Label xxx

Senin, 25 Agustus 2025

KEADILAN 04 - BAB 02 - Hadzihi Akhlaquna

 

العدل

Kedua: Keadilan


 اعدلوا هو أقرب للتقوى

"Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat pada takwa."

مِنْ أَغْرَاضِ الْجِهَادِ فِي الْإِسْلَامِ: إِخْرَاجُ النَّاسِ مِنْ جَوْرِ الْأَدْيَانِ إِلَى عَدْلِ الْإِسْلَامِ

Salah satu tujuan jihad dalam Islam, adalah mengeluarkan manusia dari kedzaliman agama-agama kepada keadilan Islam.

وَمِنْ دَوَافِعِ الْهِجْرَةِ إِلَى الْحَبَشَةِ: أَنَّ (فِيهَا مَلِكًا لَا يُظْلَمُ عِنْدَهُ أَحَدٌ)، (۱)

Salah satu pendorong dilakukannya hijrah ke negeri Habasyah adalah, "Di sana terdapat seorang raja yang tidak menzalimi, seorang rakyat pun." Thabaqat asy-Syafi'iyyah, 1/275 dari biografi Yusuf bin Yahya al-Buwaithi.

وَمِنْ أَهَمِّ مَزَايَا دَعْوَةِ الْإِسْلَامِ أَنَّهَا نَشَرَتِ الْعَدْلَ وَعَمَّمَتْهُ

Dan, salah satu kelebihan dakwah Islam yang terpenting adalah tersebar luasnya keadilan.

بِالرُّجُوعِ إِلَى كَثِيرٍ مِنْ نُصُوصِ الْقُرْآنِ الَّتِي تَتَحَدَّثُ عَنِ الظُّلْمِ وَالظَّالِمِينَ

Ketika kita merujuk kepada teks-teks ayat suci Al-Quran yang membicarakan tentang kezaliman dan orang-orang yang zalim,

نَجِدُ أَنَّهَا: نَفَتْ عَنْهُمُ الْفَلَاحَ، وَاسْتَبْعَدَتْهُمْ مِنْ أَنْ يَنَالَهُمْ عَهْدُ اللَّهِ، وَبَشَّرَتْهُمْ بِأَنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّهُمْ

kita temukan ayat-ayat itu menjelaskan bahwa kesuksesan akan pergi meninggalkan mereka dan mereka juga terjauhkan dari datangnya janji Allah swt. Ayat-ayat itu juga mengabarkan bahwa Allah swt. tidak mencintai mereka

وَلَا يَزِيدُهُمْ إِلَّا خَسَارًا، وَحَكَمَتْ عَلَيْهِمْ بِالْخَيْبَةِ وَسُوءِ الْعَاقِبَةِ. (٢)

dan hanya akan menambahkan kerugian bagi mereka. Mereka akan senantiasa frustrasi dan mendapat akhir yang buruk. As-Sirah an-Nabawiyyah, karya Ibnu Hisyam 1/321.

وَفِي مُقَابِلِ ذَلِكَ فَإِنَّ اللَّهَ اسْمًا مُشْتَقًّا مِنَ الْعَدْلِ، وَهُوَ الَّذِي لَا يَظْلِمُ النَّاسَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ، وَأَمَرَ رَسُولَهُ بِالْعَدْلِ، وَعَمَّمَ الْأَمْرَ بِالْعَدْلِ عَلَى جَمِيعِ عِبَادِهِ، (۳)

Sebaliknya, Allah swt. memiliki sebuah nama yang lekat dengan keadilan. Dialah yang tidak pernah berbuat zalim kepada manusia walaupun sebesar biji sawi dan telah memerintahkan Rasul-Nya untuk berbuat adil dan secara umum juga memerintahkan keadilan kepada seluruh hamba-hamba-Nya.

@ Sebagai isyarat dari ayat-ayat berikut ini, "sesungguhnya orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan." (al-An'aam [6]: 21), "...Janji-Ku ini tidak mengenai orang yang zalim." (al-Baqarah [2]: (2): 124) "...dan dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim." (Ali 'Imran [3]: 57)

وَجَعَلَ فِي مُقَدِّمَةِ السَّبْعَةِ الَّذِينَ يُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ (إِمَامٌ عَادِلٌ) (٤)

Dia juga telah menjadikan pendahulu dari ketujuh golongan yang mendapatkan naungan pada hari di mana tidak ada naungan selain naungan-Nya, yaitu "Pemimpin yang adil."

Sebagai isyarat dari firman-Nya, "...dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. "(as-Syura [42]: 15), "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan." (an-Nahl [16]: 90)


كَمَا جَعَلَ الْإِمَامَ الْعَادِلَ مِنَ الثَّلَاثَةِ الَّذِينَ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ

Sebagaimana juga Dia telah menjadikan pemimpin yang adil sebagai salah satu dari tiga golongan yang doanya tidak ditolak. Shahih al-Jami', nomor 3603 (shahih) terdapat di Shahihain.


وَلِكَيْ تَقُومَ حَيَاةُ النَّاسِ عَلَى الْعَدْلِ، فَقَدْ ذَكَرَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ الْمُسْلِمَ بِأَنَّهُ: (كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ يَعْدِلُ بَيْنَ النَّاسِ صَدَقَةٌ) (۲)

Agar kehidupan manusia berdiri tegak atas keadilan, Rasulullah ﷺ telah mengingatkan orang Islam, "Selama matahari masih terbit setiap hari berbuat adil merupakan suatu sedekah."  Shahih al-Jami', nomor 3064 (hasan) teksnya, "Tiga golongan yang Allah tidak menolak doanya: orang yang banyak mengingat Allah, orang yang dizalimi, dan pemimpin yang adil."

وَرَبَطَ عَدْلَهُ فِي الدُّنْيَا بِمَصِيرِهِ فِي الْآخِرَةِ، حَيْثُ يُوضَعُ الْمِيزَانُ، وَيُحَاسَبُ النَّاسُ بِالْقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيمِ، فَأَخْبَرَ اللَّهُ بِأَنَّ مِنَ الْمُنْجِيَاتِ: (الْعَدْلُ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَا) (۳)

Dan, mengaitkan keadilannya di dunia dengan perjalanannya di akhirat, yaitu ketika dihadirkan timbangan dan manusia dihisab dengan timbangan yang lurus, Rasulullah ﷺ memberitahukan bahwa yang termasuk orang-orang yang lolos adalah: "Adil di waktu marah dan di waktu senang."  Shahih al-Bukhari, Kitab as-Shulh, bab 11, hadits 2707, al-Fat-h 5/309).

وَهَذِهِ أَعْلَى مَرَاتِبِ الْعَدْلِ، إِذْ قَدْ يَعْدِلُ الْمَرْءُ فِي حَالِ الرِّضَا، وَلَكِنْ يَنْدُرُ أَنْ يَعْدِلَ وَهُوَ غَاضِبٌ أَوْ سَاخِطٌ أَوْ كَارِهٌ

Inilah martabat keadilan yang tertinggi, yaitu seseorang berbuat adil dalam keadaan senang, namun yang langka adalah berbuat adil sewaktu sedang marah atau murka ataupun membenci.

وَقَدْ خَصَّ اللَّهُ أَهْلَ الْعَدْلِ فِي الدُّنْيَا، بِإِعْلَاءِ شَأْنِهِمْ فِي الْآخِرَةِ، وَتَقْرِيبِهِمْ مِنْهُ سُبْحَانَهُ، كَمَا فِي الْحَدِيثِ

Allah swt. telah mengkhususkan orang yang berlaku adil di dunia dengan ketinggian kedudukannya di akhirat dan kedekatannya dengan Allah swt. sebagaimana tersebut dalam hadits,

(إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ: الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِهِمْ وَمَا وَلَّوْا) (٤)

"Sesungguhnya, orang-orang yang adil di sisi Allah swt. berada di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya dari tangan kanan ar-Rahman kedua tangan-Nya adalah kanan-yaitu orang-orang yang berbuat adil terhadap hukum, keluarga dan orang-orang yang dipimpinnya." Silsilah al-Hadits, 4/316 hadits 1802 (hasan).


وَالْأُمَّةُ الْمُسْلِمَةُ لَا يَشْفَعُ لَهَا إِسْلَامُهَا فِي اسْتِحْقَاقِ التَّأْيِيدِ مِنَ اللَّهِ إِذَا كَانَتْ ظَالِمَةً

Keislaman umat Islam tidak akan menolong mereka untuk mewujudkan penguatan dari Allah swt. jika mereka zalim.

فَمِنْ أَسْبَابِ التَّمْكِينِ فِي الْأَرْضِ، وَالتَّأْيِيدِ مِنَ اللَّهِ، أَنْ يُحَالَ دُونَ تَفَشِّي الْمَظَالِمِ، وَأَنْ يَعُمَّ الْعَدْلُ حَيَاةَ الْمُسْلِمِينَ

Karena salah satu penyebab kokohnya kedudukan mereka di muka bumi dan penguatan Allah swt. bagi mereka adalah pencegahan merajalelanya kezaliman dan penyebarluasan keadilan dalam kehidupan umat Islam.

وَلِذَلِكَ يَقُولُ ابْنُ تَيْمِيَةَ: (إِنَّ اللَّهَ يُقِيمُ الدَّوْلَةَ الْعَادِلَةَ وَإِنْ كَانَتْ كَافِرَةً، وَلَا يُقِيمُ الدَّوْلَةَ الظَّالِمَةَ وَإِنْ كَانَتْ مُؤْمِنَةً) (٥)

Karena itulah Ibnu Taimiyah berkata, "Sesungguhnya, Allah swt, menegakkan negara yang adil -meskipun kafir-dan tidak menegakkan negara yang zalim-meskipun beriman. " Shahih Muslim, Kitab al-Imarah, bab 5, hadits 1827 (6/352).


وَكَذَلِكَ فَإِنَّ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ مُسْتَجَابَةٌ وَإِنْ كَانَ فَاجِرًا؛

Demikian pula bahwa doa orang yang terzalimi dikabulkan walaupun dia adalah pendosa,

لِأَنَّ فُجُورَهُ لَا يَقْتَضِي التَّعَدِّيَ عَلَيْهِ بِغَيْرِ حَقٍّ، وَلَا غَمْطَ حَقٍّ مِنْ حُقُوقِهِ، كَمَا فِي قَوْلِهِ ﷺ

karena dosanya tidak menuntutnya untuk mendapatkan pelanggaran hak dan tidak pula merendahkan satu pun haknya, sebagaimana sabda beliau ﷺ

دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ مُسْتَجَابَةٌ، وَإِنْ كَانَ فَاجِرًا فَفُجُورُهُ عَلَى نَفْسِهِ

"Doa orang yang terzalimi mustajab, walaupun dia adalah pendosa karena dosanya itu atas dirinya sendiri." Majmu' Fatawa, Ibnu Taimiyah 28/146. 433 Shahih al-Jami' nomor 3382 (hasan).

إِنَّ عَدْلَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يَسَعُ الْبَهَائِمَ مِثْلَمَا يَسَعُ النَّاسَ

Sesungguhnya, keadilan Allah swt. mencakup hewan-hewan sebagaimana halnya mencakup manusia.

وَمِنَ الْخَيْرِ لِلْعَبْدِ أَلَّا يَظْلِمَ مَخْلُوقًا فِي الدُّنْيَا مِنْ إِنْسَانٍ أَوْ حَيَوَانٍ

Salah satu kebaikan seorang hamba adalah tidak menzalimi suatu makhluk di dunia, baik manusia maupun hewan,

وَأَنْ يُبَادِرَ إِلَى أَدَاءِ الْحُقُوقِ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا مُخْتَارًا، قَبْلَ أَنْ يُقَادَ بِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

serta senantiasa bergegas menunaikan hak-hak di dunia ini secara terpilih sebelum dituntut oleh yang berhak pada hari Kiamat.

وَلِذَلِكَ يَقُولُ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: (لَتُؤَدُّنَّ الْحُقُوقَ إِلَى أَهْلِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ؛ حَتَّى يُقَادَ لِلشَّاةِ الْجَلْحَاءِ مِنَ الشَّاةِ الْقَرْنَاءِ) (۲)

Mengenai hal ini Rasulullah ﷺ bersabda, "Kamu benar-benar menunaikan hak-hak kepada yang berhak pada hari Kiamat sampai-sampai dituntut karena hewan ternak yang tidak bertanduk dari yang bertanduk." Shohih Aljami' nomor 3382 Hasan

وَلِذَلِكَ فَإِنَّ (مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ: مِنْ عِرْضِهِ، أَوْ شَيْءٍ مِنْهُ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ، مِنْ قَبْلِ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ، فَحُمِلَ عَلَيْهِ) (۳)

Karena itulah, "Barangsiapa memiliki dosa menzalimi saudaranya, dari segi kehormatannya, atau sesuatu miliknya, hendaknya meminta kehalalannya pada hari itu juga, sebelum tidak ada lagi dinar dan dirham. Jika dia memiliki amal saleh, maka akan diambil sesuai tindak kezalimannya. Jika dia tidak memiliki kebaikan, maka sebagian keburukan orang yang dizalimi itu akan diambil dan ditimpakan kepadanya." Dikeluarkan oleh Imam Muslim dan at-Turmudzi, Jami' al-Ushul, 10/432 nomor 7960.


كَمَا فِي الْحَدِيثِ الصَّحِيحِ

Sebagaimana diterangkan dalam hadits yang shahih juga,

وَمَهْمَا يَكُنِ الْمَظْلُومُ ضَعِيفًا، فَإِنَّ اللَّهَ نَاصِرُهُ، وَمَنْ لَهُ بِاللَّهِ طَاقَةٌ حَتَّى يَتَجَرَّأَ عَلَى ظُلْمِ الْعِبَادِ؟

Walaupun orang yang terzalimi menjadi lemah, namun Allah swt. akan menolongnya. Siapakah yang memiliki kemampuan lebih dari Allah swt. hingga berani menzalimi para hamba-Nya?

فَقَدْ جَاءَ فِي الْحَدِيثِ: (...وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا اللَّهُ فَوْقَ الْغَمَامِ، وَيَفْتَحُ لَهَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ، وَيَقُولُ الرَّبُّ: وَعِزَّتِي وَجَلَالِي لَأَنْصُرَنَّكَ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ) (٤)

Telah disebutkan dalam hadits, dan doa orang yang terzalimi akan diangkat oleh Allah swt. ke. atas awan dan dibukakan pintu-pintu langit, dan Tuhan berfirman, Demi kemuliaan-Ku dan kebesaran-Ku, Aku akan benar-benar menolongmu meskipun setelah beberapa saat." Dikeluarkan oleh Bukhari, Jami' al-Ushul, 10/431 nomor 7958.

فَلَا يَتَجَرَّأَنَّ ظَالِمٌ إِنْ أَمْهَلَهُ اللَّهُ؛ لِأَنَّ اللَّهَ نَاصِرُ كُلِّ مَظْلُومٍ - وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ - قَالَ تَعَالَى

Karena itulah jangan sekali-kali orang yang zalim berani, meskipun Allah swt. memberinya penangguhan. Sebab, Allah swt. akan menolong orang yang terzalimi, meskipun setelah beberapa saat. Allah swt. berfirman,

﴿وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ﴾ [إبراهيم: ٤٢]

"Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah swt. lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya, Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak." (Ibrahim [14]: 42)

إِنَّ اللَّهَ لِيُمْلِي لِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ

"Sesungguhnya, Allah swt. memberi tangguh kepada orang-orang yang zalim sampai Dia mengazabnya dan tidak akan melepaskannya."

ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: ﴿وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ﴾ [هود: ۱۰۲]۱

Kemudian Rasulullah ﷺ membaca firman Allah swt., "Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya, azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras." (Huud [11]: 102)

وَقَدْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يُعَلِّمُ أَصْحَابَهُ أَنْ يَدْعُوا رَبَّهُمْ بِدَفْعِ الظُّلْمِ عَنْهُمْ

Rasulullah ﷺ telah mengajarkan para sahabat beliau untuk berdoa kepada Tuhan mereka untuk mencegah kezaliman yang berasal dari diri mereka sendiri

وَوِقَايَتِهِمْ مِنْ شُرُورِ كُلِّ ظَالِمٍ؛ لِيُنَمِّيَ فِي نُفُوسِهِمْ بُغْضَ الظُّلْمِ وَالظَّالِمِينَ، وَلِيَزْرَعَ فِي قُلُوبِهِمْ مَشَاعِرَ الْعِزَّةِ وَالْكَرَامَةِ

dan melindungi mereka dari kejahatan semua orang yang zalim agar di dalam jiwa mereka tumbuh rasa benci terhadap kezaliman dan orang-orang yang zalim dan serta agar mekar dalam hati mereka rasa kemuliaan dan kebaikan.

وَقَلَّمَا كَانَ يَقُومُ مِنْ مَجْلِسٍ حَتَّى يَدْعُوَ لِأَصْحَابِهِ بِمِثْلِ قَوْلِهِ

Yakni, ketika beliau berdiri dari suatu majelis sampai mendoakan para sahabatnya dengan sabda beliau,

وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا. وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا

"Dan jadikanlah penuntutan balas kami atas orang yang menzalimi kami, dan tolonglah kami atas orang yang memusuhi kami, dan janganlah orang yang tidak menyayangi kami menguasai kami." Dikeluarkan oleh Imam Turmudzi dan dihasankan dan disepakati oleh Ibnu Hajar dan al-Arnauth, Jami' al-Ushul, 4/145.

وَفِي حَدِيثٍ آخَرَ دُعَاؤُهُ: (رَبِّ أَعِنِّي وَلَا تُعِنْ عَلَيَّ، وَانْصُرْنِي وَلَا تَنْصُرْ عَلَيَّ، وَاهْدِنِي وَيَسِّرِ الْهُدَى إِلَيَّ، وَانْصُرْنِي عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيَّ...) (۳)

Dan dalam hadits yang lain disebutkan doa beliau, "Ya Tuhanku bantulah aku dan janganlah Engkau bantu musuh terhadapku.. Tolonglah aku dan janganlah Engkau tolong musuh terhadapku. Berikanlah aku petunjuk serta mudahkanlah petunjuk kepadaku, dan tolonglah aku atas orang yang membangkang atasku..." Shahih Sunan Turmudzi lil Albani, 3/168 nomor 2783/2739 (hasan).

أَفَلَا يَرْتَجِفُ قَلْبُ الظَّالِمِ مِنْ دَعْوَةِ مَظْلُومِيهِ؟

Apakah hati orang yang zalim tidak gemetar mendengar doa orang-orang yang telah dizaliminya?

أَوَلَا تَنْبَعِثُ فِي نُفُوسِنَا دَوَافِعُ رَفْعِ الظُّلْمِ وَإِنْشَاءِ الْعَدْلِ وَالتَّوَاصِي بِهِ؟

Dan, apakah tidak tumbuh dalam jiwa kita semangat untuk melenyapkan kezaliman dan menyebarluaskan keadilan serta saling menasihati tentangnya?

