AKHLAK KITA DALAM KEPEMIMPINAN
حسن الأسوة
Pertama: Keteladanan yang Baik
... وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
"Dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa."
يَتَطَلَّعُ النَّاسُ إِلَى مِثْلٍ أَعْلَى يَقْتَدُونَ بِهِ، وَيَقْتَفُونَ أَثَرَهُ، وَيَحْذُونَ حَذْوَهُ
Manusia senantiasa meneladani idolanya, mengikuti jejaknya serta menirunya.
وَتَرْبِيَةُ الْإِسْلَامِ تُنْشِئُ فِي نُفُوسِ أَتْبَاعِهِ السَّعْيَ إِلَى مَعَالِي الْأُمُورِ
Pendidikan Islam membentuk upaya terhadap hal-hal yang mulia dalam jiwa-jiwa para pengikutnya
وَالتَّرَفُّعَ عَنْ سَفْسَافِهَا، وَالصُّعُودَ نَحْوَ ذُرْوَةِ سَنَامِ الْإِسْلَامِ
serta menghilangkan hal-hal yang hina dan juga mengangkatnya ke puncak Islam yang teratas.
وَلِذَلِكَ كَانَ مِنْ دُعَاءِ عِبَادِ الرَّحْمَنِ : ... وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا [الْفُرْقَانِ : ٧٤]
Hal ini merupakan salah satu doa para Ibadurrahman.
"...Dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (al-Furqaan [25]: 74)
وَفِي تَفْسِيرِ هَذِهِ الْآيَةِ يُوَضِّحُ (مُجَاهِدٌ) الْمَقْصُودَ بِالْإِمَامَةِ هُنَا فَيَقُولُ
Dalam menafsirkan ayat ini Mujahid menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan (imamah) di sini adalah
(أَئِمَّةً فِي التَّقْوَى؛ حَتَّى نَأْتَمَّ بِمَنْ كَانَ قَبْلَنَا، وَيَأْتَمَّ بِنَا مَنْ بَعْدَنَا)
"Para pemimpin dalam ketakwaan, sampai kita dapat meneladani orang sebelum kita dan orang-orang setelah kita dapat meneladani kita." Shahih Muslim, kitab Iman, bab "Jami'u Aushaf al-Islam."
وَمَعْنَى ذَلِكَ أَنَّ صَاحِبَ الْأُسْوَةِ الْحَسَنَةِ مُتَتَبِّعُ الْخُطَى الَّذِينَ سَبَقُوهُ فِي الْخَيْرِ
Artinya, orang yang memiliki keteladanan yang baik mengikuti jejak para pendahulunya dalam kebaikan
وَقُدْوَةٌ لِمَنْ يَلُونَهُ، فَهُوَ يَرْأَسُ النَّاسَ فِي فِعْلِ الْخَيْرِ وَيَقْتَدِي النَّاسُ بِهِ
dan menjadi teladan bagi orang-orang sesudahnya. Dia memimpin manusia dalam berbuat baik dan manusia pun mengikutinya,
كَمَا يَتَحَرَّى أَنْ يَقْتَدِيَ بِالصَّالِحِينَ مِنْ سَلَفِ الْأُمَّةِ
sebagaimana dia telah mengikuti orang-orang saleh di antara para pendahulu umat ini.
وَهَذَا مَا يَكُونُ سَبَبَ الثِّقَةِ بِهِ، وَاتِّبَاعِهِ، وَالتَّأَسِّي بِهِ
Inilah yang menjadi sebab mengapa orang-orang mem-percayainya dan mengikutinya serta bersabar bersamanya.
وَقَدْ أَكَّدَتْ هَذَا الْمَعْنَى تَفَاسِيرُ عَدِيدَةٌ
Banyak tafsir yang telah menegaskan hal itu.
وَنَقَلَ ابْنُ حَجَرٍ عِدَّةَ أَقْوَالٍ تُؤَيِّدُ هَذَا الْمَعْنَى
Ibnu Hajar menukil banyak perkataan yang menguatkan artinya.
وَقَدْ كَانَ هَذَا حَالُ سَيِّدِ الْمُجَاهِدِينَ؛ إِذْ جَعَلَهُ اللَّهُ أُسْوَةً لِمَنْ بَعْدَهُ
Demikianlah keadaan sang pemimpin para mujahid, ketika Allah swt. menjadikan beliau sebagai teladan bagi orang-orang setelah beliau,
كَمَا أَمَرَهُ اللَّهُ أَنْ يَقْتَدِيَ بِمَنْ سَبَقَهُ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ
sebagaimana Allah swt. telah memerintahkan untuk mengikuti para nabi sebelum beliau.
أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ [الْأَنْعَامِ : ٩٠ ]
Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka." (al-An'am [6]: 90)
وَإِنْ لَمْ يَكُنِ الدُّعَاةُ وَالْهُدَاةُ عَلَى هَذَا الْمُسْتَوَى مِنَ الْأُسْوَةِ، حُرِمُوا الِاسْتِخْلَافَ فِي الْأَرْضِ
Jika para dai belum sampai pada tingkat keteladanan ini mereka masih diharamkan untuk menjadi khilafah di atas bumi.
وَهَذَا خَلِيلُ اللَّهِ إِبْرَاهِيمُ - عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ لَمَّا جَعَلَهُ اللَّهُ إِمَامًا لِلنَّاسِ يُقْتَدَى بِهِ قَالَ
Inilah kekasih Allah swt., Nabi Ibrahim a.s. ketika Allah swt. men-jadikannya sebagai pemimpin manusia untuk diteladani dalam firman-Nya,
وَمِنْ ذُرِّيَّتِي
"Dan saya mohon juga dari keturunanku."
أَخْبَرَهُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَّ فِيهِمْ عَاصِيًا وَظَالِمًا لَا يَسْتَحِقُّ الْإِمَامَةَ فَقَالَ
Allah swt. telah memberitahukannya bahwa terdapat orang-orang yang bermaksiat dan zalim yang tidak berhak mendapatkan kepemimpinan dalam firman-Nya,
لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ ١٢ [الْبَقَرَةِ : ١٢٤] (١)
"...Allah berfirman, 'Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim." (al-Baqarah [2]: 124) Shahih al-Bukhari, Kitab al-l'tisham, dari bab 2, Fat-hu al-Baari, 13/248.
فَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ يُعِينَنا اللَّهُ فِي إِقَامَةِ الْإِمَامَةِ الْكُبْرَى
Jika kita ingin agar Allah swt. menganugerahkan kita kepemimpinan yang besar
فَلْنَسْتَعِنْ بِاللَّهِ عَلَى أَنْفُسِنَا؛ لِتَسْتَأْهِلَ إِمَامَةَ الْقُدْوَةِ وَالتَّأَسِّي
maka kita harus memohon pertolongan Allah swt. agar kita patut memimpin dalam hal keteladanan dan kesabaran.
وَرَأْسُ الْأَمْرِ فِي إِمَامَةِ الْأُسْوَةِ : أَنْ نَدْعُوَ النَّاسَ بِأَفْعَالِنَا قَبْلَ أَقْوَالِنَا
Hal yang paling utama dalam memimpin keteladanan adalah kita harus menyeru manusia dengan perbuatan-perbuatan kita sebelum menyeru mereka dengan perkataan-perkataan kita.
يَقُولُ عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ : (مَا بَلَغَ الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ إِلَى مَا بَلَغَ؛ إِلَّا لِكَوْنِهِ إِذَا أَمَرَ النَّاسَ بِشَيْءٍ يَكُونُ أَسْبَقَهُمْ إِلَيْهِ، وَإِذَا نَهَاهُمْ عَنْ شَيْءٍ يَكُونُ أَبْعَدَهُمْ عَنْهُ)
Abdul Wahid bin az-Ziyad berkata, "Al-Hasan al-Bashri tidak pernah menyampaikan suatu perintah kepada orang-orang sebelum dia menjadi yang paling dahulu melaksanakannya, dan jika melarang orang-orang melakukan sesuatu dia senantiasa menjadi yang paling jauh dari larangan itu terlebih dahulu."
Dari tafsir al-Qurthubi 2/108 dalam menafsirkan firman Allah swt., "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia." al-Baqarah (2):124
وَلَمَّا نَبَذَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ خَاتَمَهُ الذَّهَبِيَّ، نَبَذَ النَّاسُ خَوَاتِمَهُمْ) فَدَلَّ ذَلِكَ عَلَى أَنَّ الْفِعْلَ أَبْلَغُ مِنَ الْقَوْلِ) (۳)
Ketika Rasulullah ﷺ melepaskan cincin emasnya, orang-orang pun melepaskan cincin-cincin mereka. (Hal ini menunjukkan bahwa perbuatan lebih mengena daripada perkataan). Kutipan dari Mamarat al-Haq, 2/91 dan Manthaliq, hlm. 255.
