْمُسْلِمِينَ
Karena salah satu penyebab kokohnya kedudukan mereka di muka bumi dan penguatan Allah swt. bagi mereka adalah pencegahan merajalelanya kezaliman dan penyebarluasan keadilan dalam kehidupan umat Islam.
وَلِذَلِكَ يَقُولُ ابْنُ تَيْمِيَةَ: (إِنَّ اللَّهَ يُقِيمُ الدَّوْلَةَ الْعَادِلَةَ وَإِنْ كَانَتْ كَافِرَةً، وَلَا يُقِيمُ الدَّوْلَةَ الظَّالِمَةَ وَإِنْ كَانَتْ مُؤْمِنَةً) (٥)
Karena itulah Ibnu Taimiyah berkata, "Sesungguhnya, Allah swt, menegakkan negara yang adil -meskipun kafir-dan tidak menegakkan negara yang zalim-meskipun beriman. " Shahih Muslim, Kitab al-Imarah, bab 5, hadits 1827 (6/352).
وَكَذَلِكَ فَإِنَّ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ مُسْتَجَابَةٌ وَإِنْ كَانَ فَاجِرًا؛
Demikian pula bahwa doa orang yang terzalimi dikabulkan walaupun dia adalah pendosa,
لِأَنَّ فُجُورَهُ لَا يَقْتَضِي التَّعَدِّيَ عَلَيْهِ بِغَيْرِ حَقٍّ، وَلَا غَمْطَ حَقٍّ مِنْ حُقُوقِهِ، كَمَا فِي قَوْلِهِ ﷺ
karena dosanya tidak menuntutnya untuk mendapatkan pelanggaran hak dan tidak pula merendahkan satu pun haknya, sebagaimana sabda beliau ﷺ
دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ مُسْتَجَابَةٌ، وَإِنْ كَانَ فَاجِرًا فَفُجُورُهُ عَلَى نَفْسِهِ
"Doa orang yang terzalimi mustajab, walaupun dia adalah pendosa karena dosanya itu atas dirinya sendiri." Majmu' Fatawa, Ibnu Taimiyah 28/146. 433 Shahih al-Jami' nomor 3382 (hasan).
إِنَّ عَدْلَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يَسَعُ الْبَهَائِمَ مِثْلَمَا يَسَعُ النَّاسَ
Sesungguhnya, keadilan Allah swt. mencakup hewan-hewan sebagaimana halnya mencakup manusia.
وَمِنَ الْخَيْرِ لِلْعَبْدِ أَلَّا يَظْلِمَ مَخْلُوقًا فِي الدُّنْيَا مِنْ إِنْسَانٍ أَوْ حَيَوَانٍ
Salah satu kebaikan seorang hamba adalah tidak menzalimi suatu makhluk di dunia, baik manusia maupun hewan,
وَأَنْ يُبَادِرَ إِلَى أَدَاءِ الْحُقُوقِ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا مُخْتَارًا، قَبْلَ أَنْ يُقَادَ بِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
serta senantiasa bergegas menunaikan hak-hak di dunia ini secara terpilih sebelum dituntut oleh yang berhak pada hari Kiamat.
وَلِذَلِكَ يَقُولُ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: (لَتُؤَدُّنَّ الْحُقُوقَ إِلَى أَهْلِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ؛ حَتَّى يُقَادَ لِلشَّاةِ الْجَلْحَاءِ مِنَ الشَّاةِ الْقَرْنَاءِ) (۲)
Mengenai hal ini Rasulullah ﷺ bersabda, "Kamu benar-benar menunaikan hak-hak kepada yang berhak pada hari Kiamat sampai-sampai dituntut karena hewan ternak yang tidak bertanduk dari yang bertanduk." Shohih Aljami' nomor 3382 Hasan
وَلِذَلِكَ فَإِنَّ (مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ: مِنْ عِرْضِهِ، أَوْ شَيْءٍ مِنْهُ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ، مِنْ قَبْلِ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ، فَحُمِلَ عَلَيْهِ) (۳)
Karena itulah, "Barangsiapa memiliki dosa menzalimi saudaranya, dari segi kehormatannya, atau sesuatu miliknya, hendaknya meminta kehalalannya pada hari itu juga, sebelum tidak ada lagi dinar dan dirham. Jika dia memiliki amal saleh, maka akan diambil sesuai tindak kezalimannya. Jika dia tidak memiliki kebaikan, maka sebagian keburukan orang yang dizalimi itu akan diambil dan ditimpakan kepadanya." Dikeluarkan oleh Imam Muslim dan at-Turmudzi, Jami' al-Ushul, 10/432 nomor 7960.