وَمِمَّا يُفْتَنُ بِهِ الظَّالِمُ الْوَجِيهُ فِي قَوْمِهِ أَنَّهُ لَا يَرَى مَنْ يَزْجُرُهُ

Salah satu fitnah dari orang yang zalim yang memiliki kedudukan adalah dia tidak memandang siapa yang dia caci.

بَلْ قَدْ يَجِدُ مَنْ يُحَسِّنُ لَهُ عُدْوَانَهُ، وَيُبَرِّرُهُ لَهُ بِأَنَّهُ عَيْنُ الْحِكْمَةِ

Bahkan, terkadang dia mendapati orang yang berbuat baik kepadanya adalah musuhnya dan berbuat baik untuknya karena dia adalah mata air kebijaksanaan

كَمَا هُوَ شَأْنُ بِطَانَةِ السُّوءِ فِي كُلِّ زَمَانٍ - فَلْيُرَاجِعْ كُلُّ ظَالِمٍ نَفْسَهُ إِذَا كَانَ حَرِيصًا عَلَى نَجَاتِهِ

sebagaimana halnya orang-orang kepercayaan atau para pembantu keburukan pada setiap masa-hendaklah semua orang zalim menginstrospeksi diri jika dia berambisi untuk sukses.

فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: (يَكُونُ أُمَرَاءُ فَلَا يُرَدُّ عَلَيْهِمْ قَوْلُهُمْ، يَتَهَافَتُونَ فِي النَّارِ يَتْبَعُ بَعْضُهُمْ بَعْضًا) (٤)

Sebab, Rasulullah ﷺ telah bersabda, "Terdapat para pemimpin yang tidak pernah disanggah perkataannya, Mereka akan berdesak-desakan di neraka dan akan susul menyusul." Shahih Sunan Turmudzi lil Albani, 3/178 nomor 2816/3803 (hasan). 

وَأَوْلَى بِالْبِطَانَةِ أَنْ تَحُضَّ عَلَى الْخَيْرِ، وَتَقِفَ مَعَ صَاحِبِ الْحَقِّ

Yang seharusnya dilakukan oleh para pembantu atau orang kepercayaan adalah mendorongnya untuk melakukan kebaikan dan membela yang benar,

كَمَا كَانَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ حِينَ انْتَهَرَ الصَّحَابَةُ أَعْرَابِيًّا اشْتَدَّ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ فِي طَلَبِ دَيْنِهِ

sebagaimana telah terjadi atas Rasulullah ﷺ ketika para sahabat memarahi seorang Badui yang bersikap keterlaluan dalam menagih utang pada Rasulullah ﷺ

فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: (هَلَّا مَعَ صَاحِبِ الْحَقِّ كُنْتُمْ) (۱)

Ketika itu, Rasulullah ﷺ bersabda kepada mereka, "Mengapa kalian tidak membela yang benar?. Silsilah al-Ahadits as-Shahihah, 4/398 nomor 179 (hasan).

وَمَصْدَاقِيَّةُ الدَّاعِينَ إِلَى الْإِسْلَامِ أَمَامَ أَتْبَاعِهِمْ، لَا تَكُونُ إِلَّا بِإِشَاعَةِ رُوحِ الْعَدْلِ، وَمُنَاصَرَةِ الْمَظْلُومِينَ، وَقَدْ قَالَ أَحَدُ الدُّعَاةِ مُعَبِّرًا عَنْ هَذَا الْمَعْنَى

Kredibilitas para dai Islam di depan para pengikutnya tidak akan ada tanpa penyebarluasan semangat keadilan dan pertolongan atas orang-orang yang terzalimi.

Seorang dai telah berkata sebagai ungkapari atas arti ini,

لَمْ نَسْمَعْ مِنَ الدُّعَاةِ وَلَا مِنَ الْمُتَمَسْلِمِينَ.. صَيْحَاتٍ مُدَوِّيَةً تَشُقُّ آذَانَ الظَّلَمَةِ، وَتُنَادِي بِإِنْصَافِ الْعَامِلِ الْمَفْصُولِ بِغَيْرِ حَقٍّ، مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ أَخْشَى عَلَى الْإِسْلَامِ مِنَ الْمُنْتَسِبِينَ إِلَيْهِ نِفَاقًا، وَالْمَحْسُوبِينَ عَلَيْهِ صُورَةً، أَكْثَرَ مِمَّا أَخْشَى عَلَيْهِ مِنْ أَعْدَائِهِ الْمُجَاهِرِينَ بِرَفْضِهِ وَالْمُعْلِنِينَ الْحَرْبَ عَلَى أَهْلِهِ

"Kami tidak akan mendengar dari para dai' teriakan-teriakan yang bergema membelah kumandang suara kezaliman dan menyerukan keadilan bagi orang yang terzalimi."

Karena itulah saya lebih mengkhawatirkan Islam dimasuki orang-orang munafik sebagai kedok daripada mengkhawatirkan para musuh Islam yang terang-terangan menolaknya dan orang-orang yang mengumumkan perang saudara. Shahih Sunan Ibnu Majah, 2/55/nomor 1969/2426 (shahih).

وَلِذَلِكَ تَبَرَّأَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ مِنَ الشَّيَاطِينِ الْخُرْسِ؛ الَّذِينَ يُعِينُونَ عَلَى الظُّلْمِ بِسُكُوتِهِمْ عَنْهُ

Karena itulah Rasulullah saw. lepas diri dari setan-setan yang bisu yang melakukan kezaliman dengan cara mendiamkannya.

إِنَّهُ سَيَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ، فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ، وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ، فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ، وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ الْحَوْضَ


"Akan ada sepeninggalku para pemimpin. Barangsiapa memasuki istana mereka dan membenarkan kebohongan mereka serta membantu kezaliman mereka, maka dia tidak termasuk dari golonganku dan aku pun tidak termasuk golongannya dan dia tidak akan mendatangi telaga (al-Haudh)..." As-Suluk al-Ijtima'i fi al-Islam, hlm. 108.

وَتَمَامُ الْعَدْلِ حِينَ يَكُونُ مَعَ الصَّدِيقِ وَالْعَدُوِّ، كَمَا عَلَّمَنَا الْقُرْآنُ

Menyempurnakan keadilan ketika bersama orang yang benar dan musuh seperti yang telah Al-Quran ajarkan kepada kita,

﴿وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى...﴾ [المائدة: ۸]

"...Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa..." (al-Maidah [5]: 8)

وَقَدْ فَقِهَ يَهُودُ أَنَّ هَذَا الْعَدْلَ بِهِ تَقُومُ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ

Salah satu satu suku Yahudi telah memahami bahwa dengan keadilan inilah langit dan bumi berdiri,

حِينَ جَاءَهُمْ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَوَاحَةَ مَبْعُوثًا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ؛ لِتَقْدِيرِ مَحْصُولِهِمْ مِنَ الثِّمَارِ وَالزُّرُوعِ، وَتَقَاسُمِهَا حَسَبَ مَا تَمَّ الِاتِّفَاقُ عَلَيْهِ بَعْدَ فَتْحِ خَيْبَرَ

yaitu ketika mereka didatangi oleh Abdullah bin Rawahah sebagai utusan dari Rasulullah saw. untuk menarik pajak hasil perkebunan dan pertanian mereka sebagai realisasi kesepakatan dengan mereka setelah penaklukan Khaibar.

فَحَاوَلُوا رَشْوَةَ ابْنِ رَوَاحَةَ لِيَرْفُقَ بِهِمْ

Pada saat itu, mereka mencoba menyogok Abdullah bin Rawahah agar bersikap lemah lembut terhadap mereka. 

فَقَالَ لَهُمْ: (وَاللَّهِ لَقَدْ جِئْتُكُمْ مِنْ عِنْدِ أَحَبِّ الْخَلْقِ إِلَيَّ، وَلَأَنْتُمْ أَبْغَضُ إِلَيَّ مِنْ أَعْدَادِكُمْ مِنَ الْقِرَدَةِ وَالْخَنَازِيرِ، وَمَا يَحْمِلُنِي حُبِّي إِيَّاهُ وَبُغْضِي لَكُمْ عَلَى أَنْ لَا أَعْدِلَ فِيكُمْ. فَقَالُوا: بِهَذَا قَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ) (1)

Maka, dia berkata kepada mereka, "Demi Allah, aku telah diutus kepada kalian oleh makhluk yang paling aku cintai, dan kalian benar-benar orang-orang yang paling aku benci karena bilangan kalian dari monyet-monyet dan babi-babi. Namun kecintaanku kepada beliau dan kebencianku kepada kalian tidak akan menghalangiku untuk bertindak adil atas kalian." Maka mereka pün berkata, "Dengan inilah langit dan bumi berdiri." At-Tarbiyah al-Islamiyyah Turmudzi dan an-Nasa', dan dihasankan oleh al-Arnauth, Jami' al-Ushul, 4/75 nomor 2061.


خُلَاصَةُ هَذَا الْفَصْلِ وَعَنَاصِرُهُ

KESIMPULAN


اخْتِيَارُ الْهِجْرَةِ إِلَى الْحَبَشَةِ لِأَنَّهُ لَا يُظْلَمُ فِيهَا أَحَدٌ

Terpilihnya negeri Habasyah sebagai tempat untuk berhijrah karena rajanya tidak menzalimi siapa pun.

الْإِمَامُ الْعَادِلُ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُ وَيُظِلُّهُ اللَّهُ فِي ظِلِّ عَرْشِهِ

Pemimpin yang adil doanya tidak tertolak dan Allah swt. akan menaunginya dalam naungan 'Arsy-Nya.

مِنْ أَعْلَى مَرَاتِبِ الْعَدْلِ أَنْ يَكُونَ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَى

Salah satu martabat keadilan tertinggi adalah berbuat adil di waktu marah dan senang.

يَنْصُرُ اللَّهُ الدَّوْلَةَ الْكَافِرَةَ الْعَادِلَةَ عَلَى ظَلَمَةِ الْمُسْلِمِينَ

Allah swt. akan memenangkan negeri kafir yang adil atas negeri mukmin yang zalim.

الظُّلْمُ مُسْتَقْبَحٌ حَتَّى مَعَ الْبَهَائِمِ

Kezaliman dipandang buruk meskipun terhadap hewan-hewan.

التَّحَلُّلُ مِنَ الْمَظْلُومِ فِي الدُّنْيَا قَبْلَ يَوْمِ الْحِسَابِ

Meminta kehalalan dari orang yang dizalimi dilakukan di dunia sebelum hari perhitungan.

اللَّهُ يَسْتَدْرِجُ الظَّالِمِينَ فَإِذَا أَخَذَهُمْ لَمْ يُفْلِتْهُمْ

Allah swt. memberikan penangguhan orang-orang yang zalim dari jika Dia mengazab mereka Dia tidak akan melepaskan mereka.

كَثِيرٌ مِنَ الْأَدْعِيَةِ تَحْمِلُ النَّفْرَةَ مِنَ الظُّلْمِ

Banyak dari para dai yang membawa kezaliman.

إِذَا لَمْ يَجِدِ الظَّالِمُ مَنْ يَأْخُذُ عَلَى يَدَيْهِ تَمَادَى

Jika orang yang zalim tidak menemukan siapa yang mencelanya, maka dia akan terus melakukannya.

مِنَ الْعَدْلِ الْوُقُوفُ مَعَ صَاحِبِ الْحَقِّ وَإِنْ كَانَ وَضِيعًا

Termasuk keadilan, yaitu membela kebenaran meskipun menjadi terhina.

تَمَامُ الْعَدْلِ أَنْ يَكُونَ مَعَ الصَّدِيقِ وَالْعَدُوِّ

Sempurnanya keadilan adalah ketika diterapkan kepada orang kawan maupun lawan.

➖➖➖➖

 

📙📙📙 Sumber :

 هذه اخلاقنا حين نكون مؤمنين

The Most Perfect Habit

Mahmud Muhammad Al Hazandar

∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞

Catatan Silahkan bila ada masukan atau kesalahan - tinggalkan di kolom komentar dalam rangka penyempurnaan.

Dipersilahkan - share



Senin, 04 Agustus 2025

Keteladanan yang baik 04 - BAB 01 Hadzihi akhlaquna

AKHLAK KITA DALAM KEPEMIMPINAN


حسن الأسوة


Pertama: Keteladanan yang Baik

... وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

"Dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa."

يَتَطَلَّعُ النَّاسُ إِلَى مِثْلٍ أَعْلَى يَقْتَدُونَ بِهِ، وَيَقْتَفُونَ أَثَرَهُ، وَيَحْذُونَ حَذْوَهُ

Manusia senantiasa meneladani idolanya, mengikuti jejaknya serta menirunya.

 وَتَرْبِيَةُ الْإِسْلَامِ تُنْشِئُ فِي نُفُوسِ أَتْبَاعِهِ السَّعْيَ إِلَى مَعَالِي الْأُمُورِ

Pendidikan Islam membentuk upaya terhadap hal-hal yang mulia dalam jiwa-jiwa para pengikutnya

وَالتَّرَفُّعَ عَنْ سَفْسَافِهَا، وَالصُّعُودَ نَحْوَ ذُرْوَةِ سَنَامِ الْإِسْلَامِ

serta menghilangkan hal-hal yang hina dan juga mengangkatnya ke puncak Islam yang teratas.

وَلِذَلِكَ كَانَ مِنْ دُعَاءِ عِبَادِ الرَّحْمَنِ : ... وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا [الْفُرْقَانِ : ٧٤]

Hal ini merupakan salah satu doa para Ibadurrahman.

"...Dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (al-Furqaan [25]: 74)

وَفِي تَفْسِيرِ هَذِهِ الْآيَةِ يُوَضِّحُ (مُجَاهِدٌ) الْمَقْصُودَ بِالْإِمَامَةِ هُنَا فَيَقُولُ

Dalam menafsirkan ayat ini Mujahid menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan (imamah) di sini adalah 

(أَئِمَّةً فِي التَّقْوَى؛ حَتَّى نَأْتَمَّ بِمَنْ كَانَ قَبْلَنَا، وَيَأْتَمَّ بِنَا مَنْ بَعْدَنَا)

"Para pemimpin dalam ketakwaan, sampai kita dapat meneladani orang sebelum kita dan orang-orang setelah kita dapat meneladani kita." Shahih Muslim, kitab Iman, bab "Jami'u Aushaf al-Islam."

وَمَعْنَى ذَلِكَ أَنَّ صَاحِبَ الْأُسْوَةِ الْحَسَنَةِ مُتَتَبِّعُ الْخُطَى الَّذِينَ سَبَقُوهُ فِي الْخَيْرِ

Artinya, orang yang memiliki keteladanan yang baik mengikuti jejak para pendahulunya dalam kebaikan

وَقُدْوَةٌ لِمَنْ يَلُونَهُ، فَهُوَ يَرْأَسُ النَّاسَ فِي فِعْلِ الْخَيْرِ وَيَقْتَدِي النَّاسُ بِهِ

dan menjadi teladan bagi orang-orang sesudahnya. Dia memimpin manusia dalam berbuat baik dan manusia pun mengikutinya,

كَمَا يَتَحَرَّى أَنْ يَقْتَدِيَ بِالصَّالِحِينَ مِنْ سَلَفِ الْأُمَّةِ

sebagaimana dia telah mengikuti orang-orang saleh di antara para pendahulu umat ini.

وَهَذَا مَا يَكُونُ سَبَبَ الثِّقَةِ بِهِ، وَاتِّبَاعِهِ، وَالتَّأَسِّي بِهِ

Inilah yang menjadi sebab mengapa orang-orang mem-percayainya dan mengikutinya serta bersabar bersamanya.

وَقَدْ أَكَّدَتْ هَذَا الْمَعْنَى تَفَاسِيرُ عَدِيدَةٌ

Banyak tafsir yang telah menegaskan hal itu.

وَنَقَلَ ابْنُ حَجَرٍ عِدَّةَ أَقْوَالٍ تُؤَيِّدُ هَذَا الْمَعْنَى

Ibnu Hajar menukil banyak perkataan yang menguatkan artinya.

وَقَدْ كَانَ هَذَا حَالُ سَيِّدِ الْمُجَاهِدِينَ؛ إِذْ جَعَلَهُ اللَّهُ أُسْوَةً لِمَنْ بَعْدَهُ

Demikianlah keadaan sang pemimpin para mujahid, ketika Allah swt. menjadikan beliau sebagai teladan bagi orang-orang setelah beliau,

كَمَا أَمَرَهُ اللَّهُ أَنْ يَقْتَدِيَ بِمَنْ سَبَقَهُ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ

sebagaimana Allah swt. telah memerintahkan untuk mengikuti para nabi sebelum beliau.

 أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ  [الْأَنْعَامِ : ٩٠ ]

Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka." (al-An'am [6]: 90)

وَإِنْ لَمْ يَكُنِ الدُّعَاةُ وَالْهُدَاةُ عَلَى هَذَا الْمُسْتَوَى مِنَ الْأُسْوَةِ، حُرِمُوا الِاسْتِخْلَافَ فِي الْأَرْضِ

Jika para dai belum sampai pada tingkat keteladanan ini mereka masih diharamkan untuk menjadi khilafah di atas bumi.

وَهَذَا خَلِيلُ اللَّهِ إِبْرَاهِيمُ - عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ لَمَّا جَعَلَهُ اللَّهُ إِمَامًا لِلنَّاسِ يُقْتَدَى بِهِ قَالَ

Inilah kekasih Allah swt., Nabi Ibrahim a.s. ketika Allah swt. men-jadikannya sebagai pemimpin manusia untuk diteladani dalam firman-Nya,

وَمِنْ ذُرِّيَّتِي

"Dan saya mohon juga dari keturunanku."

أَخْبَرَهُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَّ فِيهِمْ عَاصِيًا وَظَالِمًا لَا يَسْتَحِقُّ الْإِمَامَةَ فَقَالَ

Allah swt. telah memberitahukannya bahwa terdapat orang-orang yang bermaksiat dan zalim yang tidak berhak mendapatkan kepemimpinan dalam firman-Nya, 

لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ ١٢ [الْبَقَرَةِ : ١٢٤] (١)

"...Allah berfirman, 'Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim." (al-Baqarah [2]: 124) Shahih al-Bukhari, Kitab al-l'tisham, dari bab 2, Fat-hu al-Baari, 13/248.

فَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ يُعِينَنا اللَّهُ فِي إِقَامَةِ الْإِمَامَةِ الْكُبْرَى

Jika kita ingin agar Allah swt. menganugerahkan kita kepemimpinan yang besar

فَلْنَسْتَعِنْ بِاللَّهِ عَلَى أَنْفُسِنَا؛ لِتَسْتَأْهِلَ إِمَامَةَ الْقُدْوَةِ وَالتَّأَسِّي

maka kita harus memohon pertolongan Allah swt. agar kita patut memimpin dalam hal keteladanan dan kesabaran.