إِنَّ صَاحِبَ الْأُسْوَةِ الْحَسَنَةِ يَتْرُكُ كَثِيرًا مِنَ الْمُبَاحِ، احْتِيَاطًا لِأَمْرِ دِينِهِ، وَبُعْدًا عَنِ الشُّبُهَاتِ (٤)
Orang yang memiliki keteladanan yang baik meninggalkan banyak hal yang mubah sebagai tindak kehati-hatian dalam urusan agamanya dan penjauhan dari syubhat. Fat-hu al-Baari, 13/275 dari penjelasan hadits 7298 dari kitab al-I'tisham, bab 4.
وَيَبْتَعِدُ عَنْ مَوَاطِنِ سُوءِ الظَّنِّ؛ لِأَنَّهَا تُنَفِّرُ النَّاسَ مِنَ الِاقْتِدَاءِ بِهِ
serta menjauhkan diri dari prasangka buruk, karena hal itu dapat membuat orang-orang berhenti mengikutinya.
وَهَذَا مُتَأَكَّدٌ فِي حَقِّ الْعُلَمَاءِ، وَمَنْ يُقْتَدَى بِهِ، فَلَا يَجُوزُ لَهُمْ أَنْ يَفْعَلُوا فِعْلًا يُوجِبُ سُوءَ الظَّنِّ بِهِمْ
"Dan ini sungguh ditekankan pada hak para ulama dan orang-orang yang menjadi panutan. Maka tidak boleh bagi mereka melakukan perbuatan yang menimbulkan prasangka buruk terhadap mereka,
وَإِنْ كَانَ لَهُمْ فِيهِ مُخَلِّصٌ . لِأَنَّ ذَلِكَ سَبَبٌ إِلَى إِبْطَالِ الِانْتِفَاعِ بِعِلْمِهِمْ (٥)
meskipun mereka memiliki alasan yang benar (untuk perbuatan tersebut). Karena hal itu akan menyebabkan hilangnya kemanfaatan ilmu mereka."
كَمَا قَالَ ابْنُ حَجَرٍ - وَإِنَّ الرَّجُلَ الْقُدْوَةَ لَأَشَدُّ عَلَى أَعْدَاءِ اللَّهِ مِنْ كُلِّ عُدَّةٍ
Ibnu Hajar mengatakan, "Orang yang menjadi panutan sangat memusuhi musuh-musuh Allah swt.
وَلِذَلِكَ لَمَّا تَمَنَّى النَّاسُ (ذَهَبًا يُنْفِقُونَهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، كَانَتْ قَوْلَةُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
Karena itulah ketika orang-orang berharap 'Emas yang mereka infakkan di jalan Allah swt." 'Umar r.a. berkata,
(وَلَكِنِّي أَتَمَنَّى رَجُلًا مِثْلَ أَبِي عُبَيْدَةَ بْنِ الْجَرَّاحِ، وَمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، وَسَالِمٍ مَوْلَى أَبِي حُذَيْفَةَ، فَأَسْتَعِينُ بِهِمْ عَلَى إِعْلَاءِ كَلِمَةِ اللَّهِ)
'Akan tetapi, aku mengharapkan seorang laki-laki seperti Abu 'Ubaidah bin al-Jarrah dan Mu'adz bin Jabal serta Salim Maula Abu Hudzaifah, lalu aku meminta tolong kepada mereka untuk meninggikan kalimat Allah."
Dalam Madariju as-Salikin, 2/26: "Orang yang bijaksana meninggalkan banyak hal yang mubah sebagai penyelamatan diri."
وَلَنْ يَثِقَ النَّاسُ بِكَ، وَلَنْ يَتَأَثَّرُوا بِحَدِيثِكَ، وَأَنْتَ تَرْتَعُ فِي نَعِيمٍ لَا يَجِدُونَهُ
Orang-orang tidak akan mempercayaimu dan tidak akan mendapat pengaruh dari ucapanmu selama engkau bergelimang kenikmatan yang tidak mereka dapatkan.
وَلِذَلِكَ كَانَ سَيِّدُنَا عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَحْتَاطُ لِنَفْسِهِ وَلِأَعْيُنِ النَّاسِ
Oleh sebab itulah Sayyidina Ali r.a. berhati-hati terhadap dirinya sendiri dan dari pandangan orang lain,
فَيَلْبَسُ الْمُرَقَّعَ مِنَ الثِّيَابِ، فَلَمَّا اعْتَرَضَ بَعْضُهُمْ عَلَى لِبَاسِ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَجَابَهُمْ
sehingga dia memakai pakaian yang penuh dengan tambalan, Ketika sebagian di antara mereka merasa keberatan dengan pakaiannya, Ali r.a. pun menjawab,
مَا لَكُمْ وَاللِّبَاسُ. هُوَ أَبْعَدُ مِنَ الْكِبْرِ، وَأَجْدَرُ أَنْ يَقْتَدِيَ بِي الْمُسْلِمُ
"Mengapa kalian merasa keberatan dengan pakaian ini? Sesungguhnya, pakaian ini lebih jauh dari kesombongan dan lebih layak ditiru oleh setiap muslim." Kutipan dari Mamarat al-Haq, 94/87).