كَمَا فِي الْحَدِيثِ الصَّحِيحِ
Sebagaimana diterangkan dalam hadits yang shahih juga,
وَمَهْمَا يَكُنِ الْمَظْلُومُ ضَعِيفًا، فَإِنَّ اللَّهَ نَاصِرُهُ، وَمَنْ لَهُ بِاللَّهِ طَاقَةٌ حَتَّى يَتَجَرَّأَ عَلَى ظُلْمِ الْعِبَادِ؟
Walaupun orang yang terzalimi menjadi lemah, namun Allah swt. akan menolongnya. Siapakah yang memiliki kemampuan lebih dari Allah swt. hingga berani menzalimi para hamba-Nya?
فَقَدْ جَاءَ فِي الْحَدِيثِ: (...وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا اللَّهُ فَوْقَ الْغَمَامِ، وَيَفْتَحُ لَهَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ، وَيَقُولُ الرَّبُّ: وَعِزَّتِي وَجَلَالِي لَأَنْصُرَنَّكَ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ) (٤)
Telah disebutkan dalam hadits, dan doa orang yang terzalimi akan diangkat oleh Allah swt. ke. atas awan dan dibukakan pintu-pintu langit, dan Tuhan berfirman, Demi kemuliaan-Ku dan kebesaran-Ku, Aku akan benar-benar menolongmu meskipun setelah beberapa saat." Dikeluarkan oleh Bukhari, Jami' al-Ushul, 10/431 nomor 7958.
فَلَا يَتَجَرَّأَنَّ ظَالِمٌ إِنْ أَمْهَلَهُ اللَّهُ؛ لِأَنَّ اللَّهَ نَاصِرُ كُلِّ مَظْلُومٍ - وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ - قَالَ تَعَالَى
Karena itulah jangan sekali-kali orang yang zalim berani, meskipun Allah swt. memberinya penangguhan. Sebab, Allah swt. akan menolong orang yang terzalimi, meskipun setelah beberapa saat. Allah swt. berfirman,
﴿وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ﴾ [إبراهيم: ٤٢]
"Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah swt. lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya, Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak." (Ibrahim [14]: 42)
إِنَّ اللَّهَ لِيُمْلِي لِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ
"Sesungguhnya, Allah swt. memberi tangguh kepada orang-orang yang zalim sampai Dia mengazabnya dan tidak akan melepaskannya."
ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: ﴿وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ﴾ [هود: ۱۰۲]۱
Kemudian Rasulullah ﷺ membaca firman Allah swt., "Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya, azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras." (Huud [11]: 102)
وَقَدْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يُعَلِّمُ أَصْحَابَهُ أَنْ يَدْعُوا رَبَّهُمْ بِدَفْعِ الظُّلْمِ عَنْهُمْ
Rasulullah ﷺ telah mengajarkan para sahabat beliau untuk berdoa kepada Tuhan mereka untuk mencegah kezaliman yang berasal dari diri mereka sendiri
وَوِقَايَتِهِمْ مِنْ شُرُورِ كُلِّ ظَالِمٍ؛ لِيُنَمِّيَ فِي نُفُوسِهِمْ بُغْضَ الظُّلْمِ وَالظَّالِمِينَ، وَلِيَزْرَعَ فِي قُلُوبِهِمْ مَشَاعِرَ الْعِزَّةِ وَالْكَرَامَةِ
dan melindungi mereka dari kejahatan semua orang yang zalim agar di dalam jiwa mereka tumbuh rasa benci terhadap kezaliman dan orang-orang yang zalim dan serta agar mekar dalam hati mereka rasa kemuliaan dan kebaikan.
وَقَلَّمَا كَانَ يَقُومُ مِنْ مَجْلِسٍ حَتَّى يَدْعُوَ لِأَصْحَابِهِ بِمِثْلِ قَوْلِهِ
Yakni, ketika beliau berdiri dari suatu majelis sampai mendoakan para sahabatnya dengan sabda beliau,
وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا. وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا
"Dan jadikanlah penuntutan balas kami atas orang yang menzalimi kami, dan tolonglah kami atas orang yang memusuhi kami, dan janganlah orang yang tidak menyayangi kami menguasai kami." Dikeluarkan oleh Imam Turmudzi dan dihasankan dan disepakati oleh Ibnu Hajar dan al-Arnauth, Jami' al-Ushul, 4/145.