وَرَأْسُ الْأَمْرِ فِي إِمَامَةِ الْأُسْوَةِ : أَنْ نَدْعُوَ النَّاسَ بِأَفْعَالِنَا قَبْلَ أَقْوَالِنَا

Hal yang paling utama dalam memimpin keteladanan adalah kita harus menyeru manusia dengan perbuatan-perbuatan kita sebelum menyeru mereka dengan perkataan-perkataan kita.

يَقُولُ عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ : (مَا بَلَغَ الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ إِلَى مَا بَلَغَ؛ إِلَّا لِكَوْنِهِ إِذَا أَمَرَ النَّاسَ بِشَيْءٍ يَكُونُ أَسْبَقَهُمْ إِلَيْهِ، وَإِذَا نَهَاهُمْ عَنْ شَيْءٍ يَكُونُ أَبْعَدَهُمْ عَنْهُ)

Abdul Wahid bin az-Ziyad berkata, "Al-Hasan al-Bashri tidak pernah menyampaikan suatu perintah kepada orang-orang sebelum dia menjadi yang paling dahulu melaksanakannya, dan jika melarang orang-orang melakukan sesuatu dia senantiasa menjadi yang paling jauh dari larangan itu terlebih dahulu."

Dari tafsir al-Qurthubi 2/108 dalam menafsirkan firman Allah swt., "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia." al-Baqarah (2):124


وَلَمَّا نَبَذَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ خَاتَمَهُ الذَّهَبِيَّ، نَبَذَ النَّاسُ خَوَاتِمَهُمْ) فَدَلَّ ذَلِكَ عَلَى أَنَّ الْفِعْلَ أَبْلَغُ مِنَ الْقَوْلِ) (۳)

Ketika Rasulullah ﷺ melepaskan cincin emasnya, orang-orang pun melepaskan cincin-cincin mereka. (Hal ini menunjukkan bahwa perbuatan lebih mengena daripada perkataan).  Kutipan dari Mamarat al-Haq, 2/91 dan Manthaliq, hlm. 255.

إِنَّ صَاحِبَ الْأُسْوَةِ الْحَسَنَةِ يَتْرُكُ كَثِيرًا مِنَ الْمُبَاحِ، احْتِيَاطًا لِأَمْرِ دِينِهِ، وَبُعْدًا عَنِ الشُّبُهَاتِ (٤)

Orang yang memiliki keteladanan yang baik meninggalkan banyak hal yang mubah sebagai tindak kehati-hatian dalam urusan agamanya dan penjauhan dari syubhat.  Fat-hu al-Baari, 13/275 dari penjelasan hadits 7298 dari kitab al-I'tisham, bab 4.

وَيَبْتَعِدُ عَنْ مَوَاطِنِ سُوءِ الظَّنِّ؛ لِأَنَّهَا تُنَفِّرُ النَّاسَ مِنَ الِاقْتِدَاءِ بِهِ

serta menjauhkan diri dari prasangka buruk, karena hal itu dapat membuat orang-orang berhenti mengikutinya.

 وَهَذَا مُتَأَكَّدٌ فِي حَقِّ الْعُلَمَاءِ، وَمَنْ يُقْتَدَى بِهِ، فَلَا يَجُوزُ لَهُمْ أَنْ يَفْعَلُوا فِعْلًا يُوجِبُ سُوءَ الظَّنِّ بِهِمْ

"Dan ini sungguh ditekankan pada hak para ulama dan orang-orang yang menjadi panutan. Maka tidak boleh bagi mereka melakukan perbuatan yang menimbulkan prasangka buruk terhadap mereka,

وَإِنْ كَانَ لَهُمْ فِيهِ مُخَلِّصٌ . لِأَنَّ ذَلِكَ سَبَبٌ إِلَى إِبْطَالِ الِانْتِفَاعِ بِعِلْمِهِمْ  (٥)

meskipun mereka memiliki alasan yang benar (untuk perbuatan tersebut). Karena hal itu akan menyebabkan hilangnya kemanfaatan ilmu mereka." 

كَمَا قَالَ ابْنُ حَجَرٍ - وَإِنَّ الرَّجُلَ الْقُدْوَةَ لَأَشَدُّ عَلَى أَعْدَاءِ اللَّهِ مِنْ كُلِّ عُدَّةٍ

Ibnu Hajar mengatakan, "Orang yang menjadi panutan sangat memusuhi musuh-musuh Allah swt.

 وَلِذَلِكَ لَمَّا تَمَنَّى النَّاسُ (ذَهَبًا يُنْفِقُونَهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، كَانَتْ قَوْلَةُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ

Karena itulah ketika orang-orang berharap 'Emas yang mereka infakkan di jalan Allah swt." 'Umar r.a. berkata,

(وَلَكِنِّي أَتَمَنَّى رَجُلًا مِثْلَ أَبِي عُبَيْدَةَ بْنِ الْجَرَّاحِ، وَمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، وَسَالِمٍ مَوْلَى أَبِي حُذَيْفَةَ، فَأَسْتَعِينُ بِهِمْ عَلَى إِعْلَاءِ كَلِمَةِ اللَّهِ)

'Akan tetapi, aku mengharapkan seorang laki-laki seperti Abu 'Ubaidah bin al-Jarrah dan Mu'adz bin Jabal serta Salim Maula Abu Hudzaifah, lalu aku meminta tolong kepada mereka untuk meninggikan kalimat Allah."

Dalam Madariju as-Salikin, 2/26: "Orang yang bijaksana meninggalkan banyak hal yang mubah sebagai penyelamatan diri."

وَلَنْ يَثِقَ النَّاسُ بِكَ، وَلَنْ يَتَأَثَّرُوا بِحَدِيثِكَ، وَأَنْتَ تَرْتَعُ فِي نَعِيمٍ لَا يَجِدُونَهُ

Orang-orang tidak akan mempercayaimu dan tidak akan mendapat pengaruh dari ucapanmu selama engkau bergelimang kenikmatan yang tidak mereka dapatkan. 

وَلِذَلِكَ كَانَ سَيِّدُنَا عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَحْتَاطُ لِنَفْسِهِ وَلِأَعْيُنِ النَّاسِ

Oleh sebab itulah Sayyidina Ali r.a. berhati-hati terhadap dirinya sendiri dan dari pandangan orang lain,

فَيَلْبَسُ الْمُرَقَّعَ مِنَ الثِّيَابِ، فَلَمَّا اعْتَرَضَ بَعْضُهُمْ عَلَى لِبَاسِ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَجَابَهُمْ

sehingga dia memakai pakaian yang penuh dengan tambalan, Ketika sebagian di antara mereka merasa keberatan dengan pakaiannya, Ali r.a. pun menjawab,

مَا لَكُمْ وَاللِّبَاسُ. هُوَ أَبْعَدُ مِنَ الْكِبْرِ، وَأَجْدَرُ أَنْ يَقْتَدِيَ بِي الْمُسْلِمُ

"Mengapa kalian merasa keberatan dengan pakaian ini? Sesungguhnya, pakaian ini lebih jauh dari kesombongan dan lebih layak ditiru oleh setiap muslim." Kutipan dari Mamarat al-Haq, 94/87).

وَفِي رِوَايَةٍ قَالَ: (يَخْشَعُ بِهِ الْقَلْبُ وَيَقْتَدِي بِهِ الْمُؤْمِنُ)

Dalam suatu riwayat Ali menjawab, "Dengan pakaian ini hati menjadi khusyu' dan orang-orang yang beriman mengikutinya." Musnad Ahmad, 1/91.

وَإِنَّ الَّذِي يَنْحَدِرُ لِلتَّسَابُقِ فِي الْمَلَذَّاتِ لَنْ يَرْقَى فِي سُلَّمِ الطَّاعَاتِ؛

Dan sesungguhnya orang yang terjerumus untuk berlomba-lomba dalam kelezatan-kelezatan, tidak akan naik pada tangga ketaatan.

لِأَنَّ الْقُدْوَةَ تُسَابِقُ فِي الْخَيْرَاتِ، وَمُجَاهَدَةٌ لِلنَّفْسِ إِلَى أَنْ تَحْيَا بِنَا دَعْوَتُنَا

Karena teladan itu berlomba-lomba dalam kebaikan, dan merupakan perjuangan bagi diri sendiri sampai dakwah kita hidup melalui kita.

إِذْ لَا حَيَاةَ لِفِكْرَةٍ لَمْ تَتَقَمَّصْ رُوحَ إِنْسَانٍ

karena "Tidak ada kehidupan bagi suatu pemikiran yang belum menjelma dalam semangat manusia 

وَلَمْ تُصْبِحْ كَائِنًا حَيًّا، دَبَّ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ فِي صُورَةِ بَشَرٍ ..) (٤)

dan belum menjadi wujud hidup yang melangkah di muka bumi dalam bentuk manusia..." Hayah ash-Shahabah, 2/709.

فَلَا يَنْسَيَنَّ الدَّاعِيَةُ: أَنَّ النَّاسَ يَنْظُرُونَ إِلَيْهِ عَلَى أَنَّهُ مَثَلُهُمُ الْأَعْلَى، الَّذِي يَرَوْنَ فِي سُلُوكِهِ مِصْدَاقَ مَا يَدْعُو إِلَيْهِ

Mereka tidak melupakan seruan: "Manusia yang melihatnya sebagai idola mereka, yang mereka lihat dalam sikapnya sesuai dengan seruannya.

فَإِنْ زَلَّ زَلُّوا مَعَهُ، وَإِنْ عَادَ إِلَى الصَّوَابِ بَعْدَ ذَلِكَ قَدْ لَا يَعُودُونَ

Jika dia menyimpang, maka mereka ikut-ikutan menyimpang, dan jika dia kembali kepada kebenaran terkadang mereka tidak ikut kembali."

إِنَّ مِنْ أَبْرَزِ صِفَاتِ السَّاعِي لِأَنْ يَكُونَ لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Salah satu sifat yang paling menonjol dari orang yang berusaha menjadi imam bagi orang-orang yang bertakwa

الْحَذَرَ مِنْ سُوءِ التَّصَرُّفِ الَّذِي قَدْ يَفْتِنُ بِهِمُ الْعَامَّةَ

Adalah hati-hati terhadap perilaku buruk yang dapat menguji (menyesatkan) masyarakat umum,

وَقَدْ يُلْبِسُ عَلَى مَنْ يُحْسِنُونَ الظَّنَّ بِهِمْ

dan dapat membingungkan orang-orang yang berprasangka baik terhadap mereka,

وَلَوْ كَانَ الْفِعْلُ فِي حُدُودِ مَا تَحْتَمِلُهُ الِاجْتِهَادَاتُ الْفَرْعِيَّةُ وَالرُّخَصُ

meskipun perbuatan itu masih dalam batas-batas yang dapat ditoleransi oleh ijtihad-ijtihad parsial dan keringanan-keringanan (rukhsah).

وَلِذَلِكَ لَمَّا رَأَى ابْنُ عَبَّاسٍ أَخَاهُ عُبَيْدَ اللَّهِ صَائِمًا يَوْمَ عَرَفَةَ حَذَّرَهُ بِقَوْلِهِ: (إِنَّكُمْ أَئِمَّةٌ يُقْتَدَى بِكُمْ) (1)

Karena itulah, saat Ibnu Abbas melihat saudaranya, 'Ubaidillah, sedang berpuasa pada hari 'Arafah dia mengingatkannya dengan ucapan, "Sesungguhnya, kamu adalah pemimpin yang layak dijadikan panutan. " Afrah ar-Ruh, karya Sayyid Quthb 25-26.

وَلَمَّا نَهَى عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ عَنْ لُبْسِ الْخُفَّيْنِ فِي الْحَجِّ أَخْذًا بِالرُّخْصَةِ فِي ذَلِكَ الْخَشْيَةَ عُمَرَ أَنْ يَتَوَسَّعَ النَّاسُ فِي ذَلِكَ

Dan ketika Umar radhiyallahu anhu melarang Abdurrahman bin Auf mengenakan khuff (sepatu ringan/kaus kaki kulit) saat haji, meskipun ada keringanan (rukhsah) dalam hal itu, karena Umar takut orang-orang akan menirunya), 

قَالَ لَهُ: (عَزَمْتُ عَلَيْكَ إِلَّا نَزَعْتَهُمَا، فَإِنِّي أَخَافُ أَنْ يَنْظُرَ النَّاسُ إِلَيْكَ، فَيَقْتَدُونَ بِكَ.) (2)

dia berkata, "Aku bertekad atas kamu kecuali jika kamu melepaskannya. Aku takut orang-orang melihatmu lalu menirumu." Musnad Ahmad, 1/346

وَمِثْلُ هَذَا الْمَوْقِفِ تَكَرَّرَ فِي اسْتِنْكَارِ عُمَرَ عَلَى طَلْحَةَ حِينَ رَآهُ يَلْبَسُ ثَوْبًا مَصْبُوغًا وَهُوَ مُحْرِمٌ

Seperti itulah tindakan yang senantiasa dilakukan oleh Umar r.a. ketika mengingkari perbuatan Thalhah sewaktu melihatnya memakai pakaian yang dicelupkan ke dalam pewarna pada waktu ihrom.

فَقَالَ لَهُ: (إِنَّكُمْ - أَيُّهَا الرَّهْطُ - أَئِمَّةٌ يَقْتَدِي بِكُمُ النَّاسُ)

Dia berkata, "Sesungguhnya, kamu, wahai ar-Rahth, adalah pemimpin yang menjadi panutan manusia." Musnad Ahmad, 1/192

إِنَّ أَبَا سُفْيَانَ وَهُوَ عَلَى كُفْرِهِ حِينَ سَأَلَهُ هِرَقْلُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ خَشِيَ أَنْ يَكْذِبَ وَهُوَ كَبِيرُ قَوْمِهِ فَيَتَنَاقَلَهَا النَّاسُ

Sesungguhnya, sewaktu masih kafir Abu Sufyan ditanya oleh Heraklius tentang Rasulullah ﷺ la takut untuk berbohong karena dia adalah pembesar kaumnya dan takut bila orang-orang menyiarkannya.

فَقَالَ: (فَوَاللَّهِ لَوْلَا الْحَيَاءُ مِنْ أَنْ يَأْثَرُوا عَلَيَّ كَذِبًا لَكَذَبْتُ عَنْهُ) (4)

Dia berkata, "Demi Allah, andai saja bukan karena malu bila orang-orang meniru kebohonganku pasti aku sudah berbohong tentang beliau." Muwatha', Imam Malik 1/326, hadits 10 dari kitab al-Hajj/bab 4.

أَفَلَيْسَ عِبَادُ الرَّحْمَنِ أَجْدَرُ بِتِلْكَ الرُّجُولَةِ وَذَلِكَ الْحَيَاءِ

Bukankah 'ibadurrahman lebih layak memiliki sikap jantan dan rasa malu itu.

صَاحِبُ الْإِمَامَةِ وَحُسْنِ الْأُسْوَةِ: لَا يَسْتَأْثِرُ بِدُنْيَا عَلَى إِخْوَانِهِ

Pemilik kepemimpinan dan keteladanan yang baik tidak akan mementingkan dirinya daripada para saudaranya dalam urusan dunia.

فَإِنَّ لِلْإِمْرَةِ ضَرِيبَتَهَا، وَلِلْوَجَاهَةِ ثَمَنُهَا، وَلَا تُنَالُ الرِّفْعَةُ فِي الدِّينِ إِلَّا بِالْمُجَاهَدَةِ

Kepemimpinan memiliki karakteristik tersendiri. Kedudukan pun memiliki harga tersendiri. Keluhuran agama hanya akan dapat diraih dengan perjuangan.

وَلِذَلِكَ حِينَ جَاءَتْ فَاطِمَةُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ تَشْكُو مِنْ تَشَقُّقِ يَدَيْهَا مِنَ الطَّحْنِ بِالرَّحَى، وَتَطْلُبُ خَادِمًا فَلَمْ تُعْطَ (5)

Itulah sebabnya mengapa Rasulullah saw. tidak memenuhi permintaan Fatimah ketika ia datang mengadukan perihal kelelahannya mengurus rumah tangga dan meminta pembantu kepada beliau. Shahih Bukhari Kitab Bad'ul Wahyu, bab 6 "al-Hadits 7", Fat-hu al-Baari 1/31. 

وَكَانَ يَجُوعُ حَتَّى يَضَعَ الْحِجَارَةَ عَلَى بَطْنِهِ؛ لِتُخَفِّفَ مِنْ جُوعِهِ، وَيَنَامُ عَلَى الْحَصِيرِ حَتَّى يُؤَثِّرَ فِي جَنْبِهِ

Rasulullah ﷺ pun pernah kelaparan sampai-sampai beliau menaruh batu di perutnya untuk meringankan rasa laparnya dan tidur di atas tikar sehingga membekas pada pinggang beliau. Shahih Bukhari Kitab Fadha'il ash-Shahabah, bab 9, hadits 3708, al-Fat-h7/71. 

وَهَكَذَا كَانَ حَالُ الصَّالِحِينَ الَّذِينَ يَعُدُّونَ الْإِمَارَةَ مَغْرَمًا لَا مَغْنَمًا

Demikianlah keadaan orang-orang yang saleh, yang menganggap kepemimpinan sebagai suatu kerugian bukan keuntungan.

وَكَمَا تَكُونُ الْإِمَامَةُ وَالْأُسْوَةُ فِي الْخَيْرِ، فَهُنَالِكَ (أَئِمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ) أَيْ قُدْوَةٌ لِلضَّلَالِ (2)

Sebagaimana kepemimpinan dan keteladanan dalam kebaikan, ada pula para pemimpin yang mengajak ke neraka, yaitu panutan dalam kesesatan. 

وَكِلَا الطَّرِيقَيْنِ مُتَاحٌ، فَهَلْ تَكُونُ أُسْوَةَ هُدًى، أَمْ قُدْوَةَ ضَلَالٍ؟

Kedua jalan itu terbuka, maka apakah kamu menjadi teladan petunjuk ataukah teladan kesesatan?.  Shahih Bukhari Kitab al-Mazhalim, bab 25, hadits 2368, al-Fath 5/116.

لَقَدْ كَانَ الْحِرْصُ عَلَى حُسْنِ الْأُسْوَةِ، وَالْحَذَرُ مِنَ الْمَيْلِ عَمَّا كَانَ عَلَيْهِ حَالُ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ

Antusiasme dalam keteladanan yang baik dan kewaspadaan atas kecenderungan menyimpang dari contoh yang diberikan oleh Rasulullah ﷺ,

يَدْفَعُ رَجُلًا مِثْلَ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لِيَقُولَ: (إِنِّي أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيغَ) (3)

mendorong orang semacam Abu Bakar r.a. untuk berkata, "Aku takut jika aku meninggalkan salah satu perintah beliau, aku akan, menyimpang." Sebagaimana tertuang dalam tafsir al-Alusi 2/83 surah al-Qashash: 41.