وَفِي رِوَايَةٍ قَالَ: (يَخْشَعُ بِهِ الْقَلْبُ وَيَقْتَدِي بِهِ الْمُؤْمِنُ)
Dalam suatu riwayat Ali menjawab, "Dengan pakaian ini hati menjadi khusyu' dan orang-orang yang beriman mengikutinya." Musnad Ahmad, 1/91.
وَإِنَّ الَّذِي يَنْحَدِرُ لِلتَّسَابُقِ فِي الْمَلَذَّاتِ لَنْ يَرْقَى فِي سُلَّمِ الطَّاعَاتِ؛
Dan sesungguhnya orang yang terjerumus untuk berlomba-lomba dalam kelezatan-kelezatan, tidak akan naik pada tangga ketaatan.
لِأَنَّ الْقُدْوَةَ تُسَابِقُ فِي الْخَيْرَاتِ، وَمُجَاهَدَةٌ لِلنَّفْسِ إِلَى أَنْ تَحْيَا بِنَا دَعْوَتُنَا
Karena teladan itu berlomba-lomba dalam kebaikan, dan merupakan perjuangan bagi diri sendiri sampai dakwah kita hidup melalui kita.
إِذْ لَا حَيَاةَ لِفِكْرَةٍ لَمْ تَتَقَمَّصْ رُوحَ إِنْسَانٍ
karena "Tidak ada kehidupan bagi suatu pemikiran yang belum menjelma dalam semangat manusia
وَلَمْ تُصْبِحْ كَائِنًا حَيًّا، دَبَّ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ فِي صُورَةِ بَشَرٍ ..) (٤)
dan belum menjadi wujud hidup yang melangkah di muka bumi dalam bentuk manusia..." Hayah ash-Shahabah, 2/709.
فَلَا يَنْسَيَنَّ الدَّاعِيَةُ: أَنَّ النَّاسَ يَنْظُرُونَ إِلَيْهِ عَلَى أَنَّهُ مَثَلُهُمُ الْأَعْلَى، الَّذِي يَرَوْنَ فِي سُلُوكِهِ مِصْدَاقَ مَا يَدْعُو إِلَيْهِ
Mereka tidak melupakan seruan: "Manusia yang melihatnya sebagai idola mereka, yang mereka lihat dalam sikapnya sesuai dengan seruannya.
فَإِنْ زَلَّ زَلُّوا مَعَهُ، وَإِنْ عَادَ إِلَى الصَّوَابِ بَعْدَ ذَلِكَ قَدْ لَا يَعُودُونَ
Jika dia menyimpang, maka mereka ikut-ikutan menyimpang, dan jika dia kembali kepada kebenaran terkadang mereka tidak ikut kembali."
إِنَّ مِنْ أَبْرَزِ صِفَاتِ السَّاعِي لِأَنْ يَكُونَ لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Salah satu sifat yang paling menonjol dari orang yang berusaha menjadi imam bagi orang-orang yang bertakwa
الْحَذَرَ مِنْ سُوءِ التَّصَرُّفِ الَّذِي قَدْ يَفْتِنُ بِهِمُ الْعَامَّةَ
Adalah hati-hati terhadap perilaku buruk yang dapat menguji (menyesatkan) masyarakat umum,
وَقَدْ يُلْبِسُ عَلَى مَنْ يُحْسِنُونَ الظَّنَّ بِهِمْ
dan dapat membingungkan orang-orang yang berprasangka baik terhadap mereka,
وَلَوْ كَانَ الْفِعْلُ فِي حُدُودِ مَا تَحْتَمِلُهُ الِاجْتِهَادَاتُ الْفَرْعِيَّةُ وَالرُّخَصُ
meskipun perbuatan itu masih dalam batas-batas yang dapat ditoleransi oleh ijtihad-ijtihad parsial dan keringanan-keringanan (rukhsah).
وَلِذَلِكَ لَمَّا رَأَى ابْنُ عَبَّاسٍ أَخَاهُ عُبَيْدَ اللَّهِ صَائِمًا يَوْمَ عَرَفَةَ حَذَّرَهُ بِقَوْلِهِ: (إِنَّكُمْ أَئِمَّةٌ يُقْتَدَى بِكُمْ) (1)
Karena itulah, saat Ibnu Abbas melihat saudaranya, 'Ubaidillah, sedang berpuasa pada hari 'Arafah dia mengingatkannya dengan ucapan, "Sesungguhnya, kamu adalah pemimpin yang layak dijadikan panutan. " Afrah ar-Ruh, karya Sayyid Quthb 25-26.