وَفِي حَدِيثٍ آخَرَ دُعَاؤُهُ: (رَبِّ أَعِنِّي وَلَا تُعِنْ عَلَيَّ، وَانْصُرْنِي وَلَا تَنْصُرْ عَلَيَّ، وَاهْدِنِي وَيَسِّرِ الْهُدَى إِلَيَّ، وَانْصُرْنِي عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيَّ...) (۳)
Dan dalam hadits yang lain disebutkan doa beliau, "Ya Tuhanku bantulah aku dan janganlah Engkau bantu musuh terhadapku.. Tolonglah aku dan janganlah Engkau tolong musuh terhadapku. Berikanlah aku petunjuk serta mudahkanlah petunjuk kepadaku, dan tolonglah aku atas orang yang membangkang atasku..." Shahih Sunan Turmudzi lil Albani, 3/168 nomor 2783/2739 (hasan).
أَفَلَا يَرْتَجِفُ قَلْبُ الظَّالِمِ مِنْ دَعْوَةِ مَظْلُومِيهِ؟
Apakah hati orang yang zalim tidak gemetar mendengar doa orang-orang yang telah dizaliminya?
أَوَلَا تَنْبَعِثُ فِي نُفُوسِنَا دَوَافِعُ رَفْعِ الظُّلْمِ وَإِنْشَاءِ الْعَدْلِ وَالتَّوَاصِي بِهِ؟
Dan, apakah tidak tumbuh dalam jiwa kita semangat untuk melenyapkan kezaliman dan menyebarluaskan keadilan serta saling menasihati tentangnya?
وَمِمَّا يُفْتَنُ بِهِ الظَّالِمُ الْوَجِيهُ فِي قَوْمِهِ أَنَّهُ لَا يَرَى مَنْ يَزْجُرُهُ
Salah satu fitnah dari orang yang zalim yang memiliki kedudukan adalah dia tidak memandang siapa yang dia caci.
بَلْ قَدْ يَجِدُ مَنْ يُحَسِّنُ لَهُ عُدْوَانَهُ، وَيُبَرِّرُهُ لَهُ بِأَنَّهُ عَيْنُ الْحِكْمَةِ
Bahkan, terkadang dia mendapati orang yang berbuat baik kepadanya adalah musuhnya dan berbuat baik untuknya karena dia adalah mata air kebijaksanaan
كَمَا هُوَ شَأْنُ بِطَانَةِ السُّوءِ فِي كُلِّ زَمَانٍ - فَلْيُرَاجِعْ كُلُّ ظَالِمٍ نَفْسَهُ إِذَا كَانَ حَرِيصًا عَلَى نَجَاتِهِ
sebagaimana halnya orang-orang kepercayaan atau para pembantu keburukan pada setiap masa-hendaklah semua orang zalim menginstrospeksi diri jika dia berambisi untuk sukses.
فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: (يَكُونُ أُمَرَاءُ فَلَا يُرَدُّ عَلَيْهِمْ قَوْلُهُمْ، يَتَهَافَتُونَ فِي النَّارِ يَتْبَعُ بَعْضُهُمْ بَعْضًا) (٤)
Sebab, Rasulullah ﷺ telah bersabda, "Terdapat para pemimpin yang tidak pernah disanggah perkataannya, Mereka akan berdesak-desakan di neraka dan akan susul menyusul." Shahih Sunan Turmudzi lil Albani, 3/178 nomor 2816/3803 (hasan).
وَأَوْلَى بِالْبِطَانَةِ أَنْ تَحُضَّ عَلَى الْخَيْرِ، وَتَقِفَ مَعَ صَاحِبِ الْحَقِّ
Yang seharusnya dilakukan oleh para pembantu atau orang kepercayaan adalah mendorongnya untuk melakukan kebaikan dan membela yang benar,
كَمَا كَانَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ حِينَ انْتَهَرَ الصَّحَابَةُ أَعْرَابِيًّا اشْتَدَّ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ فِي طَلَبِ دَيْنِهِ
sebagaimana telah terjadi atas Rasulullah ﷺ ketika para sahabat memarahi seorang Badui yang bersikap keterlaluan dalam menagih utang pada Rasulullah ﷺ
فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: (هَلَّا مَعَ صَاحِبِ الْحَقِّ كُنْتُمْ) (۱)
Ketika itu, Rasulullah ﷺ bersabda kepada mereka, "Mengapa kalian tidak membela yang benar?. Silsilah al-Ahadits as-Shahihah, 4/398 nomor 179 (hasan).