وَإِنَّ مَنْ سَارَ فِي طَرِيقِ الْمُجَاهَدَةِ لَا يَرْتَضِي لِنَفْسِهِ أَنْ يَكُونَ مِنَ الْخُلُوفِ

Orang yang menempuh jalan perjuangan tidak akan rela menjadi bagian dari orang-orang yang menyimpang,

الَّذِينَ وَصَفَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ بِأَنَّهُمْ: (يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ، وَيَفْعَلُونَ مَا لَا يُؤْمَرُونَ) (4)

yaitu orang -orang yang dikatakan oleh Rasulullah saw., "Mereka mengatakan apa yang tidak mereka perbuat dan melakukan hal yang tidak diperintahkan." Shahih Bukhari Kitab Fardhal-Khams, bab 1, hadits 3093 (Fat-hul Baari 6/197).

وَإِنَّمَا يَحْرِصُ عَلَى أَنْ يَكُونَ مِنْ أَتْبَاعِ النَّبِيِّ الَّذِينَ وُصِفُوا بِأَنَّهُمْ: (يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ) (5)

Akan tetapi, sangat antusias untuk menjadi bagian dari para pengikut Rasulullah ﷺ yang memiliki sifat: "Mereka menjalankan sunnah beliau dan menaati perintah beliau." Dikeluarkan oleh Imam Muslim (Jami' al-Ushu/1/326) al-Hadits 108.

وَكَمَا يَقُولُ مَالِكُ بْنُ دِينَارٍ: (إِنَّ الْعَالِمَ إِذَا لَمْ يَعْمَلْ بِعِلْمِهِ، زَلَّتْ مَوْعِظَتُهُ عَنِ الْقُلُوبِ؛ كَمَا يَزِلُّ الْقَطْرُ عَنِ الصَّخْرَةِ الصَّمَّاءِ) (6)

Sebagaimana dikatakan oleh Malik bin Dinar, "Ulama yang belum mengamalkan ilmunya, maka nasihatnya menyimpang dari hati-hati manusia seperti tidak meresapnya tetesan hujan dari batu yang keras. " - Sumber yang sama dengan sebelumnya.

وَلَا يَلِيقُ بِصَاحِبِ خُلُقِ (حُسْنِ الْأُسْوَةِ) أَنْ يَكُونَ إِمَّعَةً يُسِيءُ مَعَ الْمُسِيئِينَ

Satu hal yang juga tidak sesuai dengan akhlak keteladanan yang baik adalah sikap oportunis berlaku buruk bersama orang-orang yang berlaku buruk.

فَقَدْ رُوِيَ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ قَوْلُهُ: (وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ: إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا، وَإِذَا أَسَاءُوا أَنْ تَتَجَنَّبُوا إِسَاءَتَهُمْ) (1)

Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, "Persiapkanlah diri kalian. Sesungguhnya, orang yang paling baiklah yang kalian perlakukan dengan baik, dan jika mereka berlaku buruk jauhilah keburukan mereka." Mamarat al-Haq, (2/300).

وَكَذَلِكَ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ أَلَّا يُفْتَتَنَ بِكُمْ إِمَّعَةٌ مِنَ الرَّعَاعِ، وَأَلَّا يَتَّخِذَكُمْ غَيْرُكُمْ رَأْسًا فِي الضَّلَالِ

Dan, persiapkanlah diri kalian jangan sampai sikap oportunis terhadap rakyat jelata menghancurkan kalian dan jangan sampai orang lain menjadikan kalian pemimpin dalam kesesatan.

يَقُولُ ابْنُ الْعَرَبِيِّ فِي شَرْحِ قَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (وَلَا غَدْرَةَ أَعْظَمَ مِنْ غَدْرَةِ إِمَامِ عَامَّةٍ) (2)

Ibnu Arabi berkata saat menjelaskan hadits, "Tidak ada pengkhianatan yang lebih besar daripada pengkhianatar seorang pemimpin rakyat," Misykah al-Mashabih, 3/1418 al-Albani menshahihkannya secara mauquf dari Ibnu Mas'ud.

(وَإِنَّمَا جَعَلَهَا أَعْظَمَ مِنَ الْإِمَامِ؛ لِأَنَّ مُتَعَلِّقَاتِهَا مِنَ الْمَغْرُورِ بِهِ أَكْثَرُ، فَفَحُشَتْ بِكَثْرَتِهَا)

"karena kepemimpinannya berskala besar, sehingga efeknya terhadap orang-orang yang teperdaya jauh lebih banyak dan keji karena jumlahnya yang amat besar." Dikeluarkan oleh Imam Turmudzi, Jami' al-Ushul, 11/747 nomor 9444. At-Turmudzi menghasankannya, al-Arnauth mendha'ifkannya.

وَالرَّأْسُ فِي الْخَيْرِ لَا بُدَّ أَنْ يُقَدِّمَ رَأْسَهُ ثَمَنًا لِرِيَاسَتِهِ، وَأَنْ يُهَوِّنَ فِي نَظَرِهِ كُلَّ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ ثَبَاتِهِ فِي مَوَاقِفِ الِابْتِلَاءِ، وَقَدْ سُجِنَ الْبُوَيْطِيُّ خَلِيفَةُ الشَّافِعِيِّ فِي فِتْنَةِ خَلْقِ الْقُرْآنِ وَقُيِّدَ بِالسَّلَاسِلِ وَالْأَغْلَالِ، وَلَمْ يَقْبَلْ أَنْ يَنْطِقَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَلَوْ هَمْسًا وَهُوَ يَقُولُ: (إِنَّهُ يَقْتَدِي بِي مِائَةُ أَلْفٍ .. وَلَأَمُوتَنَّ فِي حَدِيدِي هَذَا؛ حَتَّى يَأْتِيَ قَوْمٌ يَعْلَمُونَ أَنَّهُ قَدْ مَاتَ فِي هَذَا الشَّأْنِ قَوْمٌ فِي حَدِيدِهِمْ) 

Seorang pemimpin dalam kebaikan harus siap membayar harga kepemimpinannya dan senantiasa memandang remeh segala cobaan yang merintangi jalannya. Al-Buwaithi telah dipenjara -dia adalah wakil Imam Syafi'i karena fitnah kemakhlukkan Al-Quran dan diikat dengan rantai dan borgol, namun dia tidak mau mengatakan hal yang tidak benar walaupun sekadar berbisik. Dia berkata, "Ada seratus ribu orang yang mengikutiku... Biarkan aku mati dalam belenggu besiku ini agar orang-orang mengetahui bahwa aku telah mati dalam kondisi ini sehingga mereka pun bersedia mati dalam belenggu besi mereka. 'Aridhah al-Ahwadzi 9/42.

فَعَسَى إِنْ كُنَّا عَلَى مُسْتَوَى حُسْنِ الْأُسْوَةِ وَالتَّأَسِّي، أَنْ يَجْعَلَنَا اللَّهُ أَئِمَّةً وَيَجْعَلَنَا الْوَارِثِينَ 

Semoga jika kita berada pada jalan keteladanan dan kesabaran yang baik, dan agar Allah menjadikan kita pemimpin 

وَيُمَكِّنَ لَنَا فِي الْأَرْضِ، وَيَجْعَلَنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

dan pewaris serta mengokohkan kedudukan kita di muka bumi dan juga menjadikan kita imam bagi orang-orang yang bertakwa.


خُلَاصَةُ هَٰذَا الْفَصْلِ وَعَنَاصِرُهُ

KESIMPULAN

عِبَادُ الرَّحْمَٰنِ يَتَطَلَّعُونَ لِأَنْ يَكُونُوا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Para hamba ar-Rahman senantiasa belajar untuk menjadi imam bagi orang-orang yang bertakwa.

صَاحِبُ الْإِمَامَةِ يَقْتَدِي بِمَنْ سَلَفَ وَيَكُونُ قُدْوَةً لِمَنْ خَلَفَ

Pemimpin meneladani para pendahulunya dan menjadi panutan bagi para penerusnya.

الَّذِينَ لَا يَكُونُونَ عَلَىٰ مُسْتَوَى الْأُسْوَةِ لَا يُمْكِنُ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ

Orang-orang yang tidak berada pada level keteladanan tidak akan dikokohkan kedudukannya di muka bumi.

- صُورَةُ صَاحِبِ الْإِمَامَةِ

Gambaran seorang pemimpin:

يَدْعُو بِأَفْعَالِهِ قَبْلَ أَقْوَالِهِ

Menyeru dengan perbuatannya sebelum perkataannya.

يَبْتَعِدُ عَنِ الشُّبُهَاتِ

Menjauhi syubhat.

يَتَمَنَّاهُ الْأَمِيرُ الصَّادِقُ

Pemimpin yang benar senantiasa mengharapkannya.

زَاهِدٌ فِي الدُّنْيَا

Bersikap zuhud dalam kehidupan dunia.

الْحَذَرُ مِنْ سُوءِ التَّصَرُّفِ لِئَلَّا يُفْتَنَ بِهِ النَّاسُ

Mewaspadai perilaku yang buruk agar tidak menimbulkan fitnah bagi masyarakat.

الْتِزَامُ الصِّدْقِ

Berkomitmen terhadap kebenaran.

أَخْذُ النَّفْسِ بِالْعَزِيمَةِ

Memiliki tekad yang kuat.

الْخُلُوفُ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ

Orang-orang yang menyimpang senantiasa mengatakan hal yang tidak diperbuatnya.

صَاحِبُ الْأُسْوَةِ يُوَطِّنُ نَفْسَهُ عَلَى الْإِحْسَانِ وَإِنْ أَسَاءَ النَّاسُ

Orang yang menjadi panutan mempersiapkan dirinya untuk senantiasa berbuat baik walaupun semua orang berbuat buruk.

صَاحِبُ الْأُسْوَةِ مُعَرَّضٌ لِلْبَلَاءِ

Orang yang menjadi panutan senantiasa meremehkan cobaan.


➖➖➖➖

📙📙📙 Sumber :

 هذه اخلاقنا حين نكون مؤمنين

The Most Perfect Habit

Mahmud Muhammad Al Hazandar

∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞

Catatan Silahkan bila ada masukan atau kesalahan - tinggalkan di kolom komentar dalam rangka penyempurnaan.

Dipersilahkan - share


Selasa, 08 Juli 2025

Tolong-Menolong 03 BAB 06 - Hadzihi Akhlaquna -


Keenam:

Tolong-Menolong


وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى

"Tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa."


الْأَصْلُ فِي مُجْتَمَعِ الْمُسْلِمِينَ أَنَّهُ مُجْتَمَعُ تَعَاوُنٍ وَتَكَاتُفٍ وَتَعَاضُدٍ، وَلَكِنْ بِاتِّجَاهِ الْخَيْرِ وَالْبِرِّ وَالتَّقْوَى

Pada dasarnya, masyarakat muslim adalah masyarakat yang saling menolong, saling membantu, dan gotong-royong dengan tujuan kebaikan dan takwa.

وَبَعِيدًا عَنِ الشَّرِّ وَالْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

Jauh dari keburukan, dosa dan permusuhan.

وَطَالَمَا يَعِيشُ الْإِنْسَانُ فِي الْمُجْتَمَعَاتِ الْبَشَرِيَّةِ فَإِنَّهُ مَدْفُوعٌ لَا مَحَالَةَ إِلَى صُوَرٍ مِنَ التَّعَاوُنِ

Selama manusia hidup di tengah masyarakat, niscaya ia pasti akan memerlukan pertolongan, 

تُعَبِّرُ عَنْ وَلَائِهِ لِأَبْنَاءِ مُجْتَمَعِهِ

sebagai ungkapan loyalitas bagi anak-anak dan masyarakatnya.

وَمُحْتَاجٌ لَا مَحَالَةَ إِلَى صُوَرٍ مِنَ التَّعَاوُنِ تُعَبِّرُ عَنْ ضَعْفِهِ وَعَجْزِهِ وَعَدَمِ اسْتِغْنَائِهِ بِنَفْسِهِ عَنْ مَعُونَةِ مَنْ يَعِيشُونَ حَوْلَهُ

Dan, sebagai ungkapan dari kelemahannya dan tidak adanya kesanggupan untuk hidup sendiri tanpa pertolongan orang-orang yang hidup di sekitarnya.

مِنَ الصَّدَقَاتِ الَّتِي يُزَكِّي بِهَا الْمُسْلِمُ يَوْمَهُ وَيَتَصَدَّقُ بِهَا عَلَى نَفْسِهِ أَنَّهُ (يُعِينُ ذَا الْحَاجَةِ الْمَلْهُوفِ) (۱)

Di antara sedekah yang dapat menjadikan hari-hari seorang muslim menjadi suci dan sekaligus bersedekah untuk dirinya sendiri, yaitu (menolong orang yang sangat memerlukan bantuan) 338

وَيُعِينُ الرَّجُلَ عَلَى دَابَّتِهِ فَيَحْمِلُ عَلَيْهَا - أَوْ يَرْفَعُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ.. (۲)

(...dan menolong seseorang di atas hewan tunggangannya lalu ia membawakannya atau ia membantu mengangkat barang-barangnya ke atas tunggangannya..). Shahih al-Bukhari, Kitab Jihad, bab 128, hadits ke-2989, al-Fat-h, 6/132.

وَإِذَا مَا وَجَدْتَ عَظْمًا فِي طَرِيقِ النَّاسِ كَانَ

dan, "Jika engkau menemukan duri di tengah jalan yang biasa dilalui manusia, maka

رَفْعُكَ الْعَظْمَ عَنِ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ، وَهِدَايَتُكَ الطَّرِيقَ صَدَقَةٌ، وَعَوْنُكَ الضَّعِيفَ بِفَضْلِ قُوَّتِكَ صَدَقَةٌ، وَبَيَانُكَ عَنِ الْأَرْثَمِ صَدَقَةٌ

tindakanmu menyingkirkan duri di tengah jalan tersebut merupakan sedekah, lalu engkau menunjukkan jalan bagi orang lain itu juga menjadi sedekah, serta pertolonganmu pada yang lemah dengan kekuatanmu itu menjadi sedekah, dan keteranganmu bagi orang yang tidak mengerti itu menjadi sedekah." Musnad Ahmad, 5/154.

إِنَّ مُجْتَمَعًا يَفْشُو فِيهِ التَّعَاوُنُ لَا يَضِيعُ فِيهِ أَحَدٌ وَلَا يَشْتَكِي مَخْلُوقٌ، لِأَنَّ كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ عِنْدَئِذٍ مَقْضِيُّ الْحَاجَةِ

Sesungguhnya, suatu masyarakat yang memiliki jiwa tolong-menolong, maka tidak akan kita temui lagi orang yang telantar serta tidak ada yang mengadu (tentang kekurangannya), karena setiap orang saling membantu orang yang sangat memerlukan.

مَعَانٍ عَلَى الشِّدَّةِ، وَيَكُونُ فِيهِ (الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا (۱)

Akhirnya, terwujud seperti apa yang disebutkan dalam hadits, "Orang beriman yang satu dengan orang beriman yang lainnya ibarat sebuah bangunan yang saling menguatkan satu dengan yang lainnya." Shahih al-Bukhari, Kitab Adab, bab 36 hadits ke-6026.

قَالَ ابْنُ بَطَّالٍ: "الْمُعَاوَنَةُ فِي أُمُورِ الْآخِرَةِ، وَكَذَا فِي الْأُمُورِ الْمُبَاحَةِ مِنَ الدُّنْيَا مَنْدُوبٌ إِلَيْهَا" (۲)

Ibnu Bathal berkata, "Pertolongan itu dalam perkara akhirat, demikian juga dalam perkara-perkara dunia yang mubah, yang dianjurkan baginya." Fat-hul-Bari, 10/450.

وَإِنَّ الَّذِي يَمْنَعُ عَوْنَهُ عَنْ إِخْوَانِهِ قَدْ يَتَخَلَّى اللَّهُ عَنْهُ حَيْثُ يَحْتَاجُ إِلَى الْعَوْنِ

Sesungguhnya, siapa yang enggan memberikan pertolongan untuk saudaranya, maka Allah swt. akan tidak mempedulikannya pada saat ia sedang membutuhkan pertolongan.

وَلِذَلِكَ فَقَدْ جَاءَ فِي الْحَدِيثِ أَنَّ مِنْ الثَّلَاثَةِ الَّذِينَ لَا يُكَلِّمُهُمْ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ

Karena itulah maka disebutkan dalam hadits, "Sesungguhnya ada tiga golongan di hari Kiamat yang didiamkan oleh Allah serta tidak dipandang oleh-Nya. Mereka adalah:

(.. وَرَجُلٌ مَنَعَ فَضْلَ مَائِهِ، فَيَقُولُ اللَّهُ: الْيَوْمَ أَمْنَعُكَ فَضْلِي كَمَا مَنَعْتَ فَضْلَ مَا لَمْ تَعْمَلْ يَدَاكَ)

seseorang yang tidak mau membagi air sedangkan ia berlebihan, maka Allah berkata, "Hari ini Aku tidak akan memberikan fadhal (Rahmat)-Ku sebagaimana dulu engkau tidak memberikan sesuatu yang engkau punya lebih," Shahih al-Bukhari, kitab al-Masaqah, bab 10 hadits ke-2369, al-Fat-h 5/43

وَإِنَّ مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ بِمَنْ يَتَوَلَّى أَمْرًا مِنْ أُمُورِ الْمُسْلِمِينَ 

Dan, di antara bentuk dari rahmat Allah untuk orang yang bertanggung jawab terhadap urusan kaum muslimin (pemimpin)

أَنْ يَرْزُقَهُ اللَّهُ مَنْ يُعِينُهُ عَلَى أَمْرِهِ وَيُسَاعِدُهُ عَلَى الْقِيَامِ بِوَاجِبِهِ

adalah Allah akan menganugerahkan kepada orang yang menolongnya atas urusannya serta membantunya dalam melaksanakan segala tugasnya,

وَهُوَ وَاجِبٌ مِنْ وَاجِبَاتِ الْبِطَانَةِ نَدُرَ مَنْ يَقُومُ بِهِ فِي هَذَا الزَّمَانِ

dan hal itu merupakan salah satu kewajiban dari seorang teman dekat yang saling memberikan peringatan.

وَقَدْ جَاءَ فِي الْحَدِيثِ قَوْلُهُ ﷺ

Seperti yang telah disebutkan dalam hadits berikut ini, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِالْأَمِيرِ خَيْرًا جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ صِدْقٍ

"Jika Allah menginginkan kebaikan pada seorang pemimpin, maka Allah akan menjadikan baginya seorang menteri yang jujur,

إِنْ نَسِيَ ذَكَّرَهُ، وَإِنْ ذَكَرَ أَعَانَهُ

yaitu jika ia (pemimpin) lupa maka menterinya mengingatkannya, dan jika ingat maka ia akan menolongnya.

وَإِذَا أَرَادَ بِهِ غَيْرَ ذَلِكَ جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ سُوءٍ

Namun, jika Allah menginginkan sebaliknya, maka Allah akan menjadikan baginya seorang menteri yang buruk,

إِنْ نَسِيَ لَمْ يُذَكِّرْهُ، وَإِنْ ذَكَرَ لَمْ يُعِنْهُ (٤)

jika lupa maka ia (menteri) tidak mengingatkannya, dan jika ingat maka ia tidak menolongnya. "

Shahih Sunan Abu Daud, kitab al-Imarah, bab 4 hadits ke-2544/2932 (shahih)

إِنَّ مُجَرَّدَ دُخُولِ الْإِنْسَانِ فِي دَائِرَةِ الْإِسْلَامِ يَجْعَلُهُ مَصُونًا مَحْفُوظًا مَحْمِيَّ الذِّمَارِ مُقَالَ الْعَشْرَةِ

Dengan memeluk Islam, maka manusia akan terjaga dan dilindungi serta kesalahannya akan diampuni.