وَلَمَّا نَهَى عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ عَنْ لُبْسِ الْخُفَّيْنِ فِي الْحَجِّ أَخْذًا بِالرُّخْصَةِ فِي ذَلِكَ الْخَشْيَةَ عُمَرَ أَنْ يَتَوَسَّعَ النَّاسُ فِي ذَلِكَ
Dan ketika Umar radhiyallahu anhu melarang Abdurrahman bin Auf mengenakan khuff (sepatu ringan/kaus kaki kulit) saat haji, meskipun ada keringanan (rukhsah) dalam hal itu, karena Umar takut orang-orang akan menirunya),
قَالَ لَهُ: (عَزَمْتُ عَلَيْكَ إِلَّا نَزَعْتَهُمَا، فَإِنِّي أَخَافُ أَنْ يَنْظُرَ النَّاسُ إِلَيْكَ، فَيَقْتَدُونَ بِكَ.) (2)
dia berkata, "Aku bertekad atas kamu kecuali jika kamu melepaskannya. Aku takut orang-orang melihatmu lalu menirumu." Musnad Ahmad, 1/346
وَمِثْلُ هَذَا الْمَوْقِفِ تَكَرَّرَ فِي اسْتِنْكَارِ عُمَرَ عَلَى طَلْحَةَ حِينَ رَآهُ يَلْبَسُ ثَوْبًا مَصْبُوغًا وَهُوَ مُحْرِمٌ
Seperti itulah tindakan yang senantiasa dilakukan oleh Umar r.a. ketika mengingkari perbuatan Thalhah sewaktu melihatnya memakai pakaian yang dicelupkan ke dalam pewarna pada waktu ihrom.
فَقَالَ لَهُ: (إِنَّكُمْ - أَيُّهَا الرَّهْطُ - أَئِمَّةٌ يَقْتَدِي بِكُمُ النَّاسُ)
Dia berkata, "Sesungguhnya, kamu, wahai ar-Rahth, adalah pemimpin yang menjadi panutan manusia." Musnad Ahmad, 1/192
إِنَّ أَبَا سُفْيَانَ وَهُوَ عَلَى كُفْرِهِ حِينَ سَأَلَهُ هِرَقْلُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ خَشِيَ أَنْ يَكْذِبَ وَهُوَ كَبِيرُ قَوْمِهِ فَيَتَنَاقَلَهَا النَّاسُ
Sesungguhnya, sewaktu masih kafir Abu Sufyan ditanya oleh Heraklius tentang Rasulullah ﷺ la takut untuk berbohong karena dia adalah pembesar kaumnya dan takut bila orang-orang menyiarkannya.
فَقَالَ: (فَوَاللَّهِ لَوْلَا الْحَيَاءُ مِنْ أَنْ يَأْثَرُوا عَلَيَّ كَذِبًا لَكَذَبْتُ عَنْهُ) (4)
Dia berkata, "Demi Allah, andai saja bukan karena malu bila orang-orang meniru kebohonganku pasti aku sudah berbohong tentang beliau." Muwatha', Imam Malik 1/326, hadits 10 dari kitab al-Hajj/bab 4.
أَفَلَيْسَ عِبَادُ الرَّحْمَنِ أَجْدَرُ بِتِلْكَ الرُّجُولَةِ وَذَلِكَ الْحَيَاءِ
Bukankah 'ibadurrahman lebih layak memiliki sikap jantan dan rasa malu itu.
صَاحِبُ الْإِمَامَةِ وَحُسْنِ الْأُسْوَةِ: لَا يَسْتَأْثِرُ بِدُنْيَا عَلَى إِخْوَانِهِ
Pemilik kepemimpinan dan keteladanan yang baik tidak akan mementingkan dirinya daripada para saudaranya dalam urusan dunia.
فَإِنَّ لِلْإِمْرَةِ ضَرِيبَتَهَا، وَلِلْوَجَاهَةِ ثَمَنُهَا، وَلَا تُنَالُ الرِّفْعَةُ فِي الدِّينِ إِلَّا بِالْمُجَاهَدَةِ
Kepemimpinan memiliki karakteristik tersendiri. Kedudukan pun memiliki harga tersendiri. Keluhuran agama hanya akan dapat diraih dengan perjuangan.