وَمَصْدَاقِيَّةُ الدَّاعِينَ إِلَى الْإِسْلَامِ أَمَامَ أَتْبَاعِهِمْ، لَا تَكُونُ إِلَّا بِإِشَاعَةِ رُوحِ الْعَدْلِ، وَمُنَاصَرَةِ الْمَظْلُومِينَ، وَقَدْ قَالَ أَحَدُ الدُّعَاةِ مُعَبِّرًا عَنْ هَذَا الْمَعْنَى
Kredibilitas para dai Islam di depan para pengikutnya tidak akan ada tanpa penyebarluasan semangat keadilan dan pertolongan atas orang-orang yang terzalimi.
Seorang dai telah berkata sebagai ungkapari atas arti ini,
لَمْ نَسْمَعْ مِنَ الدُّعَاةِ وَلَا مِنَ الْمُتَمَسْلِمِينَ.. صَيْحَاتٍ مُدَوِّيَةً تَشُقُّ آذَانَ الظَّلَمَةِ، وَتُنَادِي بِإِنْصَافِ الْعَامِلِ الْمَفْصُولِ بِغَيْرِ حَقٍّ، مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ أَخْشَى عَلَى الْإِسْلَامِ مِنَ الْمُنْتَسِبِينَ إِلَيْهِ نِفَاقًا، وَالْمَحْسُوبِينَ عَلَيْهِ صُورَةً، أَكْثَرَ مِمَّا أَخْشَى عَلَيْهِ مِنْ أَعْدَائِهِ الْمُجَاهِرِينَ بِرَفْضِهِ وَالْمُعْلِنِينَ الْحَرْبَ عَلَى أَهْلِهِ
"Kami tidak akan mendengar dari para dai' teriakan-teriakan yang bergema membelah kumandang suara kezaliman dan menyerukan keadilan bagi orang yang terzalimi."
Karena itulah saya lebih mengkhawatirkan Islam dimasuki orang-orang munafik sebagai kedok daripada mengkhawatirkan para musuh Islam yang terang-terangan menolaknya dan orang-orang yang mengumumkan perang saudara. Shahih Sunan Ibnu Majah, 2/55/nomor 1969/2426 (shahih).
وَلِذَلِكَ تَبَرَّأَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ مِنَ الشَّيَاطِينِ الْخُرْسِ؛ الَّذِينَ يُعِينُونَ عَلَى الظُّلْمِ بِسُكُوتِهِمْ عَنْهُ
Karena itulah Rasulullah saw. lepas diri dari setan-setan yang bisu yang melakukan kezaliman dengan cara mendiamkannya.
إِنَّهُ سَيَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ، فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ، وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ، فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ، وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ الْحَوْضَ
"Akan ada sepeninggalku para pemimpin. Barangsiapa memasuki istana mereka dan membenarkan kebohongan mereka serta membantu kezaliman mereka, maka dia tidak termasuk dari golonganku dan aku pun tidak termasuk golongannya dan dia tidak akan mendatangi telaga (al-Haudh)..." As-Suluk al-Ijtima'i fi al-Islam, hlm. 108.
وَتَمَامُ الْعَدْلِ حِينَ يَكُونُ مَعَ الصَّدِيقِ وَالْعَدُوِّ، كَمَا عَلَّمَنَا الْقُرْآنُ
Menyempurnakan keadilan ketika bersama orang yang benar dan musuh seperti yang telah Al-Quran ajarkan kepada kita,
﴿وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى...﴾ [المائدة: ۸]
"...Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa..." (al-Maidah [5]: 8)
وَقَدْ فَقِهَ يَهُودُ أَنَّ هَذَا الْعَدْلَ بِهِ تَقُومُ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ
Salah satu satu suku Yahudi telah memahami bahwa dengan keadilan inilah langit dan bumi berdiri,
حِينَ جَاءَهُمْ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَوَاحَةَ مَبْعُوثًا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ؛ لِتَقْدِيرِ مَحْصُولِهِمْ مِنَ الثِّمَارِ وَالزُّرُوعِ، وَتَقَاسُمِهَا حَسَبَ مَا تَمَّ الِاتِّفَاقُ عَلَيْهِ بَعْدَ فَتْحِ خَيْبَرَ
yaitu ketika mereka didatangi oleh Abdullah bin Rawahah sebagai utusan dari Rasulullah saw. untuk menarik pajak hasil perkebunan dan pertanian mereka sebagai realisasi kesepakatan dengan mereka setelah penaklukan Khaibar.
فَحَاوَلُوا رَشْوَةَ ابْنِ رَوَاحَةَ لِيَرْفُقَ بِهِمْ
Pada saat itu, mereka mencoba menyogok Abdullah bin Rawahah agar bersikap lemah lembut terhadap mereka.