يَذْكُرُ بِلَالٌ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ- عَنْ نَفَقَةِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ كَيْفَ كَانَتْ فَكَانَ فِيمَا قَالَهُ

Bilal r.a. menyebutkan tentang bagaimana cara Rasulullah ﷺ berinfak. Ia berkata,

".. وَكَانَ إِذَا أَتَاهُ الْإِنْسَانُ مُسْلِمًا فَرَآهُ عَارِيًا؛ يَأْمُرُنِي فَأَنْطَلِقُ فَأَسْتَقْرِضُ، فَأَشْتَرِي لَهُ الْبُرْدَةَ فَأَكْسُوهُ وَأُطْعِمُهُ.. (٥)

"Jika seseorang muslim datang padamu dan engkau melihatnya dalam keadaan telanjang, maka Rasulullah ﷺ memerintahkan aku, lalu aku bergegas pergi untuk meminjam uang. Aku membelikannya pakaian, lalu aku memakaikannya dan memberinya makan. "

Shahih Sunan Abu Daud, kitab al-Imarah, bab 35 hadits ke-2628/3055 (shahih).

وَيَدُورُ الزَّمَانُ لِيَغْدُوَ الْمُسْلِمُ حَرْبًا عَلَى أَخِيهِ ذِي الشَّيْبَةِ في الإسلام

Seiring berputarnya waktu, maka seorang muslim memusuhi saudaranya yang telah lama masuk Islam,

وَبَدَلًا مِنْ أَنْ يَسُدَّ خَلَّتَهُ، وَيَرُدَّ فَاقَتَهُ، يُحَارِبُهُ فِي رِزْقِهِ وَيَكُونُ عَوْنًا لِلشَّيْطَانِ

kemudian mengganti jalannya yang lurus menjadi jalan yang sesat, dan menginginkan kehancurannya, dengan merampas anugerah yang ia telah peroleh sehingga ia menjadi penolong setan!

عَلَيْهِ فَهَلْ هَكَذَا يَكُونُ الْبُنْيَانُ الَّذِي يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا؟

Lalu, apakah hal ini akan menjadi sebuah bangunan yang saling menguatkan di antara satu dengan yang lainnya?

إِنَّ مِنْ فَوَائِدِ التَّعَاوُنِ رَفْعُ الظُّلْمِ عَمَّنْ أُرِيدَ بِهِ الشَّرُّ، وَقَدْ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ لَهُ

Di antara manfaat tolong-menolong ialah menghilangkan kezaliman dari seseorang yang berniat jelek. Seorang laki-laki datang menemui Rasulüllah ﷺ

الرَّجُلُ يَأْتِينِي فَيُرِيدُ مَالِي؟ - يَعْنِي مَاذَا أَفْعَلُ مَعَهُ - قَالَ: ذَكِّرْهُ بِاللَّهِ

lalu ia berkata, "Ada seseorang yang datang padaku lalu ia ingin merampas hartaku?" (Maksudnya, apa yang harus aku perbuat untuk menghadapinya?) Rasulullah berkata, "Ingatkan dia pada Allah."

وَلِأَنَّ الرَّجُلَ يَعْلَمُ أَنَّ بَعْضَ النُّفُوسِ لَا يَكْفِيهَا مُجَرَّدُ التَّذْكِيرِ بِاللَّهِ

Tetapi orang tersebut mengetahui bahwa sebagian jiwa ada yang tidak cukup hanya dengan sekadar mengingat Allah,

قَالَ: فَإِنْ لَمْ يَذْكُرْ؟ قَالَ: فَاسْتَعِنْ عَلَيْهِ مَنْ حَوْلِكَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ

lalu ia berkata lagi, "Bagaimana jika ia tidak bisa mengingat?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Mintalah pertolongan pada kaum muslimin yang ada di sekitarmu."

قَالَ: فَإِنْ لَمْ يَكُنْ حَوْلِي أَحَدٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ؟ قَالَ: فَاسْتَعِنْ عَلَيْهِ بِالسُّلْطَانِ

Orang tersebut berkata lagi, "Bagaimana jika di sekitarku tidak ada seorang muslim?" Rasul menjawab "Mintalah pertolongan kepada penguasa."

قَالَ: فَإِنْ نَأَى السُّلْطَانُ عَنِّي؟ قَالَ: قَاتِلْ دُونَ مَالِكَ حَتَّى تَكُونَ مِنْ شُهَدَاءِ الْآخِرَةِ، أَوْ تَمْنَعَ مَالَكَ (۱)

Lelaki itu berkata, "Tetapi bagaimana jika penguasa itu menolak untuk menolongku?" Terakhir kalinya Rasul menjawab, "Lawanlah dia untuk menjaga hartamu sehingga engkau menjadi syuhada." Shahih Sunan an-Nasa'i, kitab Tahrim ad-Dam, bab 21 hadits ke-3808 (hasan shahih).

فَالْأَصْلُ أَنْ يُحَالَ دُونَ وُقُوعِ الظُّلْمِ عَلَى الضَّعِيفِ بِعَوْنِ الْمُسْلِمِينَ لَهُ مِنْ حَوْلِهِ وَبِعَوْنِ السُّلْطَانِ وَالْقَضَاءِ لَهُ لِكَيْ لَا يَضْطَرَّ لِلْمُقَاتَلَةِ بِنَفْسِهِ حَيْثُ لَا يَجِدُ مُعِينًا

"Pada dasarnya, kezaliman terhadap orang yang lemah harus dicegah dengan bantuan kaum Muslimin di sekelilingnya, serta dengan bantuan penguasa dan peradilan, agar ia tidak terpaksa berperang sendiri ketika tidak menemukan penolong.

وَإِذَا تُرِكَ النَّاسُ وَلَمْ يُعَانُوا كَثُرَتِ الْخُصُومَاتُ وَعَظُمَتِ الثَّارَاتُ... لِأَنَّهُ لَمْ يَعُدِ الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ

Jika manusia dibiarkan tanpa pertolongan, maka perselisihan akan banyak terjadi dan dendam akan membesar... karena mukmin tidak lagi seperti bangunan bagi mukmin lainnya."

وَإِذَا كَانَ اللَّهُ -عَزَّ وَجَلَّ- يَتَعَهَّدُ وَيَتَكَفَّلُ بِعَوْنِ أَصْنَافٍ مِنْ عِبَادِهِ أَفَلَا نَتَشَرَّفُ بِأَنْ نَكُونَ سَبَبًا لِهَذَا الْعَوْنِ وَسِتَارًا لِقَدَرِ اللَّهِ فِي قَضَاءِ حَوَائِجِ النَّاسِ؟

Jika Allah yang menjamin dan memelihara hamba-hamba-Nya maka apakah kita tidak mau menjadi perantara dalam mencukupi kebutuhan manusia?

وَمِنْ ذَلِكَ مَا جَاءَ فِي الْحَدِيثِ: "ثَلَاثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللَّهِ عَوْنُهُمْ: الْمُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَالْمُكَاتَبُ الَّذِي يُرِيدُ الْأَدَاءَ، وَالنَّاكِحُ الَّذِي يُرِيدُ الْعَفَافَ (۲)

Disebutkan dalam hadits yang berkenaan dengan hal itu, "Tiga golongan yang berhak mendapat pertolongan Allah, yaitu orang yang berjihad di jalan Allah, budak mukatab yang ingin melunasi kebebasan dirinya, dan pernikahan untuk menjaga kesucian diri. Shahih Sunan at-Tirmidzi, Kitab al-l al-Imarah, bab 20 hadits ke-1352/1722(hasan).

وَكُلُّهَا عَوْنٌ عَلَى حَقٍّ بَشَرِيٍّ أَنْ يَعِيشَ الْمَرْءُ حُرًّا

Semuanya berhak mendapat pertolongan agar seseorang dapat hidup bebas.

فَيُعَانُ الْمُجَاهِدُ عَلَى التَّحَرُّرِ مِنْ طُغْيَانِ الطُّغَاةِ وَالْبُغَاةِ، كَمَا يُعَانُ الْمُكَاتَبُ عَلَى التَّحَرُّرِ مِنْ ذُلِّ الرِّقِّ

Seorang mujahid harus dibantu agar terbebas dari kezaliman dan kesewenang-wenangan, sebagaimana halnya juga membantu budak mukatab agar terbebas dari hinanya perbudakan,

وَيُعَانُ الشَّابُّ عَلَى التَّحَرُّرِ مِنْ رِقِّ الشَّهْوَةِ، وَيُحَصَّنُ الْمُسْلِمُ مِنْ كُلِّ صُوَرِ الِاسْتِعْبَادِ وَالذُّلِّ بِتَقْدِيمِ الْعَوْنِ لَهُ.

serta membantu para pemuda agar terbebas dari perbudakan nafsu syahwat, dan menjaga seorang muslim dari segala bentuk penyembahan dan kehinaan.

وَفِي التَّعَامُلِ مَعَ الْخَدَمِ وَالرَّقِيقِ وَجَّهَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ إِلَى مُعَاوَنَةِ أَحَدِهِمْ عَلَى مَا يَقُومُ بِهِ مِنْ أَمْرِ الْخِدْمَةِ: (إِخْوَانُكُمْ فَأَحْسِنُوا إِلَيْهِمْ أَوْ فَأَصْلِحُوا إِلَيْهِمْ وَاسْتَعِينُوهُمْ عَلَى مَا غَلَبَكُمْ، وَأَعِينُوهُمْ عَلَى مَا غَلَبَهُمْ)

Sedangkan dalam bergaul dengan pembantu atau budak, Rasulullah ﷺ mengajarkan agar turut membantu apa yang menjadi tugas pembantu, "Mereka itu adalah saudara kalian, maka berbuat baiklah kalian pada mereka, dan mintalah pertolongan pada mereka atas apa yang mereka alami, dan berilah pertolongan pada mereka atas apa yang menimpa mereka," Musnad Ahmad, 5/57.

وَفِي قِصَّةِ تَحَرُّرِ سَلْمَانَ بَرَزَتْ أَسْمَى صُوَرِ التَّعَاوُنِ حَيْثُ وَجَّهَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ سَلْمَانَ لِلْمُكَاتَبَةِ

Dalam kisah pembebasan Salman, tampak sebuah bentuk tolong-menolong pada saat Rasululllah ﷺ mengajarkan pertolongan terhadap kasus Salman yang seorang budak mukatab.

وَقَالَ لِلصَّحَابَةِ: "أَعِينُوا أَخَاكُمْ"

Rasulullah ﷺ bersabda kepada sahabat, "Tolonglah saudara kalian."

وَكَانَ سَيِّدُهُ قَدْ طَلَبَ مِنْهُ ثَلَاثَمِائَةِ نَخْلَةٍ يَزْرَعُهَا وَمَالًا يُؤَدِّيهِ لِيُحَرِّرَهُ

Karena tuannya telah memintanya untuk menanam sebanyak tiga ratus pohon kurma dan sejumlah uang yang harus ia bayarkan untuk kemerdekaannya.

فَتَطَوَّعَ كُلُّ مِنْهُمْ بِثَلَاثِينَ نَخْلَةً وَبِخَمْسَ عَشْرَةَ نَخْلَةً وَبِعَشْرٍ حَتَّى سَدَّدُوا عَنْهُ ثَلَاثَمِائَةِ نَخْلَةٍ

Setiap sahabat ada yang menyumbang tiga puluh, lima belas, dan sepuluh pohon kurma, sehingga jumlahnya mencapai tiga ratus pohon.

وَأَعَانَهُ الصَّحَابَةُ فِي الْحَفْرِ لَهَا، وَأَعَانَهُ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فِي زِرَاعَتِهَا

Para sahabat membantunya menggali lubang sedangkan Rasulullah ﷺ ikut serta membantu menanamnya.

وَلَمَّا أُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ بِمِثْلِ بَيْضَةِ الدَّجَاجَةِ مِنْ ذَهَبٍ فِي بَعْضِ الْمَغَازِي دَعَا سَلْمَانَ وَقَالَ لَهُ

Dan, ketika dalam suatu peperangan, Rasulullah ﷺ mendapatkan sebuah patung telur ayam yang terbuat dari emas seraya beliau memanggil salman dan berkata,

(خُذْ هَذِهِ فَأَدِّ بِهَا مَا عَلَيْكَ..)

"Ambillah ini, lalu tunaikan apa yang menjadi keperluanmu." Musnad Ahmad, 5/443.

وَبِذَلِكَ أُعْتِقَ سَلْمَانُ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ

dan dengan patung emas itulah ia merdeka.

وَكُلُّ مَا يَخْطُرُ عَلَى الْبَالِ مِنْ صُوَرِ التَّعَاوُنِ بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ يَعُمُّهُ قَوْلُ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ

Segala bentuk pertolongan yang tebersit di benak kita sebenarnya tercakup dalam sabda Rasulullah ﷺ

"مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ

"Siapa yang melapangkan kesusahan seorang muslim di dunia, maka Allah swt. akan melapangkan kesusahannya di hari Kiamat,

وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا دَامَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ" (۱)

dan siapa yang memberi kemudahan kepada fakir miskin maka Allah akan memberikan kemudahan baginya di dunia dan akhirat, siapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah swt. akan menutupi aibnya di dunia maupun akhirat. Allah swt., selalu menolong hamban-Nya selagi hamba itu mau menolong saudaranya,"  Shahih Sunan Abu Daud, kitab al-Adab, bab 68 hadits ke-4137/4946 (shahih).

وَلَقَدْ كَانَتِ النِّسْوَةُ تُقَدِّمُ خَدَمَاتِهَا فِي مَيَادِينِ الْجِهَادِ، وَمِنْ ذَلِكَ مَوْقِفُ نِسَاءٍ مِنْ بَنِي غِفَارٍ أَرَدْنَ الْخُرُوجَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ إِلَى خَيْبَرَ

Ada seorang wanita yang ikut serta di medan jihad. Wanita tersebut berasal dari bani Ghifar yang ingin ikut berperang bersama Rasulullah ﷺ ke Khaibar.

فَقُلْنَ لَهُ: (يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ أَرَدْنَا أَنْ نَخْرُجَ مَعَكَ إِلَى وَجْهِكَ هَذَا، فَنُدَاوِيَ الْجَرْحَى، وَنُعِينَ الْمُسْلِمِينَ بِمَا اسْتَطَعْنَا. فَقَالَ: عَلَى بَرَكَةِ اللَّهِ) (۲)

Wanita tersebut berkata kepada Rasulullah ﷺ "Wahai Rasul, kami ingin ikut berperang bersamamu, dengan cara mengobati pasukan yang terluka, dan kami akan menolong kaum muslimin dengan segenap kemampuan kami." Rasulullah saw. menanggapi, "Semoga Allah memberkahi kalian." Musnad Ahmad, 6/480.

فَإِذَا كَانَ هَذَا شَأْنَ النِّسَاءِ فِي التَّعَاوُنِ فَهَلْ يُحْجِمُ الرِّجَالُ؟

Jika hal ini merupakan bentuk pertolongan dari wanita, maka apakah seseorang akan melarangnya?

وَأَصْحَابُ الْأَهْدَافِ الْعَظِيمَةِ لَا يَصِلُونَ إِلَى أَهْدَافِهِمْ بِالْجُهُودِ الْمُتَضَادَّةِ الْمُتَنَافِرَةِ

Orang-orang yang memiliki kemampuan yang kuat tidak akan tercapai tujuannya dengan usaha yang kontradiksi dan bercerai berai.

وَلَنَا فِي ذِي الْقَرْنَيْنِ أُسْوَةٌ حِينَ قَالَ لِقَوْمِهِ

Kami mengambil teladan dari Raja Zulkarnain ketika ia berkata pada kaumnya,

مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا [الكهف: ٩٥]

"Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka." (al-Kahfi [18]: 95)

فَلْنَتَعَاوَنْ بِقُوَّةٍ لِلْخَيْرِ وَعَلَى الْخَيْرِ، وَلْنَخْرُجْ مِنْ دَائِرَةِ الْأَنَانِيَّةِ وَالِاهْتِمَامَاتِ الْفَرْدِيَّةِ، وَلْنَعِشْ مَشَاعِرَ الْأُمَّةِ ذَاتِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ

Mari kita tolong menolong dengan kuat untuk kebaikan dan di atas kebaikan, dan keluarlah dari lingkaran egoisme dan kepentingan individu, serta mari kita hayati perasaan bangsa seperti satu tubuh.

---

خُلَاصَةُ هَذَا الْفَصْلِ وَعَنَاصِرُهُ

KESIMPULAN

الْإِنْسَانُ لَا يَسْتَغْنِي عَنِ التَّعَاوُنِ مَعَ أَفْرَادِ مُجْتَمَعِهِ

→ Manusia tidak dapat terlepas dari pertolongan orang lain.

كَثِيرٌ مِنْ صَدَقَاتِ الْمَرْءِ عَلَى نَفْسِهِ إِنَّمَا هِيَ مِنْ صُوَرِ التَّعَاوُنِ

→ Kebanyakan harta yang disedekahkan orang itu menjadi salah bentuk dari ta'awun

مِنْ أَبْرَكِ صُوَرِ التَّعَاوُنِ التَّعَاوُنُ مَعَ الْأَمِيرِ الصَّالِحِ

→ Di antara bentuk ta'awun yang utama adalah membantu pemimpin yang saleh (baik).

حَدِيثُ الدُّخُولِ فِي الْإِسْلَامِ تُقَدَّمُ إِلَيْهِ خَدَمَاتٌ تَعَاوُنِيَّةٌ

→ Banyak peristiwa dalam Islam yang menganjurkan tolong-menolong

مِنْ أَعْظَمِ التَّعَاوُنِ

Di antara bentuk ta'awun yang utama adalah

التَّعَاوُنُ فِي دَفْعِ الظُّلْمِ

tolong-menolong dalam melawan kezaliman;

فِي تَجْهِيزِ الْغَازِي

tolong-menolong dalam mempersiapkan keperluan perang;

فِي تَزْوِيجِ الْعُزَّابِ

tolong-menolong dalam menikahkan para pemuda;

فِي مُعَاوَنَةِ الْخَدَمِ

tolong-menolong dalam menolong pembantu;

فِي تَحْرِيرِ الرَّقِيقِ

tolong-menolong dalam memerdekaan budak;

---

## مِنْ أَخْلَاقِنَا فِي الْأُخُوَّةِ

Diantara Akhlak Kita dalam Persaudaraan

أَثَرُ التَّعَاوُنِ فِي الدُّنْيَا يُلَاقِيهِ صَاحِبُهُ فِي الْآخِرَةِ تَنْفِيسًا وَتَيْسِيرًا

* dampak tolong-menolong di dunia yang dijumpai pelakunya di akhirat sebagai bentuk keringańan dan kemudahan.