وَلِذَلِكَ حِينَ جَاءَتْ فَاطِمَةُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ تَشْكُو مِنْ تَشَقُّقِ يَدَيْهَا مِنَ الطَّحْنِ بِالرَّحَى، وَتَطْلُبُ خَادِمًا فَلَمْ تُعْطَ (5)
Itulah sebabnya mengapa Rasulullah saw. tidak memenuhi permintaan Fatimah ketika ia datang mengadukan perihal kelelahannya mengurus rumah tangga dan meminta pembantu kepada beliau. Shahih Bukhari Kitab Bad'ul Wahyu, bab 6 "al-Hadits 7", Fat-hu al-Baari 1/31.
وَكَانَ يَجُوعُ حَتَّى يَضَعَ الْحِجَارَةَ عَلَى بَطْنِهِ؛ لِتُخَفِّفَ مِنْ جُوعِهِ، وَيَنَامُ عَلَى الْحَصِيرِ حَتَّى يُؤَثِّرَ فِي جَنْبِهِ
Rasulullah ﷺ pun pernah kelaparan sampai-sampai beliau menaruh batu di perutnya untuk meringankan rasa laparnya dan tidur di atas tikar sehingga membekas pada pinggang beliau. Shahih Bukhari Kitab Fadha'il ash-Shahabah, bab 9, hadits 3708, al-Fat-h7/71.
وَهَكَذَا كَانَ حَالُ الصَّالِحِينَ الَّذِينَ يَعُدُّونَ الْإِمَارَةَ مَغْرَمًا لَا مَغْنَمًا
Demikianlah keadaan orang-orang yang saleh, yang menganggap kepemimpinan sebagai suatu kerugian bukan keuntungan.
وَكَمَا تَكُونُ الْإِمَامَةُ وَالْأُسْوَةُ فِي الْخَيْرِ، فَهُنَالِكَ (أَئِمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ) أَيْ قُدْوَةٌ لِلضَّلَالِ (2)
Sebagaimana kepemimpinan dan keteladanan dalam kebaikan, ada pula para pemimpin yang mengajak ke neraka, yaitu panutan dalam kesesatan.
وَكِلَا الطَّرِيقَيْنِ مُتَاحٌ، فَهَلْ تَكُونُ أُسْوَةَ هُدًى، أَمْ قُدْوَةَ ضَلَالٍ؟
Kedua jalan itu terbuka, maka apakah kamu menjadi teladan petunjuk ataukah teladan kesesatan?. Shahih Bukhari Kitab al-Mazhalim, bab 25, hadits 2368, al-Fath 5/116.
لَقَدْ كَانَ الْحِرْصُ عَلَى حُسْنِ الْأُسْوَةِ، وَالْحَذَرُ مِنَ الْمَيْلِ عَمَّا كَانَ عَلَيْهِ حَالُ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ
Antusiasme dalam keteladanan yang baik dan kewaspadaan atas kecenderungan menyimpang dari contoh yang diberikan oleh Rasulullah ﷺ,
يَدْفَعُ رَجُلًا مِثْلَ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لِيَقُولَ: (إِنِّي أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيغَ) (3)
mendorong orang semacam Abu Bakar r.a. untuk berkata, "Aku takut jika aku meninggalkan salah satu perintah beliau, aku akan, menyimpang." Sebagaimana tertuang dalam tafsir al-Alusi 2/83 surah al-Qashash: 41.
وَإِنَّ مَنْ سَارَ فِي طَرِيقِ الْمُجَاهَدَةِ لَا يَرْتَضِي لِنَفْسِهِ أَنْ يَكُونَ مِنَ الْخُلُوفِ
Orang yang menempuh jalan perjuangan tidak akan rela menjadi bagian dari orang-orang yang menyimpang,
الَّذِينَ وَصَفَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ بِأَنَّهُمْ: (يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ، وَيَفْعَلُونَ مَا لَا يُؤْمَرُونَ) (4)
yaitu orang -orang yang dikatakan oleh Rasulullah saw., "Mereka mengatakan apa yang tidak mereka perbuat dan melakukan hal yang tidak diperintahkan." Shahih Bukhari Kitab Fardhal-Khams, bab 1, hadits 3093 (Fat-hul Baari 6/197).
وَإِنَّمَا يَحْرِصُ عَلَى أَنْ يَكُونَ مِنْ أَتْبَاعِ النَّبِيِّ الَّذِينَ وُصِفُوا بِأَنَّهُمْ: (يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ) (5)
Akan tetapi, sangat antusias untuk menjadi bagian dari para pengikut Rasulullah ﷺ yang memiliki sifat: "Mereka menjalankan sunnah beliau dan menaati perintah beliau." Dikeluarkan oleh Imam Muslim (Jami' al-Ushu/1/326) al-Hadits 108.