فَقَالَ لَهُمْ: (وَاللَّهِ لَقَدْ جِئْتُكُمْ مِنْ عِنْدِ أَحَبِّ الْخَلْقِ إِلَيَّ، وَلَأَنْتُمْ أَبْغَضُ إِلَيَّ مِنْ أَعْدَادِكُمْ مِنَ الْقِرَدَةِ وَالْخَنَازِيرِ، وَمَا يَحْمِلُنِي حُبِّي إِيَّاهُ وَبُغْضِي لَكُمْ عَلَى أَنْ لَا أَعْدِلَ فِيكُمْ. فَقَالُوا: بِهَذَا قَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ) (1)
Maka, dia berkata kepada mereka, "Demi Allah, aku telah diutus kepada kalian oleh makhluk yang paling aku cintai, dan kalian benar-benar orang-orang yang paling aku benci karena bilangan kalian dari monyet-monyet dan babi-babi. Namun kecintaanku kepada beliau dan kebencianku kepada kalian tidak akan menghalangiku untuk bertindak adil atas kalian." Maka mereka pün berkata, "Dengan inilah langit dan bumi berdiri." At-Tarbiyah al-Islamiyyah Turmudzi dan an-Nasa', dan dihasankan oleh al-Arnauth, Jami' al-Ushul, 4/75 nomor 2061.
خُلَاصَةُ هَذَا الْفَصْلِ وَعَنَاصِرُهُ
KESIMPULAN
اخْتِيَارُ الْهِجْرَةِ إِلَى الْحَبَشَةِ لِأَنَّهُ لَا يُظْلَمُ فِيهَا أَحَدٌ
Terpilihnya negeri Habasyah sebagai tempat untuk berhijrah karena rajanya tidak menzalimi siapa pun.
الْإِمَامُ الْعَادِلُ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُ وَيُظِلُّهُ اللَّهُ فِي ظِلِّ عَرْشِهِ
Pemimpin yang adil doanya tidak tertolak dan Allah swt. akan menaunginya dalam naungan 'Arsy-Nya.
مِنْ أَعْلَى مَرَاتِبِ الْعَدْلِ أَنْ يَكُونَ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَى
Salah satu martabat keadilan tertinggi adalah berbuat adil di waktu marah dan senang.
يَنْصُرُ اللَّهُ الدَّوْلَةَ الْكَافِرَةَ الْعَادِلَةَ عَلَى ظَلَمَةِ الْمُسْلِمِينَ
Allah swt. akan memenangkan negeri kafir yang adil atas negeri mukmin yang zalim.
الظُّلْمُ مُسْتَقْبَحٌ حَتَّى مَعَ الْبَهَائِمِ
Kezaliman dipandang buruk meskipun terhadap hewan-hewan.
التَّحَلُّلُ مِنَ الْمَظْلُومِ فِي الدُّنْيَا قَبْلَ يَوْمِ الْحِسَابِ
Meminta kehalalan dari orang yang dizalimi dilakukan di dunia sebelum hari perhitungan.
اللَّهُ يَسْتَدْرِجُ الظَّالِمِينَ فَإِذَا أَخَذَهُمْ لَمْ يُفْلِتْهُمْ
Allah swt. memberikan penangguhan orang-orang yang zalim dari jika Dia mengazab mereka Dia tidak akan melepaskan mereka.
كَثِيرٌ مِنَ الْأَدْعِيَةِ تَحْمِلُ النَّفْرَةَ مِنَ الظُّلْمِ
Banyak dari para dai yang membawa kezaliman.
إِذَا لَمْ يَجِدِ الظَّالِمُ مَنْ يَأْخُذُ عَلَى يَدَيْهِ تَمَادَى
Jika orang yang zalim tidak menemukan siapa yang mencelanya, maka dia akan terus melakukannya.
مِنَ الْعَدْلِ الْوُقُوفُ مَعَ صَاحِبِ الْحَقِّ وَإِنْ كَانَ وَضِيعًا
Termasuk keadilan, yaitu membela kebenaran meskipun menjadi terhina.
تَمَامُ الْعَدْلِ أَنْ يَكُونَ مَعَ الصَّدِيقِ وَالْعَدُوِّ
Sempurnanya keadilan adalah ketika diterapkan kepada orang kawan maupun lawan.
➖➖➖➖
📙📙📙 Sumber :
هذه اخلاقنا حين نكون مؤمنين
The Most Perfect Habit
Mahmud Muhammad Al Hazandar
∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞
Catatan Silahkan bila ada masukan atau kesalahan - tinggalkan di kolom komentar dalam rangka penyempurnaan.
Dipersilahkan - share
Tidak ada komentar:
Posting Komentar