الْمُجْتَمَعُ الْمُتَعَاوِنُ يَشْتَرِكُ جَمِيعُ أَفْرَادِهِ

* Masyarakat yang bekerja sama, semua anggotanya ikut serta.


➖➖➖➖

📙📙📙 Sumber :

 هذه اخلاقنا حين نكون مؤمنين

The Most Perfect Habit

Mahmud Muhammad Al Hazandar

∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞

Catatan Silahkan bila ada masukan atau kesalahan - tinggalkan di kolom komentar dalam rangka penyempurnaan.

Dipersilahkan - share. Semoga bermanfaat

 

Senin, 02 Juni 2025

Persaingan yang baik - 03 BAB 05 Hadzihi Akhlaquna

 

التنفس الشريف


Kelima: Persaingan yang Baik


وفي ذلك فليتنافس المتنافسون


"Hendaknya orang berlomba-lomba dalam kebaikan."

لَيْسَ عَجِيْبًا أَنْ يَفُوْقَ امْرُؤٌ أَخَاهُ فِيْ عِلْمٍ أَوْ خِبْرَةٍ أَوْ فِيْ أَيِّ مَجَالٍ مِنْ مَجَالَاتِ الْحَيَاةِ 

Bukanlah suatu hal yang aneh apabila seorang muslim lebih unggul dari saudaranya dalam hal ilmu, pengalaman, atau dalam bidang-bidang kehidupan lain.

كَمَا أَنَّهُ لَيْسَ مِنَ الْمُسْتَهْجَنِ أَنْ يَسْعَى الْأَدْنَى لِلْحَاقِ بِالْأَعْلَى

Bukan pula suatu hal yang memalukan jika seseorang yang berada di bawah berusaha untuk menyusul orang yang berada di atas.

وَأَنْ يَبْذُلَ جُهْدَهُ لِلتَّفَوُّقِ عَلَيْهِ، فِيْ حُدُوْدِ ابْتِغَاءِ رِضَا اللهِ

Ia mengerahkan segenap kemampuannya agar menjadi unggul darinya selama dalam batas-batas mencari ridha Allah,

وَالسَّلَامَةِ مِنْ آفَاتِ الْكِبْرِ وَالْعُجْبِ وَالرِّيَاءِ

tidak sombong, tidak ujub, dan tidak riya;

وَبِقَيْدِ طَهَارَةِ الْمَشَاعِرِ الْقَلْبِيَّةِ، وَنَقَاءِ الْعَلَاقَاتِ الْأُخَوِّيَّةِ، وَبِضَابِطِ الْإِنْصَافِ، وَالْعَدْلِ فِي التَّقْوِيْمِ

dengan syarat hatinya tetap bersih dan persaudaraan tetap jernih, adil dalam menilai diri sendiri dan orang lain.

لِلنَّفْسِ وَلِلْآخَرِيْنَ بِحَيْثُ يُؤَدِّيْ ذٰلِكَ كُلُّهُ فِي النَّتِيْجَةِ إِلَى تَحْقِيْقِ مَصْلَحَةٍ إِسْلَامِيَّةٍ عُلْيَا، بَعِيْدًا عَنْ هَوَى النَّفْسِ وَتَقْدِيْسِ الذَّاتِ

Sehingga pada akhirnya, hal itu semua akan dapat merealisasikan kemaslahatan Islam yang tertinggi, jauh dari hawa nafsu dan pengkultusan diri.

حِيْنَ تَتَفَشَّى الْمُنَافَسَةُ الشَّرِيْفَةُ تَكُوْنُ وَقُوْدًا لِلْهِمَمِ، وَمُحَرِّضًا عَلَى الْبَذْلِ الْمُتَوَاصِلِ، وَسَبِيْلًا لِتَوْجِيْهِ الْأَبْصَارِ إِلَى أَعْمَالِ الْخَيْرِ

Jika persaingan yang baik telah tersebar, maka hal itu akan dapat menjadi bahan bakar untuk mencapai ridha Allah swt.; menjadi motivasi untuk terus-menerus mencurahkan tenaga; dan menjadi jalan untuk mengarahkan pandangan pada amal-amal yang baik.

الَّتِيْ يُفَجِّرُ التَّنَافُسُ فِيْهَا مَزِيْدًا مِنَ الْخَيْرِ لِلْفَرْدِ وَالْمُجْتَمَعِ، حَتَّى يُصْبِحَ الْفَرْدُ مِنْ هٰذِهِ الْأُمَّةِ يَتَطَلَّعُ دَائِمًا إِلَى الْأَسْمَى، وَكَيْفَ يَرْضَى بِالدُّوْنِ؟

Persaingan itu akan memperbanyak kebaikan bagi individu dan masyarakat sehingga individu umat ini terus meningkat kualitasnya ke tingkat yang tertinggi, Bagaimana mungkin ia rela dengan kerendahan, 

وَهُوَ الَّذِيْ يَطْمَحُ أَنْ يَجْعَلَهُ اللهُ لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا

sementara itu dialah yang berobsesi untuk menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.

وَهُوَ الَّذِيْ يَتَطَلَّعُ إِلَى الْفِرْدَوْسِ الْأَعْلَى وَصُحْبَةِ النَّبِيِّيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ

Dialah yang ingin mencapai surga Firdaus yang tertinggi, berkawan dengan para nabi, syuhada, dan orang-orang saleh.

وَهُوَ الَّذِيْ يَرْجُوْ أَنْ يَكُوْنَ مِنَ السَّابِقِيْنَ بِالْخَيْرَاتِ

Dialah yang bercita-cita ingin menjadi pelopor dalam hal kebaikan,

أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ    [المؤمنون: ٦١]

"Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya."

al-Mu'minuun [23]: 61

فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ .. [البقرة: ١٤٨]

"Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan." al-Baqarah [2]: 148

خِتَامُهُ مِسْكٌ وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ (١) [المطففين: ٢٦]

"Laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba." al-Muthaffifiin [83]: 26

وَمِنْ ذٰلِكَ التَّنَافُسِ الشَّرِيْفِ مَا جَاءَ فِي الْحَدِيْثِ الشَّرِيْفِ عَنِ الْقَائِمِ وَالْمُنْفِقِ: لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ عَلَّمَهُ اللهُ الْقُرْآنَ

Salah satu contoh persaingan yang baik ialah yang disebutkan. dalam sebuah hadits tentang seseorang yang rajin beribadah (al-qaaim) dan seseorang yang suka berinfak, "Tidak boleh dengki (hasad) kecuali seperti dua orang berikut: seseorang yang diajarkan Al-Qur'an oleh Allah,

هُوَ يَتْلُوهُ آناءَ اللَّيْلِ وَآناءَ النَّهَارِ، فَسَمِعَهُ جَارٌ لَهُ فَقَالَ 

lalu ia membacanya sepanjang malam dan siang. Tetangganya mendengarnya lalu ia berkata,

لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَمَا أُوتِيَ فُلَانٌ، فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا، فَهُوَ يُهْلِكُهُ فِي الْحَقِّ، فَقَالَ رَجُلٌ

Sekiranya aku diberikan seperti apa yang diberikan kepadanya maka aku akan berbuat seperti apa yang diperbuatnya. Dan seseorang yang diberikan harta oleh Allah, ia menghabiskan harta itu di jalan kebenaran. Lalu orang lain berkata, 

لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلَانٌ، فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ

"Sekiranya aku diberikan harta seperti yang diberikan kepadanya maka aku akan berbuat seperti yang ia perbuat," Shahih Bukhari, dalam Kitab Fadha'il Al-Qur'an, bab 20, hadits 5026, Fat-hul-Bari, 9/73.

يَقُولُ ابْنُ حَجَرٍ : وَأَمَّا الْحَسَدُ الْمَذْكُورُ فِي الْحَدِيثِ فَهُوَ الْغِبْطَةُ

Ibnu Hajar menjelaskan, "Kedengkian (hasad) yang disebut dalam hadits itu ialah ghibthah.

وَأُطْلِقَ الْحَسَدُ عَلَيْهَا مَجَازًا

Ghibthah diungkapkan dengan kata hasad dalam hadits tersebut secara majaz.

وَهِيَ أَنْ يَتَمَنَّى أَنْ يَكُونَ لَهُ مِثْلُ مَا لِغَيْرِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَزُولَ عَنْهُ

Ghibthah artinya berharap memiliki sesuatu yang dimiliki oleh orang lain tanpa mengharapkan sesuatu itu hilang dari orang itu.

وَالْحِرْصُ عَلَى هَذَا يُسَمَّى مُنَافَسَةً فَإِنْ كَانَ فِي الطَّاعَةِ فَهُوَ مَحْمُودٌ ... (٢)

Melakukan hal itu disebut persaingan, jika persaingan itu dalam hal ketaatan, maka persaingan itu terpuji."

Fat-hul-Bari, 1/167 penjelasan bab 15, Kitab al-'Ilm. 

وَمِنْ صُوَرِ ذَلِكَ التَّنَافُسِ الشَّرِيفِ الْمُسَابَقَةُ إِلَى صُوَرٍ مِنَ الْعِبَادَةِ قَدْ لَا يَصْبِرُ عَلَى الْمُدَاوَمَةِ عَلَيْهَا

Salah satu bentuk persaingan yang baik ialah berlomba-lomba melakukan berbagai macam ibadah yang tidak dapat konsisten melaksanakannya

إِلَّا السَّابِقُونَ، وَذَلِكَ كَالْأَذَانِ وَالصَّفِّ الْأَوَّلِ وَالتَّبْكِيرِ إِلَى الصَّلَوَاتِ، وَالْحِرْصِ عَلَى جَمَاعَتَيِ الْعِشَاءِ وَالْفَجْرِ

kecuali para pemenang, seperti azan, shaf pertama, takbiratulihraam (beriringan dengan imam), shalat isya' dan subuh berjamaah.

قَالَ لَهُ : لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الْأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلَّا أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لَاسْتَهَمُوا، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي التَّهْجِيرِ لَاسْتَبَقُوا إِلَيْهِ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي الْعَتَمَةِ وَالصُّبْحِ لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا (٣)

Rasulullah ﷺ bersabda, "Seandainya kaum muslimin mengetahui keutamaan azan dan shaf pertama kemudian mereka tidak mendapatkannya kecuali dengan mengadakan undian terlebih dahulu niscaya mereka akan melakukan undian. Seandainya mereka mengetahui keutamaan tahjir (bersegera) niscaya mereka berlomba melakukannya. Seandainya mereka mengetahui keutamaan shalat isya dan subuh berjamaah, niscaya mereka akan berangkat (ke masjid) untuk melaksanakannya walau dengan merangkak," Shahih Bukhari, Kitab al-Adzan, bab 9,hadits 615, Fat-hul-Bari, 2/96.

وَمِنَ الصُّوَرِ الْعَمَلِيَّةِ لِذَلِكَ التَّنَافُسِ الشَّرِيفِ مَا يَكُونُ بَيْنَ الْأَنْدَادِ مِنَ التَّسَابُقِ فِي الْخَيْرِ، كَالَّذِي كَانَ مِنَ الْمُسَابَقَةِ فِي الْبِرِّ بَيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا

Salah satu contoh persaingan yang mulia ialah berlomba-lomba dalam kebaikan bersama teman-teman, seperti yang dilakukan oleh Abu Bakar dan Umar r.a.

وَمِنْ ذَلِكَ أَنَّهُمَا سَمِعَا ثَنَاءَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ عَلَى قِرَاءَةِ ابْنِ مَسْعُودٍ، بِقَوْلِهِ

Mereka berdua mendengar Rasulullah ﷺ menyanjung bacaan Ibnu Mas'ud r.a. dengan sabdanya,

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَقْرَأَ الْقُرْآنَ غَضًّا كَمَا أُنْزِلَ فَلْيَقْرَأْهُ مَنِ ابْنِ أُمِّ عَبْدٍ (١)

"Barangsiapa yang ingin membaca Al-Qur'an (dengan bacaan) seperti (bacaanya saat ia) diturunkan, hendaknya ia belajar membacanya dari Ibnu Ummi Abd (Ibnu Mas'ud)."

Shahih Ibnu Majah, al-Albani, Mukadimah, bab 11, hadits 114/137 (shahih).

فَبَادَرَ عُمَرُ لَيْلًا لِيَنْقُلَ الْبُشْرَى لِابْنِ مَسْعُودٍ

Lalu di malam hari, Umar r.a. segera berangkat untuk menyampaikan berita gembira tersebut kepada Ibnu Mas'ud.

فَقَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ : مَا جَاءَ بِكَ هَذِهِ السَّاعَةَ ؟ قَالَ عُمَرُ : جِئْتُ لِأُبَشِّرَكَ بِمَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ

Lalu Ibnu Mas'ud berkata, "Apa yang membuat engkau datang di waktu (malam seperti) ini?" Umar menjawab, "Aku datang untuk memberikan berita gembira kepadamu yang diucapkan oleh Rasulullah."

قَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ : قَدْ سَبَقَكَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ عُمَرُ : إِنْ يَفْعَلْ فَإِنَّهُ سَبَّاقٌ بِالْخَيْرَاتِ، مَا اسْتَبَقْنَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ خَيْرًا قَطُّ إِلَّا سَبَقَنَا إِلَيْهَا أَبُو بَكْرٍ (٢)

Ibnu Mas'ud menjawab, "Abu Bakar telah mendahuluimu." Umar berkata, "Ia adalah pemenang dalam hal kebaikan. Jika kita berlomba, pasti dialah pemenangnya." Musnad Ahmad, 1/38 dari Umar bin Khaththab r.a., Ahmad Syakir menilai sanadnya shahih dalam Ta'lignya terhadap Musnad (265).

وَمِثْلُ هَذِهِ الصُّورَةِ تَكَرَّرَتْ عِنْدَمَا طَلَبَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ مِنْ صَحَابَتِهِ أَنْ يَتَصَدَّقُوا

Hal seperti itu terjadi berulang kali. Pada suatu saat Rasulullah ﷺ meminta para sahabatnya bersedekah.

يَقُولُ عُمَرُ : وَوَافَقَ ذَلِكَ عِنْدِي مَالًا فَقُلْتُ : الْيَوْمَ أَسْبِقُ أَبَا بَكْرٍ - إِنْ سَبَقْتُهُ يَوْمًا - فَجِئْتُ بِنِصْفِ مَالِي

Umar bercerita, "Kebetulan saat itu aku memiliki harta. Aku berkata, 'Hari ini aku akan mengalahkan Abu Bakar, jika aku lebih dahulu menemui Rasululah ﷺ dengan membawa setengah hartaku."

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ : ( مَا أَبْقَيْتَ لِأَهْلِكَ ؟ ) قُلْتُ : مِثْلَهُ، وَأَتَى أَبُو بَكْرٍ بِكُلِّ مَا عِنْدَهُ فَقَالَ ﷺ : ( يَا أَبَا بَكْرٍ مَا أَبْقَيْتَ لِأَهْلِكَ ؟ ) فَقَالَ : أَبْقَيْتُ لَهُمُ اللَّهَ وَرَسُولَهُ، عِنْدَئِذٍ قَالَ عُمَرُ : لَا أَسْبِقُهُ إِلَى شَيْءٍ أَبَدًا (٣)

Rasulullah ﷺ bertanya, "Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?" Aku menjawab, "Setengah hartaku." Lalu Abu Bakar datang membawa seluruh harta yang ia miliki. Rasulullah ﷺ bertanya, "Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?" Abu Bakar menjawab, "Aku sisakan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya." Saat itu Umar berkata, "Aku tidak akan dapat mengalahkannya."

Shahih Sunan Tirmidzi, Kitab al-Manaqib, bab 41, hadits 2902/3939 (hasan).

هَكَذَا يَكُونُ التَّنَافُسُ بَيْنَ الْأَنْدَادِ بِحُبٍّ وَاحْتِرَامٍ

Beginilah persaingan yang baik antara sesama teman dengan penuh rasa cinta dan saling menghormati, 

وَلَيْسَ بِالْحِقْدِ وَالِامْتِهَانِ، أَمَّا التَّنَافُسُ غَيْرُ الشَّرِيفِ فَيَبْدَأُ فِيمَا بَيَّنَهُ النَّوَوِيُّ فِي شَرْحِ مُسْلِمٍ

bukan dengan kedengkian. Adapun persaingan yang tidak baik ialah sebagaimana dijelaskan oleh an-Nawawi,

قَالَ الْعُلَمَاءُ : التَّنَافُسُ إِلَى الشَّيْءِ الْمُسَابَقَةُ إِلَيْهِ، وَكَرَاهَةُ أَخْذِ غَيْرِكَ إِيَّاهُ وَهُوَ أَوَّلُ دَرَجَاتِ الْحَسَدِ . وَأَمَّا الْحَسَدُ فَهُوَ تَمَنِّي زَوَالِ النِّعْمَةِ (٤)

Para ulama berkata, 'Bersaing untuk meraih sesuatu ialah berlomba meraihnya dan tidak suka orang lain mengambilnya.' Hal ini ialah awal kedengkian, sedangkan kedengkian ialah mengharapkan hilangnya nikmat (orang lain). Syarh Shahih Muslim, 18/308, penjelasan hadits 7 Kitab az-Zuhd.

وَمِثْلُ ذَلِكَ مَا بَيَّنَهُ ابْنُ حَجَرٍ: وَالتَّنَافُسُ مِنَ الْمُنَافَسَةِ: وَهِيَ الرَّغْبَةُ فِي الشَّيْءِ، وَمَحَبَّةُ الانْفِرَادِ بِهِ وَالْمُغَالَبَةُ عَلَيْهِ (٥)، 

Juga seperti penjelasan Ibnu hajar, "Tanaafus dari kata munaafasah (saling bersaing). Artinya, mencintai sesuatu, ingin memilikinya sendiri dan mengalahkan orang lain untuk meraihnya." Fat-hul-Bari 11/245, Penjelasan bab 7 Kitab ar-Riqaq.

وَفِي مَوْضِعٍ آخر قال عن الحسد : اَلْحَسَدُ تَمَنِّي الشَّخْصِ زَوَالَ النِّعْمَةِ عَنْ مُسْتَحِقٍّ لَهَا - أَعَمُّ مِنْ أَنْ يَسْعَى فِي ذَلِكَ أَوْ لَا - 

Ia juga menjelaskan, "Hasad (kedengkian) ialah mengharapkan hilangnya suatu nikmat dari orang lain yang memilikinya, baik ia berusaha (menghilangkan nikmat tersebut) maupun tidak.