وَكَمَا يَقُولُ مَالِكُ بْنُ دِينَارٍ: (إِنَّ الْعَالِمَ إِذَا لَمْ يَعْمَلْ بِعِلْمِهِ، زَلَّتْ مَوْعِظَتُهُ عَنِ الْقُلُوبِ؛ كَمَا يَزِلُّ الْقَطْرُ عَنِ الصَّخْرَةِ الصَّمَّاءِ) (6)
Sebagaimana dikatakan oleh Malik bin Dinar, "Ulama yang belum mengamalkan ilmunya, maka nasihatnya menyimpang dari hati-hati manusia seperti tidak meresapnya tetesan hujan dari batu yang keras. " - Sumber yang sama dengan sebelumnya.
وَلَا يَلِيقُ بِصَاحِبِ خُلُقِ (حُسْنِ الْأُسْوَةِ) أَنْ يَكُونَ إِمَّعَةً يُسِيءُ مَعَ الْمُسِيئِينَ
Satu hal yang juga tidak sesuai dengan akhlak keteladanan yang baik adalah sikap oportunis berlaku buruk bersama orang-orang yang berlaku buruk.
فَقَدْ رُوِيَ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ قَوْلُهُ: (وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ: إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا، وَإِذَا أَسَاءُوا أَنْ تَتَجَنَّبُوا إِسَاءَتَهُمْ) (1)
Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, "Persiapkanlah diri kalian. Sesungguhnya, orang yang paling baiklah yang kalian perlakukan dengan baik, dan jika mereka berlaku buruk jauhilah keburukan mereka." Mamarat al-Haq, (2/300).
وَكَذَلِكَ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ أَلَّا يُفْتَتَنَ بِكُمْ إِمَّعَةٌ مِنَ الرَّعَاعِ، وَأَلَّا يَتَّخِذَكُمْ غَيْرُكُمْ رَأْسًا فِي الضَّلَالِ
Dan, persiapkanlah diri kalian jangan sampai sikap oportunis terhadap rakyat jelata menghancurkan kalian dan jangan sampai orang lain menjadikan kalian pemimpin dalam kesesatan.
يَقُولُ ابْنُ الْعَرَبِيِّ فِي شَرْحِ قَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (وَلَا غَدْرَةَ أَعْظَمَ مِنْ غَدْرَةِ إِمَامِ عَامَّةٍ) (2)
Ibnu Arabi berkata saat menjelaskan hadits, "Tidak ada pengkhianatan yang lebih besar daripada pengkhianatar seorang pemimpin rakyat," Misykah al-Mashabih, 3/1418 al-Albani menshahihkannya secara mauquf dari Ibnu Mas'ud.
(وَإِنَّمَا جَعَلَهَا أَعْظَمَ مِنَ الْإِمَامِ؛ لِأَنَّ مُتَعَلِّقَاتِهَا مِنَ الْمَغْرُورِ بِهِ أَكْثَرُ، فَفَحُشَتْ بِكَثْرَتِهَا)
"karena kepemimpinannya berskala besar, sehingga efeknya terhadap orang-orang yang teperdaya jauh lebih banyak dan keji karena jumlahnya yang amat besar." Dikeluarkan oleh Imam Turmudzi, Jami' al-Ushul, 11/747 nomor 9444. At-Turmudzi menghasankannya, al-Arnauth mendha'ifkannya.
وَالرَّأْسُ فِي الْخَيْرِ لَا بُدَّ أَنْ يُقَدِّمَ رَأْسَهُ ثَمَنًا لِرِيَاسَتِهِ، وَأَنْ يُهَوِّنَ فِي نَظَرِهِ كُلَّ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ ثَبَاتِهِ فِي مَوَاقِفِ الِابْتِلَاءِ، وَقَدْ سُجِنَ الْبُوَيْطِيُّ خَلِيفَةُ الشَّافِعِيِّ فِي فِتْنَةِ خَلْقِ الْقُرْآنِ وَقُيِّدَ بِالسَّلَاسِلِ وَالْأَغْلَالِ، وَلَمْ يَقْبَلْ أَنْ يَنْطِقَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَلَوْ هَمْسًا وَهُوَ يَقُولُ: (إِنَّهُ يَقْتَدِي بِي مِائَةُ أَلْفٍ .. وَلَأَمُوتَنَّ فِي حَدِيدِي هَذَا؛ حَتَّى يَأْتِيَ قَوْمٌ يَعْلَمُونَ أَنَّهُ قَدْ مَاتَ فِي هَذَا الشَّأْنِ قَوْمٌ فِي حَدِيدِهِمْ)
Seorang pemimpin dalam kebaikan harus siap membayar harga kepemimpinannya dan senantiasa memandang remeh segala cobaan yang merintangi jalannya. Al-Buwaithi telah dipenjara -dia adalah wakil Imam Syafi'i karena fitnah kemakhlukkan Al-Quran dan diikat dengan rantai dan borgol, namun dia tidak mau mengatakan hal yang tidak benar walaupun sekadar berbisik. Dia berkata, "Ada seratus ribu orang yang mengikutiku... Biarkan aku mati dalam belenggu besiku ini agar orang-orang mengetahui bahwa aku telah mati dalam kondisi ini sehingga mereka pun bersedia mati dalam belenggu besi mereka. 'Aridhah al-Ahwadzi 9/42.