فَإِنْ سَعَى كَانَ بَاغِيًا، وَإِنْ لَمْ يَسْعَ فِي ذَلِكَ، وَلَا أَظْهَرَهُ، وَلَا تَسَبَّبَ فِي تَأْكِيدِ أَسْبَابِ الْكَرَاهَةِ الَّتِي نُهِيَ الْمُسْلِمُ عَنْهَا فِي حَقِّ الْمُسْلِمِ، نَظَرَ

Jika ia berupaya (untuk menghilangkan nikmat tersebut), maka ia adalah seorang yang zalim. Apabila ia tidak berupaya, tidak menampakkan kedengkiannya dan tidak melakukan sesuatu yang dimakruhkan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang muslim terhadap saudaranya yang muslim, maka perlu diperhatikan.

فَإِنْ كَانَ الْمَانِعُ لَهُ مِنْ ذَلِكَ الْعَجْزَ؛ بِحَيْثُ لَوْ تَمَكَّنَ لَفَعَلَ، فَهَذَا مَعْذُورٌ

Jika yang membuat ia tidak melakukannya ialah ketidaksanggupannya, seandainya ia sanggup niscaya ia lakukan, maka ia berdosa.

وَإِنْ كَانَ الْمَانِعُ لَهُ مِنْ ذَلِكَ التَّقْوَى، فَقَدْ يُعْذَرُ؛ لِأَنَّهُ لَا يَسْتَطِيعُ دَفْعَ الْخَوَاطِرِ النَّفْسَانِيَّةِ، فَيَكْفِيهِ فِي مُجَاهَدَتِهَا أَنْ لَا يَعْمَلَ بِهَا، وَلَا يَعْزِمَ عَلَى الْعَمَلِ بِهَا (١) 

 Jika yang membuat ia tidak melakukannya ialah ketakwaan, maka ia dapat dimaafkan; karena ia tidak kuasa menolak bisikan nafsunya. Ia cukup bermujahadah (berjuang) melawan hawa nafsunya itu dan tidak menurutinya." Fat-hul-Bari, 10/482. Dha'if al-Jaami' dengan lafal-lafal yang mirip dari Hasan secara mursal no. 2526.

وَأَحْيَانًا تُصِيبُ الْمَرْءَ مَشَاعِرُ لَا يَمْلِكُ مُدَافَعَتَهَا، فَأَقَلُّ مَا يَعْمَلُهُ إِيقَافُهَا عِنْدَ حَدِّ الْأَمَانِ كَمَا فِي الْحَدِيثِ

Terkadang seseorang mempunyai perasaan yang tidak dapat ditolaknya, maka minimal ia harus menghentikannya. Sebagaimana disebutkan dalam lam sebuah hadits,

ثَلَاثٌ لَا يَسْلَمُ مِنْهَا أَحَدٌ: اَلطِّيَرَةُ وَالظَّنُّ وَالْحَسَدُ

"Ada tiga hal yang tidak dapat dihindari oleh seseorang, yaitu atthiiyaratu (pesimis), prasangka dan dengki (hasad).

قِيلَ: فَمَا الْمَخْرَجُ مِنْهَا يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا تَطَيَّرْتَ فَلَا تَرْجِعْ، وَإِذَا ظَنَنْتَ فَلَا تُحَقِّقْ، وَإِذَا حَسَدْتَ فَلَا تَبْغِ 

Lalu beliau ditanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana jalan keluarnya?" Beliau menjawab, "Jika engkau pesimis, maka jangan engkau lakukan kembali; jika engkau berprasangka, janganlah engkau realisasikan; jika engkau mendengki, janganlah berbuat zalim. "

Dimasukkan oleh Ibnu Hajar dalam al-Fat-h, 10/482. la tidak memberi komentar.

وَعَنِ الْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ قَالَ: مَا مِنْ آدَمِيٍّ إِلَّا وَفِيهِ الْحَسَدُ، فَمَنْ لَمْ يُجَاوِزْ ذَلِكَ إِلَى الْبَغْيِ وَالظُّلْمِ، لَمْ يَتْبَعْهُ مِنْهُ شَيْءٌ. (٣)

Hasan Bashri berkata, "Setiap anak Adam memiliki rasa hasad (dengki). Barangsiapa yang kedengkian itu tidak menjadikannya berbuat zalim, maka ia tidak terkena apa-apa (tidak berdosa)." Fat-hul-Bari-10/482 dari penjelasan hadits 6064, bab 58, Kitab al-Adab. 

وَيُوَضِّحُ الْقُرْطُبِيُّ الْحَسَدَ الْمَذْمُومَ بِقَوْلِهِ

Al-Qurtubi menjelaskan hasad yang tercela dengan perkataannya,

فَالْمَذْمُومُ أَنْ تَتَمَنَّى زَوَالَ نِعْمَةِ اللهِ عَنْ أَخِيكَ الْمُسْلِمِ، وَسَوَاءٌ تَمَنَّيْتَ مَعَ ذَلِكَ أَنْ تَعُودَ إِلَيْكَ أَوْ لَا

"Hasad yang tercela ialah engkau mengharapkan hilangnya nikmat Allah dari saudaramu yang muslim. Sama saja, apakah engkau berharap nikmat itu kembali kepadamu atau tidak.

وَإِنَّمَا كَانَ مَذْمُومًا لِأَنَّ فِيهِ تَسْفِيهَ الْحَقِّ سُبْحَانَهُ؛ وَأَنَّهُ أَنْعَمَ عَلَى مَنْ لَا يَسْتَحِقُّ! (٤)

Perbuatan hasad tercela karena seseorang yang hasad menganggap Allah bodoh. Menurutnya, Allah memberi nikmat kepada orang tidak berhak mendapatkannya. " 

Al-Jaami' li Ahkaam Al-qur'an, 2/71. Tafsir ayat ke-109 surat al-Baqarah.

وَهَٰذَا التَّنَافُسُ الَّذِي قَدْ يَئُولُ إِلَى الْحَسَدِ، هُوَ الَّذِي تَوَقَّعَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا فُتِحَتْ عَلَى الْمُسْلِمِينَ فَارِسُ وَالرُّومُ فَقَالَ

Persaingan yang berubah menjadi rasa hasad inilah yang diramalkan oleh Rasulullah ﷺ jika Persia dan Romawi telah ditaklukkan oleh kaum muslimin. Beliau bersabda,"...

تَتَنَافَسُونَ، ثُمَّ تَتَحَاسَدُونَ، ثُمَّ تَتَدَابَرُونَ ثُمَّ تَتَبَاغَضُونَ 

kemudian kalian saling bersaing, kemudian kalian saling mendengki, kemudian kalian saling berpaling, kemudian kalian saling bermusuhan."

323 Shahih Muslim, Kitab az-Zuhd, bab 7, hadits 2962 Syarh an-Nawawi, 9/308. hadits 6064 Fat-hul-Bari, 10/481.

وَهُوَ الْمَنْهِيُّ عَنْهُ فِي قَوْلِ اللَّهِ: ﴿وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَنَافَسُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا﴾ (٢)

Hal itulah yang dilarang oleh Rasulullah ﷺ, "Janganlah kalian saling mencari aib (orang lain); janganlah saling bersaing; janganlah saling mendengki; janganlah saling bermusuhan; janganlah saling berpaling; dan jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara." Shahih Bukhari, Kitab al-Adab, bab 57, 

وَأَخْشَىٰ مَا يَخَافُهُ الْمَرْءُ عَلَىٰ نَفْسِهِ أَنْ يَنْزَلِقَ إِلَى التَّنَافُسِ فِي الْمَعَاصِي أَوْ التَّنَافُسِ عَلَى الدُّنْيَا وَزِينَتِهَا 

Yang paling ditakutkan oleh seorang muslim ialah terjatuh ke dalam persaingan dalam hal maksiat atau bersaing meraih dunia dan perhiasannya.

وَقَدْ حَذَّرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمَّتَهُ مِنْ هَٰذَا الْمُنْزَلَقِ فَقَالَ

Rasulullah ﷺ telah memperingatkan umatnya agar tidak terjatuh dalam jurang ini. Beliau bersabda,

«إِنِّي فَرَطُكُمْ، وَأَنَا شَهِيدٌ عَلَيْكُمْ، وَإِنِّي وَاللَّهِ لَأَنْظُرُ إِلَىٰ حَوْضِي الْآنَ

"Sesungguhnya aku farath (pahala) kalian. Aku menjadi saksi atas kalian. Demi Allah, sesungguhnya aku melihat telagaku sekarang.

وَإِنِّي قَدْ أُعْطِيتُ مَفَاتِيحَ خَزَائِنِ الْأَرْضِ، وَإِنِّي وَاللَّهِ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ أَنْ تُشْرِكُوا بَعْدِي، وَلَٰكِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ أَنْ تَنَافَسُوا فِيهَا» (٣)

Aku telah diberikan kunci-kunci khazanah dunia. Demi Allah, aku tidak khawatir kalian musyrik setelah aku wafat, tetapi aku khawatir kalian bersaing memperebutkan dunia."

325 Shahih Bukhari, Kitab ar-Riqaq, bab 7, hadits 6426 

وَلَمَّا رَأَىٰ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُسَارَعَةَ النَّاسِ عِنْدَمَا عَلِمُوا بِقُدُومِ أَبِي عُبَيْدَةَ بِأَمْوَالٍ مِنْ الْيَمَنِ قَالَ لَهُمْ

Ketika Rasulullah ﷺ melihat kaum muslimin tergesa-gesa ketika mereka mengetahui bahwa Abu Ubaidah datang dari Yaman membawa banyak harta, beliau bersabda,

فَوَاللّٰهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَىٰ عَلَيْكُمْ وَلٰكِنْ أَخْشَىٰ عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَىٰ مَنْ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوْهَا كَمَا تَنَافَسُوْهَا وَتُلْهِيَكُمْ كَمَا أَلْهَتْهُمْ (٤)

"Demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kefakiran menimpa kalian, tetapi aku khawatir dunia dibentangkan bagi kalian sebagaimana dibentangkan bagi orang-orang sebelum kalian, lalu kalian bersaing untuk memperebutkannya sebagaimana mereka bersaing memperebutkannya dan kalian dibuat lalai oleh dunia sebagaimana mereka dibuat lalai." Fat-hul-Bari, 11/243. Shahih Bukhari, Kitab ar-Riqaq, bab 7, hadits 6425 Fat-hul-Bari, 11/243).

إِنَّ مُجْتَمَعًا شَأْنُهُ التَّنَافُسُ الشَّرِيْفُ، يَتَسَابَقُ فِيْهِ الْأَطْفَالُ لِيُشَارِكُوْا فِي الْقِتَالِ، وَتَتَسَابَقُ فِيْهِ النِّسْوَةُ لِخِدْمَةِ الْمُجَاهِدِيْنَ، وَيَتَبَارَىٰ فِيْهِ النَّاسُ فِيْمَا يَحْفَظُوْنَ مِنْ كِتَابِ اللّٰهِ، وَفِيْمَا يَعْمَلُوْنَ بِهِ مِنْ سُنَّةِ رَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ

Dalam suatu masyarakat yang memiliki persaingan yang baik, anak-anak lelaki bersaing untuk mengikuti peperangan, kaum wanita berlomba membantu para mujahid, orang-orang berlomba menghafal Al-Qur'an dan mengamalkan sunnah Rasulullah ﷺ.

وَحِينَ يَفْقِدُ مِثْلُ هَٰذَا الْجَوِّ النَّظِيفِ، يَكُونُ التَّنَافُسُ فِي الِاسْتِكْثَارِ مِنَ الْمَتَاعِ، وَفِي التَّهَافُتِ عَلَىٰ كُلِّ جَدِيدٍ. حَتَّىٰ يُصِيبَ أَحَدَهُمُ انْتِفَاشَةٌ جَوْفَاءُ، إِنْ هُوَ حَازَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِنَ الدُّنْيَا، لَمْ يَسْبِقْهُ إِلَيْهِ غَيْرُهُ

Jika suasana seperti ini tidak lagi dijumpai, terjadilah persaingan menumpuk materi, sehingga seseorang di antara mereka menghambur-hamburkannya dengan sia-sia, jika ia telah menguasai materi dan tidak dikalahkan oleh orang lain.

وَالْأَخْطَرُ مِنْ هَٰذَا كُلِّهِ تَنَافُسُ الْكَسَالَىٰ وَالْبَلِيدِينَ، الَّذِينَ يَنْتَظِرُونَ أَنْ تُصَبَّ نِعَمُ اللَّهِ عَلَيْهِمْ صَبًّا، رَغْمَ بَلَادَتِهِمْ وَضَعْفِ هِمَمِهِمْ

Yang paling berbahaya ialah persaingan orang-orang pemalas dan bodoh yang hanya menanti kucuran nikmat Allah swt. meski mereka bodoh dan tidak memiliki tekad yang kuat.

وَإِنْ لَمْ تَغْمُرْهُمْ هَٰذِهِ النِّعَمُ وَهُمْ قَاعِدُونَ حَرَّكَتْهُمْ هِمَّةُ الشَّرِّ لِلْكَيْدِ لِمَنْ يَعْمَلُونَ، وَالتَّشَفِّي بِمَنْ يَفُوقُهُمْ، وَالْحَسَدُ لِمَنْ سَبَقَهُمْ

Jika mereka tidak mendapat kucuran nikmat itu (sementara mereka hanya menganggur), mereka digerakkan oleh keinginan jahat mereka untuk menipu orang-orang yang bekerja, mendendam dan dengki terhadap orang yang lebih unggul dari mereka.

وَالْحِقْدُ عَلَىٰ مَنْ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِ مِمَّا لَمْ يُنْعِمْ عَلَيْهِمْ، وَقَدْ حَذَّرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّىٰ اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَوْلِهِ

Mereka iri hati terhadap orang yang diberikan nikmat oleh Allah sedang mereka tidak diberikan. Rasulullah ﷺ memperingatkan kita dengan sabdanya,

«دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ الْأُمَمِ قَبْلَكُمْ: الْحَسَدُ وَالْبَغْضَاءُ، وَالْبَغْضَاءُ هِيَ الْحَالِقَةُ... حَالِقَةُ الدِّينِ لَا حَالِقَةُ الشَّعْرِ

"Kalian tertimpa panyakit umat-umat sebelum kalian, yaitu penyakit dengki dan permusuhan. Permusuhanlah yang menumbangkan agama, bukan mencabut rambut.

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا تُؤْمِنُوا حَتَّىٰ تَحَابُّوا

Demi Zat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, tidak sempurna iman kalian sehingga kalian saling mencintai.

أَفَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِشَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ» (۱)

Maukah kalian aku tunjukkan suatu amal amal yang jika kalian lakukan, kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian.

327 Musnad Ahmad, 1/165 dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Turmidzi, no. 2038/2641 dihasankan oleh al-Arnauth, Jaami' al-Ushuul, 3/626. 328 Shahih Muslim, Kitab az-Zuhd, hadits 9/2963, Syarh an-Nawawi, 9/309.

وَالسَّلَامُ الْحَقِيقِيُّ هُوَ الِٱرْتِيَاحُ الْقَلْبِيُّ الْمُتَبَادَلُ، وَمَا التَّحِيَّةُ إِلَّا مَظْهَرًا مِنْ مَظَاهِرِهِ

Salam yang hakiki ialah ketenangan hati, pengucapannya hanyalah sebagai manifestasi ketenangan hati itu.

وَحِينَ يَشِيعُ مَجَالُ التَّنَافُسِ فِي الْخَيْرَاتِ، لَا يَتَطَلَّعُ الْمَرْءُ إِلَّا لِلْحَاقِ بِمَنْ يَفُوقُهُ وَرَعًا وَعِبَادَةً، وَدَعْوَةً وَجِهَادًا

Apabila persaingan dalam kebaikan telah tersebar, seseorang akan berusaha menyusul orang yang unggul dalam hal wara', ibadah, dakwah dan jihad.

وَالَّذِينَ يَمُدُّونَ أَعْيُنَهُمْ إِلَى مَا مَتَّعَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَ خَلْقِهِ، فَتُحَدِّثُهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ يُسَابِقُوهُمْ فِي الِاشْتِغَالِ بِالتَّكَاثُرِ مِنَ النِّعَمِ، أَوْ بِالنَّظَرِ إِلَيْهِمْ نَظْرَةَ الْحَسَدِ الْمَقِيتِ، يَرُدُّهُمْ قَوْلُ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ

Sedangkan orang-orang yang memandang orang lain yang diberikan kenikmatan, lalu hawa nafsu mereka membisikkan mereka agar mereka mengalahkannya dalam hal memperbanyak nikmat harta atau memandang dengan kedengkian, maka Rasulullah ﷺ bersabda memperingati mereka,

«انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ؛ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ» (٢)

"Lihatlah orang di bawah kalian, jangan kalian lihat orang di atas kalian, yang demikian itu lebih baik bagi kalian agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah." Shahih Muslim, Kitab az-Zuhd, hadits 9/2963, Syarh an-Nawawi, 9/309. 

وَمِنْ أَقْوَالِ الْعُلَمَاءِ الَّتِي اسْتَشْهَدَ بِهَا النَّوَوِيُّ فِي فَهْمِ الْحَدِيثِ

Ada beberapa perkataan ulama yang dijadikan syaahid (dalil) oleh Imam Nawawi dalam memahami hadits tersebut,

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ وَغَيْرُهُ: هَذَا حَدِيثٌ جَامِعٌ لِأَنْوَاعٍ مِنَ الْخَيْرِ؛

"Ibnu Jarir dan ulama lainnya berkata, 'Hadits itu mengandung banyak kebaikan,

لِأَنَّ الْإِنْسَانَ إِذَا رَأَى مَنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا، طَلَبَتْ نَفْسُهُ مِثْلَ ذَلِكَ، وَاسْتَصْغَرَ مَا عِنْدَهُ مِنْ نِعْمَةِ اللَّهِ تَعَالَى

sebab jika seseorang melihat kepada orang lain yang memiliki kelebihan nikmat, jiwanya akan meminta nikmat sebanyak itu dan ia meremehkan nikmat Allah yang ada padanya.

وَحَرَصَ عَلَى الِازْدِيَادِ، لِيَلْحَقَ بِذَلِكَ أَوْ يُقَارِبَهُ، هَذَا هُوَ الْمَوْجُودُ فِي غَالِبِ النَّاسِ

Ia berusaha memperbanyak harta lagi agar bisa menyusulnya atau mendekatinya. Inilah yang banyak terjadi di masyarakat.

وَأَمَّا إِذَا نَظَرَ فِي أُمُورِ الدُّنْيَا إِلَى مَنْ هُوَ دُونَهُ فِيهَا، ظَهَرَتْ لَهُ نِعْمَةُ اللَّهِ تَعَالَى عَلَيْهِ، فَشَكَرَهَا، وَتَوَاضَعَ، وَفَعَلَ فِيهِ الْخَيْرَ (١)

Jika dalam urusan dunia seseorang melihat kepada orang lain yang lebih rendah darinya niscaya nikmat Allah akan tampak jelas baginya lalu ia mensyukurinya, bersikap tawadhu dan ternyata Allah telah berbuat baik kepadanya." Syarh an-Nawawi li Shahih Muslim, 9/308-309 penjelasan hadits 9 Kitab az-Zuhd.