فَعَسَى إِنْ كُنَّا عَلَى مُسْتَوَى حُسْنِ الْأُسْوَةِ وَالتَّأَسِّي، أَنْ يَجْعَلَنَا اللَّهُ أَئِمَّةً وَيَجْعَلَنَا الْوَارِثِينَ
Semoga jika kita berada pada jalan keteladanan dan kesabaran yang baik, dan agar Allah menjadikan kita pemimpin
وَيُمَكِّنَ لَنَا فِي الْأَرْضِ، وَيَجْعَلَنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
dan pewaris serta mengokohkan kedudukan kita di muka bumi dan juga menjadikan kita imam bagi orang-orang yang bertakwa.
خُلَاصَةُ هَٰذَا الْفَصْلِ وَعَنَاصِرُهُ
KESIMPULAN
عِبَادُ الرَّحْمَٰنِ يَتَطَلَّعُونَ لِأَنْ يَكُونُوا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Para hamba ar-Rahman senantiasa belajar untuk menjadi imam bagi orang-orang yang bertakwa.
صَاحِبُ الْإِمَامَةِ يَقْتَدِي بِمَنْ سَلَفَ وَيَكُونُ قُدْوَةً لِمَنْ خَلَفَ
Pemimpin meneladani para pendahulunya dan menjadi panutan bagi para penerusnya.
الَّذِينَ لَا يَكُونُونَ عَلَىٰ مُسْتَوَى الْأُسْوَةِ لَا يُمْكِنُ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ
Orang-orang yang tidak berada pada level keteladanan tidak akan dikokohkan kedudukannya di muka bumi.
- صُورَةُ صَاحِبِ الْإِمَامَةِ
Gambaran seorang pemimpin:
يَدْعُو بِأَفْعَالِهِ قَبْلَ أَقْوَالِهِ
Menyeru dengan perbuatannya sebelum perkataannya.
يَبْتَعِدُ عَنِ الشُّبُهَاتِ
Menjauhi syubhat.
يَتَمَنَّاهُ الْأَمِيرُ الصَّادِقُ
Pemimpin yang benar senantiasa mengharapkannya.
زَاهِدٌ فِي الدُّنْيَا
Bersikap zuhud dalam kehidupan dunia.
الْحَذَرُ مِنْ سُوءِ التَّصَرُّفِ لِئَلَّا يُفْتَنَ بِهِ النَّاسُ
Mewaspadai perilaku yang buruk agar tidak menimbulkan fitnah bagi masyarakat.
الْتِزَامُ الصِّدْقِ
Berkomitmen terhadap kebenaran.
أَخْذُ النَّفْسِ بِالْعَزِيمَةِ
Memiliki tekad yang kuat.
الْخُلُوفُ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ
Orang-orang yang menyimpang senantiasa mengatakan hal yang tidak diperbuatnya.
صَاحِبُ الْأُسْوَةِ يُوَطِّنُ نَفْسَهُ عَلَى الْإِحْسَانِ وَإِنْ أَسَاءَ النَّاسُ
Orang yang menjadi panutan mempersiapkan dirinya untuk senantiasa berbuat baik walaupun semua orang berbuat buruk.
صَاحِبُ الْأُسْوَةِ مُعَرَّضٌ لِلْبَلَاءِ
Orang yang menjadi panutan senantiasa meremehkan cobaan.
➖➖➖➖
📙📙📙 Sumber :
هذه اخلاقنا حين نكون مؤمنين
The Most Perfect Habit
Mahmud Muhammad Al Hazandar
∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞
Catatan Silahkan bila ada masukan atau kesalahan - tinggalkan di kolom komentar dalam rangka penyempurnaan.
Dipersilahkan - share

Tidak ada komentar:
Posting Komentar