وَهَذَا الصِّنْفُ مِنَ النَّاسِ أَشَارَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ حِينَ سُئِلَ

Golongan manusia seperti ini diisyaratkan oleh Rasulullah ketika beliau ditanya,

أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: "كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ صَدُوقِ اللِّسَانِ" (قَالُوا: صَدُوقُ اللِّسَانِ نَعْرِفُهُ فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ؟ قَالَ: هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ، لَا إِثْمَ فِيهِ وَلَا بَغْيَ وَلَا غِلَّ وَلَا حَسَدَ (٢)

"Manusia manakah yang lebih utama?" Beliau bersabda, "Setiap orang yang makhmuumulqalbi, berlisan jujur." Mereka berkata, "Berlisan jujur kami mengerti, tetapi apakah makhmuumulqalbi itu?" Beliau menjawab, "Orang yang bertakwa, bersih (hatinya), tidak berbuat dosa, tidak berbuat zalim dan tidak mendengki. 330 Shahih Sunan Ibnu Majah, oleh al-Albani, Kitab az-Zuhd, bab 24, hadits 3397/3216 (shahih).

وَلَا يَكْتَمِلُ الْإِيمَانُ فِي قَلْبِ مَنِ انْجَرَفَ بِهِ التَّنَافُسُ غَيْرُ الشَّرِيفِ إِلَى الْحَسَدِ كَمَا فِي قَوْلِهِ ﷺ: "... وَلَا يَجْتَمِعَانِ فِي قَلْبِ عَبْدٍ: الْإِيمَانُ وَالْحَسَدُ" (٣)

Orang yang mengubah persaingan yang baik menjadi kedengkian tidak sempurna imannya, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ, "Keimanan dan kedengkian tidak bersatu dalam hati seorang hamba." Shahih Sunan an-Nasa'i, oleh al-Albani, Kitab al-Jihad, bab 8, hadits 29.12 (hasan).

وَلِلْحَسَدِ عَوَاقِبُ وَخِيمَةٌ عَلَى الْحَاسِدِ قَبْلَ غَيْرِهِ ، وَفِي بَيَانِ بَعْضِ عَوَاقِبِ الْحَسَدِ يَقُولُ الْقُرْطُبِيُّ

Kedengkian banyak memiliki banyak akibat yang sangat berbahaya. Al-Qurthubi menjelaskan,

وَالْحَسَدُ مَذْمُومٌ، وَصَاحِبُهُ مَغْمُومٌ وَهُوَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ

"Kedengkian merupakan perbuatan yang tercela. Orang yang dengki selalu sedih dan kedengkian itu akan memakan kebaikan."

وَقَالَ الْحَسَنُ : مَا رَأَيْتُ ظَالِمًا أَشْبَهَ بِمَظْلُومٍ مِنْ حَاسِدٍ ؛ نَفَسٌ دَائِمٌ، وَحُزْنٌ لَازِمٌ، وَعَبْرَةٌ لَا تَنْفَدُ 

Al-Hasan berkata, "Aku tidak mendapati orang yang zalim yang sangat mirip dengan orang yang dizalimi selain orang yang dengki. Ia selalu iri hati dan selalu sedih."

وَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ : لَا تُعَادُوا نِعَمَ اللَّهِ . قِيلَ لَهُ : وَمَنْ يُعَادِي نِعَمَ اللَّهِ ؟ قَالَ : الَّذِينَ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَىٰ مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۚ (١)

Abdullah bin Mas'ud berkata, "Janganlah kalian melawan nikmat Allah." la ditanya, "Siapakah yang melawan nikmat Allah?" Ibnu Mas'ud menjawab, "Yaitu orang-orang yang dengki terhadap orang lain karena orang lain itu mendapatkan karunia dari Allah." Dikutip dari al-Jaami' li Ahkaam Al-Qur'an, 5/251 tafsir ayat 55 surat an-Nisaa'.

وَمَا شُرِعَتِ الِاسْتِعَاذَةُ مِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (٢)

Kita diperintahkan berlindung dari "Kejahatan orang yang dengki jika ia mendengki". Ayat ke-5 surat al-Falaq.

إِلَّا لِمَا يَدْفَعُهُ إِلَيْهِ تَنَافُسُهُ غَيْرُ الشَّرِيفِ: مِنْ كَيْدٍ، وَمَكْرٍ وَحِيلَةٍ، وَوَقِيعَةٍ، وَمَا ذَنْبُ الْمَحْسُودِ إِلَّا أَنَّ اللَّهَ فَضَّلَهُ بِبَعْضِ نِعَمِهِ

karena persaingannya yang buruk menjadikannya membuat tipu daya dan berbuat licik. Orang yang didengki tidak memiliki dosa apa-apa, ia hanya dikaruniakan nikmat oleh Allah

أَوْ وَفَّقَهُ لِاغْتِنَامِ وَقْتِهِ وَقُدُرَاتِهِ، إِلَىٰ أَنْ حَازَ قَدَمَ السَّبْقِ، وَصَارَ مَحَطَّ الْأَنْظَارِ

atau diberi taufik dalam memanfaatkan waktu dan tenaganya sehingga ia menjadi unggul dan menjadi perhatian orang lain.

يَقُولُ الشَّوْكَانِيُّ: (وَمَعْنَىٰ إِذَا حَسَدَ: إِذَا أَظْهَرَ مَا فِي نَفْسِهِ مِنَ الْحَسَدِ، وَعَمِلَ بِمُقْتَضَاهُ، وَحَمَلَهُ الْحَسَدُ عَلَىٰ إِيقَاعِ الشَّرِّ بِالْمَحْسُودِ) (٣)

Asy-Syaukani berkata, "Arti idzaa hasad ialah jika ia menampakkan kedengkiannya dan melakukan kejahatan terhadap orang yang didengkinya." Fat-hul-Qadir, oleh asy-Syaukani 5/521 ketika menafsirkan surat al-Falaq.

قَدْ تَتَكَرَّرُ قِصَّةُ ابْنَيْ آدَمَ

Kisah anak Adam disebutkan berulang kali, Allah berfirman,

إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ ۖ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ [المائدة: ٢٧]

"Ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil), 'Aku pasti membunuhmu!" Qs. 5 al-Maidah 27

وَالسَّعِيدُ مَنْ ثَبَّتَهُ اللَّهُ عَلَىٰ أَلَّا يُقَابِلَ الْإِسَاءَةَ بِالْإِسَاءَةِ كَمَا فَعَلَ ابْنُ ءَادَمَ الْأَوَّلُ حِينَ قَالَ

Orang yang bahagia ialah orang yang tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, sebagaimana dilakukan oleh anak Adam yang pertama. Ia berkata,

لَئِنۢ بَسَطتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَآ أَنَا۠ بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ [المائدة: ٢٨]

"Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam." (al-Maidah [5]: 28)

وَتَتَكَرَّرُ الْقِصَّةُ فِيٓ أَبْنَآءِ ءَادَمَ حَسَدًا عَلَىٰ دُنْيَا، أَوْ غِيرَةً مِّن صَلَاحٍ وَهِمَّةٍ أَوْ غَيْرِ ذَٰلِكَ

Kisah tersebut seringkali kembali terjadi pada manusia yang merupakan keturunan Adam karena kedengkian atas nikmat dunia mereka.

وَمِنْ أَقْبَحِ الْحَسَدِ: مَا يَكُونُ مِنَ الْمُنَعَّمِينَ وَالسَّبَّاقِينَ فِي كَثِيرٍ مِّن مَّجَالَاتِ الْحَيَاةِ، وَكَأَنَّمَا يُرِيدُونَ احْتِكَارَهَا لِأَنفُسِهِمْ

"Dan termasuk hasad yang paling buruk adalah yang datang dari orang-orang yang hidup dalam kemewahan dan yang telah lebih dahulu unggul dalam banyak bidang kehidupan, seolah-olah mereka ingin memonopoli semua itu hanya untuk diri mereka sendiri.

يَقُولُ صَاحِبُ الظِّلَالِ: «إِنَّهُ لَمِنْ أُمِّ الْحَسَدِ: أَنْ يَحْسُدَ ذُو النِّعْمَةِ الْمَوْهُوبَ، لَقَدْ يَحْسُدُ الْمَحْرُومُ وَيَكُونُ الْحَسَدُ مِنْهُ رَذِيلَةً

Pemilik tafsir az-Zilāl (Sayyid Qutb) berkata: 'Termasuk bentuk hasad yang paling mendasar adalah ketika orang yang telah diberi nikmat merasa iri terhadap orang lain yang juga mendapatkan anugerah. Memang, orang yang tidak memiliki bisa saja iri, dan iri dengki darinya tetap merupakan akhlak tercela.

أَمَّا أَنْ يَحْسُدَ الْمَغْمُورُ بِالنِّعْمَةِ فَهَٰذَا هُوَ الشَّرُّ الْأَصِيلُ الْعَمِيقُ..» (٤)

Tetapi jika orang yang telah dipenuhi dengan nikmat iri terhadap orang lain, maka itulah kejahatan yang paling mendalam dan hakiki.'"

335 Fii Zhilal Al-Qur'an, 2/683 ayat 55 surat an-Nisaa'.

وَمِنْ أَبْوَابِ السُّقُوطِ فِي التَّنَافُسِ غَيْرِ الشَّرِيفِ

Hal-hal yang dapat menjatuhkan seseorang ke dalam persaingan yang tidak baik di antaranya,

مَا يَكُونُ بَيْنَ الْأَنْدَادِ وَالْمُتَشَابِهِينَ مِنْ عُلَمَاءِ الْفَنِّ الْوَاحِدِ، أَوِ الْمِهْنَةِ الْوَاحِدَةِ، أَوِ الْمَنْزِلَةِ الِاجْتِمَاعِيَّةِ، أَوِ الْمَرْتَبَةِ الْإِدَارِيَّةِ

Iri dengki yang terjadi di antara sesama yang setara dan serupa — seperti para ahli dalam bidang yang sama, atau dalam profesi yang sama, atau dalam status sosial yang setara, atau pada jenjang jabatan administratif yang sama...

حَيْثُ يَتَتَبَّعُ كُلُّ وَاحِدٍ سَقَطَاتِ الْآخَرِ، بَدَلًا مِنْ أَنْ يُعْمِلَ الْفِكْرَ وَالْجُهْدَ لِتَقْدِيمِ الْأَنْفَعِ وَالْأَصْلَحِ وَالْأَبْدَعِ

Di mana masing-masing dari mereka justru sibuk mencari-cari kesalahan dan kejatuhan yang lain, alih-alih mencurahkan pikiran dan usaha untuk menghadirkan sesuatu yang lebih bermanfaat, lebih baik, dan lebih kreatif.

وَيُشَخِّصُ ابْنُ قُدَامَةَ الْمَقْدِسِيُّ هَذَا الْمَرَضَ فَيَقُولُ

Ibnu Qudamah telah mendeteksi penyakit ini. Ia berkata,

تَعَلَّمْ أَنَّ النَّفْسَ قَدْ جُبِلَتْ عَلَى حُبِّ الرِّفْعَةِ، فَهِيَ لَا تُحِبُّ أَنْ يَعْلُوهَا جِنْسُهَا

"Ketahuilah bahwa jiwa manusia bertabiat mencintai ketinggian, ia tidak ingin orang lain mengalahkannya.

فَإِذَا عَلَا عَلَيْهَا شَقَّ عَلَيْهَا، وَكَرِهَتْهُ، وَأَحَبَّتْ زَوَالَ ذَلِكَ لِيَقَعَ التَّسَاوِي

Jika orang lain menjadi lebih tinggi darinya, maka hal itu terasa berat baginya. la benci dan menginginkan kedudukan tinggi itu hilang dari orang lain itu, supaya terjadi kedudukan yang sama.

وَهَذَا أَمْرٌ مَرْكُوزٌ فِي الطِّبَاعِ

Hal ini sudah menjadi tabiat manusia.

فَأَمَّا إِنْ أَحَبَّ أَنْ يَسْبِقَ أَقْرَانَهُ، وَيَطَّلِعَ عَلَى مَا لَمْ يُدْرِكُوهُ، فَإِنَّهُ لَا يَأْثَمُ بِذَلِكَ

Adapun, jika ia ingin mengalahkan teman-temannya dan ingin meraih sesuatu yang belum diraih oleh mereka, maka ia tidak berdosa.

لِأَنَّهُ لَمْ يُؤْثِرْ زَوَالَ مَا عِنْدَهُمْ عَنْهُمْ، بَلْ أُحِبُّ الْاِرْتِفَاعَ عَنْهُمْ؛ لِيَزِيدَ حَظُّهُ عِنْدَ رَبِّهِ (۱)

Karena ia tidak menginginkan hilangnya nikmat atau karunia orang lain. Ia hanya ingin lebih tinggi dari mereka agar ia mendapat bagian yang lebih di sisi Tuhannya. " Mukhtashar Minhaaj al-Qasidin, hlm. 202. 

وَالْأَمْرُ خَطِيرٌ يَحْتَاجُ إِلَىٰ ضَبْطِ الْمَشَاعِرِ، وَتَنْقِيَةِ الْقَلْبِ وَإِخْلَاصِ الْقَصْدِ لِئَلَّا يَخْرُجَ هَٰذَا التَّنَافُسُ عَنِ الْحَدِّ الْمَحْمُودِ إِلَى الْحَسَدِ وَالتَّبَاغُضِ

Perkara ini sangat penting, perlu pengaturan perasaan dengan baik, pembersihan hati dan niat yang ikhlas supaya persaingan yang baik dan terpuji tidak berubah menjadi permusuhan dan kedengkian.

وَمِنْ بُشْرَىٰ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ لِأَصْحَابِ التَّنَافُسِ الشَّرِيفِ، وَالْبَرَاءَةِ مِنَ التَّحَاسُدِ

Rasulullah ﷺ memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang bersaing dengan baik dan tidak saling mendengki,

أَنَّ أَوَّلَ زُمْرَةٍ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ قُلُوبُهُمْ عَلَىٰ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ ؛ لَا تَبَاغُضَ بَيْنَهُمْ وَلَا تَحَاسُدَ (۲)

bahwa golongan pertama yang masuk surga adalah orang-orang yang "hati-hati mereka bagaikan hati satu orang. Mereka tidak saling bermusuhan dan tidak saling mendengki." Shahih al-Bukhari, Kitab Bad'il Khalqi, bab 8, hadits 3254 (Fath al-Baarii 6/320).

وَلَا يُمْكِنُ أَنْ يَتَمَاسَكَ مُجْتَمَعُ السَّاعِينَ لِاسْتِئْنَافِ الْمُجْتَمَعِ الْإِسْلَامِيِّ الْكَبِيرِ، مَا لَمْ يَتَطَهَّرْ مُجْتَمَعُهُمُ الصَّغِيرُ النَّاشِئُ مِنَ الْكَيْدِ وَالتَّحَاسُدِ، وَمَا لَمْ يُسْتَنْزَفْ جُهُودُهُمُ التَّنَافُسُ فِي الْخَيْرَاتِ

"Dan tidak mungkin masyarakat para pejuang yang ingin membangun kembali masyarakat Islam yang agung dapat kokoh, selama masyarakat kecil mereka yang sedang tumbuh belum bersih dari tipu daya dan saling dengki, dan selama upaya mereka belum sepenuhnya tercurahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan."


خُلَاصَةُ هَذَا الْفَصْلِ وَعَنَاصِرُهُ

KESIMPULAN

مِنْ أَخْلَاقِنَا فِي الْأُخُوَّةِ

"Di antara akhlak kita dalam (menjalin) ukhuwah (persaudaraan):"


 * اَلتَّفَاوُتُ بَيْنَ النَّاسِ أَمْرٌ قَدَرِيٌّ وَطَبِيعِيٌّ

Perbedaan di antara manusia adalah perkara takdir dan alami.

 * اَلْمُنَافَسَةُ الشَّرِيفَةُ تُحَرِّكُ الْهِمَمَ إِلَى الْخَيْرَاتِ

Persaingan yang baik dapat menggerakkan semangat untuk melakukan kebaikan.

   * أَكْثَرُ مَا يَكُونُ التَّنَافُسُ فِي الطَّاعَاتِ الْبَدَنِيَّةِ وَالْمَالِيَّةِ

Persaingan yang baik banyak terjadi dalam hal ibadah, baik ibadah dengan harta maupun dengan fisik.

 * قَدَّمَ الصَّحَابَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ أَطْهَرَ صُوَرِ التَّنَافُسِ بَيْنَ الْأَنْدَادِ

Para sahabat Nabi ﷺ memberikan contoh terbaik dalam hal persaingan yang baik di antara mereka.

 * اَلْخُطُورَةُ أَنْ يَنْقَلِبَ التَّنَافُسُ إِلَى التَّحَاسُدِ

Suatu hal yang sangat berbahaya ialah jika persaingan berubah menjadi sikap saling dengki.

 * أَكْثَرُ مَا يَكُونُ التَّحَاسُدُ بَعْدَ انْفِتَاحِ الدُّنْيَا عَلَى النَّاسِ

Sifat saling dengki banyak terjadi setelah (kekayaan) dunia di bukakan bagi manusia.

 * اَلْمُجْتَمَعُ النَّظِيفُ يَعُمُّ فِيهِ التَّنَافُسُ الشَّرِيفُ

Persaingan yang baik terdapat dalam suatu masyarakat yang bersih.

 * اَلْإِيمَانُ وَالْحَسَدُ لَا يَجْتَمِعَانِ فِي قَلْبِ عَبْدٍ

Iman dan kedengkian tidak dapat bersatu dalam hati seorang hamba. 

 * شَرُّ الْحَاسِدِ مَا يَدْفَعُهُ إِلَيْهِ حَسَدُهُ مِنْ كَيْدٍ وَمَكْرٍ

 Kejahatan orang yang mendengki ialah tipu daya dan makarnya.

 * مِنْ أَقْبَحِ الْحَسَدِ

Kedengkian yang paling buruk:

 * مَا يَكُونُ مِنْ حَسَدِ الْمُنْعَمِ لِمَنْ دُونَهُ

Dengkinya orang yang memiliki banyak nikmat terhadap orang lain yang lebih rendah darinya

* مَا يَكُونُ بَيْنَ الْأَنْدَادِ فِي الْعِلْمِ وَالْمَنْزِلَةِ

Dan kedengkian di antara sesama ahli di suatu bidang ilmu atau di suatu kedudukan.

 * أَوَّلُ زُمْرَةٍ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ... لَا تَبَاغُضَ بَيْنَهُمْ وَلَا تَحَاسُدَ

Golongan pertama yang masuk surga tidak memiliki sifat saling dengki dan bermusuhan.


📙📙  Sumber:

 هذه اخلاقنا حين نكون مؤمنين

The Most Perfect Habit

Mahmud Muhammad Al Hazandar

∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞

Catatan 

Silahkan bila ada masukan atau kesalahan - tinggalkan di kolom komentar dalam rangka penyempurnaan.


Dipersilahkan - share

Semoga bermanfaat